Hasil pencarian
9597 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Ketika Islam Masuk ke Galuh
Ketika Pakuan Pajajaran (terletak sekitar Bogor sekarang) jatuh akibat proses Islamisasi Kesultanan Banten pada 1579, keseimbangan kekuatan politik di wilayah Tatar Sunda menjadi goyah. Hilangnya pemerintahan di Pakuan Pajajaran berarti hilang pula pengaruh Hindu-Buddha di Jawa bagian barat. Islam pun menjadi kekuatan tunggal di tanah Pasundan. Imbas kejatuhan itu, para penguasa Sunda yang sebelumnya ada di bawah naungan Pakuan Pajajaran kembali terpecah. Mereka mulai membangun pemerintahan di tempat asalnya masing-masing, dengan harapan dapat kembali menghidupkan kekuatan Sunda seperti sedia kala. Seperti yang dilakukan Prabu Cipta Sanghyang di Galuh (1528-1595), putra Prabu Haur Kuning. Menurut sejarawan Nina H. Lubis dalam Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat, ketika Kesultanan Banten berhasil mengislamkan Pakuan Pajajaran, Kesultanan Cirebon juga bergerak masuk ke wilayah Galuh. Islam pun akhirnya berkembang di sana. Namun itu hanya sebatas kekuasaan di Kawali saja karena Prabu Cipta Sanghyang sempat memindahkan kekuasaannya ke Cimaragas, Ciamis, sehingga Galuh mampu menghindari arus islamisasi dari para ulama Cirebon. Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama. Kuatnya pengaruh Islam di Ciamis membuat Galuh perlahan kehilangan tempat berlindung yang aman. “Islam dikembangkan dari Cirebon ke Galuh melalui Maharaja Kawali,” ungkap sejarawan dari Universitas Padjadjaran itu. Tim Peneliti Sejarah Galuh dalam Galuh Ciamis dan Tinjauan Sejarah , menyebut jika Islamisasi Kesultanan Cirebon dilakukan melalui jalur perkawinan. Kisahnya dimulai ketika putra mahkota Galuh, Ujang Ngekel, jatuh cinta kepada putri Maharaja Kawali bernama Tanduran di Anjung. Tetapi cinta Ujang Ngekel tidak mendapat restu penguasa Kawali karena ia masih menganut Hindu, sementara Kawali sendiri telah sepenuhnya Islam. Demi cintanya, Si Putra Mahkota pun bersedia masuk Islam. Melihat kesungguhan itu, Kawali akhirnya meminta Cirebon untuk mengislamkannya. Setelah masuk Islam Ujang Ngekel menikahi Tanduran di Anjung. Namun hal itu belum memberi pengaruh besar terhadap penyebaran Islam di Galuh. Bahkan ketika ia naik takhta, dengan gelar Prabu Galuh Permana, menggantikan Prabu Sanghyang Cipta, Islam belum berkembang. Barulah pada masa Adipati Panakean, putra Prabu Galuh Permana, ajaran Islam mulai tumbuh pesat. Terutama setelah Mataram berhasil merangsak ke Galuh, dan secara luas ke Tatar Sunda. “Sejak akhir abad ke-16 M, Mataram berupaya menguasai Kerajaan Galuh,” tulis Mumuh Muhsin Z dalam makalah Ciamis atau Galuh , yang disajikan pada seminar sejarah “Menelusuri Nama Daerah Galuh dan Ciamis: Tuntutan dan Harapan”, 12 September 2012 di Ciamis. Pengaruh kuat Mataram di Galuh semakin terasa pada masa Sultan Agung. Penguasa Galuh ketika itu, Adipati Panakean, diangkat sebagai wedana Mataram. Status pemerintahan Galuh pun menjadi vasal Mataram. Dari hasil penelusuran Tim Peneliti Sejarah Galuh, berdasar sumber-sumber kolonial, didapati batas-batas Kerajaan Galuh yang jatuh ke tangan Mataram, yakni: Sungai Citanduy sebelah timur, perbatasan Sumedang di sebelah