top of page

Sejarah Indonesia

Nasihat Bung Karno Untuk Hmi

Nasihat Bung Karno untuk HMI

Sukarno berpesan kepada HMI agar membaur dengan masyarakat dan jangan gontok-gontokan dengan sesama anak bangsa.

10 Mei 2016

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Presiden Sukarno menerima PB HMI di Istana Bogor, 18 Desember 1965. (Repro M. Alfan Alfian, HMI 1963-1966: Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara).

PERNYATAAN komisioner KPK Saut Situmorang tentang prilaku koruptif kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berbuntut panjang. Senin, 9 Mei kemarin, ratusan kader HMI mendemo KPK, menuntut Saut diberhentikan dari KPK. Demonstrasi berakhir ricuh, meninggalkan sejumlah kerusakan di gedung KPK. 


Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang telah malang melintang puluhan tahun di atas panggung politik nasional, bukan sekali-dua HMI memainkan peranan penting di dalam sejarah. Pada pergolakan politik 1965 misalnya, Presiden Sukarno secara khusus berdialog dengan HMI untuk memecahkan persoalan yang terjadi saat itu.


Dalam amanatnya kepada para kader HMI di Istana Bogor, 18 Desember 1965, Presiden Sukarno menguraikan situasi gawat pascaperistiwa Gerakan 30 September 1965. Termasuk soal korban-korban pembantaian anggota dan simpatisan PKI di banyak tempat di Indonesia.


“Saudara-saudara, negara ini terancam retak terutama sesudah Gestok (Gerakan Satu Oktober). Sebab, manakala negara ini pecah, Islam di Indonesia juga akan ikut menderita kerugian,” kata Sukarno dalam Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965-Pelengkap Nawaksara yang disunting oleh Bonnie Triyana dan Budi Setiyono.


Khusus mengenai Islam, Sukarno mengakui terkadang sedih melihat orang Islam yang tidak mengerti ajaran Islam. Misalnya, di Jawa Timur, banyak anggota PKI, anggota Pemuda Rakyat, atau hanya simpati saja kepada PKI, dibunuh. Jenazahnya di-kleler-kan tergelatak di pohon, pinggir sungai, bahkan dicemplungkan ke sungai. Tidak ada yang berani mengurusnya karena diancam akan dibunuh. Padahal, hukum mengurus jenazah adalah fardu kifayah.


“Yang mau ngerumat (mengurus) anak-anaknya si korban pun diancam. Padahal ngerumat anak yatim itu pun adalah perintah agama Islam. Agama Islam itu malahan boleh dikatakan agama untuk, ini sekadar sebutan, anak yatim. Sebab, dalam ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis nabi disebut peliharalah yatim,” kata Sukarno.


Oleh karena itu, Sukarno meminta, alangkah baiknya dari kalangan mahasiswa HMI yang mengetahui hukum-hukum Islam cobalah turba (turun ke bawah) ke Jawa Timur dan Jawa Tengah, memberikan penerangan kepada umat Islam di sana agar jenazah tidak di-kleler-kan.


“Sebab, saudara-saudara, dit kan niet zo door gaan (ini tidak bisa terus-terusan dengan cara begini). Kalau terus-terusan bukan saja Islam mendapat noda, umat Islam, juga negara kita terancam pecah…, we are going to hell,” kata Sukarno.


Sukarno mengingatkan dengan menyitir sejarawan Edward Gibbon (1737-1794) dan Arnold Toynbee (1889-1975): a great civilization never, never goes down unless it destroys itself from whitin, “satu peradaban yang besar tidak akan hancur kecuali jika merusak dirinya sendiri, memecah diri sendiri, aku berkata, merobek-robek dadanya dari dalam.”


“Buat mahasiswa Islam dan seluruh mahasiswa oleh karena mahasiswa lebih banyak membaca buku daripada orang-orang lain, pegang ucapan Gibbon dan Arnold Toynbee itu,” kata Sukarno.      


Menurut Sukarno kejayaan dan kejatuhan masyarakat Islam karena “bukan saja karena bab ijtihad ditutup, salah satu sebab yang amat dalam sekali, tetapi juga karena umat Islam gontok-gontokan satu sama lain.”


Di bagian akhir amanatnya, Sukarno meminta kepada kader HMI: jangan gontok-gontokan dan pergilah turba untuk mengurus jenazah-jenazah karena itu fardu kifayah dalam agama Islam.


“Kerjakanlah dengan sebaik-baiknya agar dunia ini betul-betul menjadi baik, karena engkau menyumbang kepada kebaikan itu. Masa depan Indonesia tergantung padamu, pemuda dan pemudi Indonesia,” kata Sukarno menutup amanatnya.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page