utara, Sungai Cijulang di selatan, dan Galunggung serta Sukapura di sebelah barat. Islamisasi Pertama Sebelum masuknya Cirebon dan Mataram, upaya islamisasi di Galuh telah lebih dahulu dilakukan oleh rakyatnya sendiri. Diungkapkan Rokhimin Dahuri dalam Budaya Bahari: Sebuah Apresiasi di Cirebon upaya itu datang dari putra kedua Raja Galuh, Bratalegawa, yang kemudian mendapat gelar Haji Purwa. Bratalegawa dikenal sebagai seorang saudagar Sunda yang sukses. Ia senang melakukan perjalanan niaga hingga ke luar negeri. Ketika sedang berdagang di India, Bratalegawa banyak berinteraksi dengan para pedagang Arab yang beragama Islam. Dalam penelitian Nina H. Lubis, dkk, Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Barat disebutkan bahwa lamanya interaksi menjadi sebab Bratalegawa mulai tertarik mengenal lebih dalam Islam. Meski ketika itu Haji Purwa masih menjadi penganut Hindu yang taat. “Ia diislamkan oleh saudagar Arab yang kebetulan bertemu di India,” tulis Nina. Bratelegawa kemudian menikahi seorang wanita Muslim dari Gujarat, Farhana binti Muhammad. Keduanya lalu memutuskan pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah kembali, Bratalegawa mengganti namanya menjadi Haji Baharudin al-Jawi. “Oleh karena ia merupakan haji pertama di Galuh, maka ia disebut Haji Purwa (pertama),” ungkap Rokhimin. Dari Mekah, Haji Purwa bersama keluarganya pergi ke Jawa Barat. Mereka tiba di Galuh pada 1337 M. Dibantu kawan Muslimnya dari Arab, Haji Purwa berusaha mengislamkan para penguasa Galuh, keluarganya sendiri. Namun upaya Haji Purwa itu mengalami kegagalan. Pengaruh Hindu yang masih terlalu kuat di Tatar Sunda membuat ia gagal meyakinkan Galuh untuk beralih menganut Islam. Setelah gagal mengislamkan Galuh, Haji Purwa memutuskan untuk keluar dari pusat kerajaan. Ia memilih tinggal di Caruban Girang (Cirebon Girang), yang ketika itu masih berada di bawah kekuasaan Galuh. Di sana secara perlahan ia menyebarkan Islam. Penyebaran Islam di Cirebon itu tidak mengalami kesulitan, utamanya di wilayah pesisir, karena penduduk di sana sudah banyak berinteraksi dengan para pedagang Muslim.
- Sastra Dakwah tentang Hari Kiamat
Jamaah calon haji dari Indonesia pada masa kolonial menempuh perjalanan laut hampir enam bulan untuk mencapai Mekkah. Dari Indonesia, mereka singgah dulu di Singapura. Di sini mereka biasanya membeli sejumlah bahan bacaan. Tema yang paling diminati adalah tentang hari kiamat. "Pas sebagai bacaan dalam perjalanan akbar menunaikan haji untuk mawas diri mengenang mati atau pelipur hati menghadapi kematian," kata Edwin Paul Wieringa, guru besar filologi Indonesia dan kajian Islam dari Universitas Cologne, Jerman, dalam kuliah umum bertajuk "Dari Kudus ke Bombay dan ke Jawa Lagi: Sastra Keagamaan tentang Hari Kiamat" di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Depok, Jawa Barat, 19 Februari 2020. Bacaan bertema kiamat itu tercetak dalam tulisan tangan. Mereka terbit antara masa 1900-1920-an. Aksaranya Arab dengan bahasa Melayu atau Jawa. Edwin menemukan buku kuno bertema kiamat ketika meriset di Perpustakaan Nasional Singapura, Oktober 2019–Januari 2020. Jumlah buku semacam itu ada belasan. Dalam kuliah umum di FIB-UI, Edwin hanya memaparkan dua karya bertema kiamat temuannya: Singir Kiyamat karya Sumardi dan Syair Ibarat dan Khabar Kiamat anggitan Abdurrahman Siddiq bin Muhammad 'Afif al-Banjari. Edwin mengaku belum banyak menguliti karya lainnya. Tapi pembacaan terhadap dua karya tadi saja telah mengungkap banyak hal: bacaan jamaah calon haji sewaktu di perjalanan, pandangan orang tentang kiamat, jaringan penerbitan Hindia Belanda–Singapura–India, keberlanjutan tema kiamat dalam bentuk komik pada 1960-an, dan fungsi filologi. Edwin menjelaskan, isi dua buku kuno tentang kiamat itu serupa. "Pada intinya menjelaskan bahwa hidup di dunia dan segala materi di dunia ini hanyalah bersifat sementara," kata Edwin. Kedua pengarangnya tak banyak mengeksplorasi kemungkinan estetik dan penafsiran sufistik terhadap surga dan neraka. Penggambaran surga dan neraka dalam dua buku kuno termaksud begitu gamblang. Surga adalah tempat penghiburan dan kebahagiaan bagi orang-orang saleh yang mengamalkan ajaran agama, sedangkan neraka menjadi tempat penyiksaan dan kesengsaraan bagi pelanggar ajaran agama Islam. "Pesannya lebih diutamakan daripada keindahannya," kata Edwin. Karena itulah, Edwin menempatkan dua buku kuno termaksud ke dalam kategori sastra dakwah. Menurutnya, sastra dakwah menghalalkan cara untuk mencapai tujuannya. Ia tak ambil pusing soal keindahan dan bentuk. Edwin Paul Wieringa, guru besar filologi Indonesia dan kajian Islam dari Universitas Cologne, Jerman, dalam kuliah umum bertajuk "Dari Kudus ke Bombay dan ke Jawa Lagi: Sastra Keagamaan tentang Hari Kiamat" di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Depok, Jawa Barat, 19 Februari 2020. Mengenai latar belakang pengarang dua buku kuno termaksud, Edwin menngukapkan bahwa Sumardi bukanlah seorang ulama. Dia mungkin seorang penduduk Kudus. Tapi Edwin tak tahu banyak soal lainnya. Sedangkan Abdurrahman Siddiq bin Muhammad 'Afif al-Banjari berasal dari Martapura, Kalimantan. Dia sohor sebagai ulama dan penulis sejumlah kitab. Sebagian besar kitabnya terbit di Singapura. Singapura merupakan kota utama untuk percetakan dan penjualan kitab-kitab agama Islam dari Hindia Belanda selama masa kolonial. Para pengarang kitab dari Hindia Belanda selalu mengoper karyanya ke Singapura untuk dicetak dan dijual. Selain Singapura, kota favorit lainnya bagi pengarang kitab dari Hindia Belanda ialah Bombay di pesisir barat India. Tapi Bombay tidak menjual kembali kitab tersebut. Kitab itu justru dikirim ke Singapura dan dijual kembali untuk orang-orang Hindia Belanda yang pergi haji. Mengapa pengarang kitab dari Hindia Belanda jauh-jauh melempar karyanya ke dua kota ini? "Sebab kedua kota tersebut berada di bawah koloni Inggris yang lebih liberal terhadap pelaksanaan agama. Sedangkan pemerintah kolonial Hindia Belanda lebih ketat dalam penerbitan buku-buku Islam," terang Edwin. Edwin mencatat, buku-buku terkait kiamat cetakan Bombay dan terbitan Singapura selalu menjadi yang terlaris di antara kitab-kitab keagamaan Islam. Hal pendukungnya ialah bentuk bukunya ringkas, harganya murah, dan temanya melintas zaman. Terbukti tema tentang kiamat terus bertahan. Bahkan pada 1960-an, tema ini diadaptasi ke dalam komik surga dan neraka. Komik itu menggunakan cara penggambaran dan penafsiran yang sama dengan dua buku kuno tadi. Gambar-gambarnya jelas sekali menunjukkan adegan penyiksaan di neraka dan suasana penghiburan di surga. Edwin juga menyatakan tema tentang hari kiamat masih digemari oleh generasi sekarang. Dengan demikian, peluang generasi sekarang mengenal buku-buku kuno terbuka lebar. Sebab buku-buku kuno ternyata telah memuat hal-hal yang dibicarakan oleh generasi sekarang. Tapi dia mengingatkan pembacaan generasi sekarang terhadap buku-buku kuno akan berbeda dan lebih sulit. "Membaca dan menilai teks dari zaman dahulu kala, yaitu bukan zamannya sendiri sangat sulit karena pengetahuan kita tidak begitu besar mengenai bahasa dan sistem kode yang terkandung dalam teks kuno," ujar Edwin. Karena itulah, Edwin memandang filologi dapat berperan untuk membantu pemahaman terhadap isi buku-buku kuno tersebut. Filologi ialah ilmu yang mempelajari teks-teks di dalam suatu bahasa tertentu. Ringkasnya, filologi membantu orang menafsirkan sebuah teks. Tidak hanya teks pada masa sekarang, tetapi juga pada masa lampau. Dengan filologi, generasi sekarang akan mampu mengungkap alam pikiran masyarakat pada masa lampau. Bagi Edwin, kerja mengungkap alam pikiran dan keadaan masyarakat pada masa lampau selalu menarik. "Saya tak habis mengerti mengapa ada orang yang tidak tertarik dengan filologi, ilmu bahasa, dan sastra," kata Edwin menutup kuliah.
- Serangan Pertama Mongol ke Kerajaan Islam
Dalam perjalanannya meninggalkan Bukhara, Jenghis Khan memasuki musola, sebuah halaman bertembok tempat diadakannya salat selama ada perayaan di luar temboknya. Lalu ia berpidato di hadapan280 orangpriapaling kaya dan terkemuka di kota itu. Dari wajahnya terlihat ketakutan, tapi mereka penasaran untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh penguasa Mongol itu. “Wahai orang-orang!” serunya. “Ketahuilah bahwa kalian telah melakukan dosa-dosa besar. Orang-orang besar di antara kalian telah melakukan dosa-dosa itu.” “Jika kalian bertanya padaku bukti apa yang kumiliki atas kata-kata ini,” katanya melanjutkan. “Kukatakan itu terjadi karena aku adalah hukuman dari Tuhan. Jika kalian tidak melakukan dosa-dosa besar, Tuhan tak akan menimpakan hukuman seperti aku pada kalian.” Begitulah gambaran Jenghis Khan oleh Ata-Malik Juvaini. Banyak yang skeptis dengan sejarawan Persia abad ke-13 itu. Namun, bagi John Man, sejarawan Inggris, Juvaini memiliki datail yang menguatkan semua ceritanya. Invasi Jenghis Khan ke Bukhara merupakan salah satu dari rangkaian penyerangan ke dunia Islam. Kendati begitu, menurut John Man tulis dalam Jenghis Khan, Legenda Sang Penakluk dari Mongolia, misinya ke barat bukanlah bagian dari rencana yang sengaja ia niatkan demi memperluas kekuasaan. Ekspedisi ke luar perbatasan awalnya adalah tradisi. Misalnya, serangan ke Cina merupakan tradisi yang diwarisi pemimpin Mongol dari generasi ke generasi.Pada gilirannya memberi pembenaran bagi pengejaran kepala suku lawan. Seperti Kuchlug, keturunan keluarga pimpinan Suku Naiman yang kabur ke Khara Khitai di Asia Tengah bersama sedikit tentara yang tersisa. “Kuchlug dan pangkalan barunya memainkan peran penting dalam menarik Jenghis ke barat memasuki dunia Islam, yang akhirnya menjadi landasan bagi lebih banyak lagi penaklukkan di barat,” tulis John Man. Kemenangan atas Kuchlug, membawa orang-orang Mongol bersinggungan dengan tetangganya,Kerajaan Khwarezmian. Pada akhir abad ke-12, kekuasaan Kerajaan Khwarezmian meluas ke provinsi-provinsi tetangga, Khurasan, meliputi wilayah yang kini merupakan bagian dari Iran, Afghanistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Lalu sampai ke Transoxania, yaitu wilayah kuno yang terletak di Asia Tengah, antara Sungai Amu Darya dan Sungai Syr Darya.Dengan begitu kerajaan ini mengendalikan pusat-pusat perdagangan jalur sutra, Samarkand, Bukhara, Urgench, Khojend, Merv, dan Nishapur. Kala itu, tak ada kepala suku kaum nomaden yang secara sadar mencoba menaklukkan kerajaan yang jauh dari rumahnya. Apalagi jika kerajaan itu adalah kekuatan dominan di kawasannya. Namun, Jenghis Khan merasa terhina. Shah Khwarezmian, Muhammad Ala ad-Din (Muhammad II) atau Mohammad, telahmenantang perang dengan membunuh utusan Jenghis Khan pada 1217. Padahal, Jenghis Khan hanya berniat melakukan perdagangan. “Jika ancaman itu tak ditanggapi, ia hampir pasti akan menjadi korban seorang Shah yang ambisius dan berhasrat memperluas kekuasaannya hingga ke daratan Cina yang kaya,” tulis John Man. “Mari kita menderap melawan orang-orang Islam untuk membalas dendam!” seru Jenghis Khan, dalam The Secret History , satu-satunya catatan asli Mongol paling signifikan tentang Jenghis Khan. Sultan yang Tercela Apa yang terjadi berikutnya juga karena karakter Shah Muhammad, sang sultan Khwarezmian. “Tak seorang pun punya kata baik untuk diucapkan tentang makhluk mengerikan ini. Ia disebut banyak menimpakan bencana terbesar pada kaum dan agamanya,” tulis John Man. Ibunya, Terken, yang menjalankan istananya sendiri mungkin punya andil besar atas sikap putranya itu. Bisa jadi berkat inisiatif ibunya, Shah Muhammad, seorang Turki yang plinplan dan tak percaya diri itu berusaha memaksakan kehendak pada rakyatnya yang sebagian besar adalah orang Iran. Shah Muhammad, ketika merebut kembali Samarkand setelah terjadi pemberontakan di kota itu, menewaskan 10.000 orang, termasuk Othman, pemimpin pemberontakan. Akibatnya , warga kota begitu membencinya, bahkan ketika Shah Muhammad menjadikan Samarkand sebagai ibu kota. Shah Muhammad juga pernah berseteru dengan khalifah di Baghdad. “Tak ada peluang baginya mencitrakan diri sebagai pembela Islam. Terakhir ia dikenal dengan kebiasaannya bermain perempuan,” tulis John Man. Dalam hal ini, Jenghis Khan tak berniat terlibat dalam kekacauan pemerintahan Kerajaan Khwarezmian. Ia hanya menginginkan hubungan perdagangan. Namun, Shah Muhammad berpikir apa mungkin seorang panglima perang haus darah seperti Jenghis Khan mendadak berubah, menjadi hanya punya tujuan damai yaitu perdagangan? Sebenarnya mungkin saja. Pasalnya, Jenghis Khan masih punya PR menaklukkan Cina Utara, yang hubungannya tak pernah benar-benar bersahabat dengan Mongol. Penaklukkannya baru terjadi 20 tahun mendatang. Menurut Leo de Hartog dalam Genghis Khan, Conqueror of the World , berdagang dengan negeri tetangga yang hidupnya menetap sangat penting bagi bangsa Mongol yang nomaden. Karena hubungan Mongol dengan Cina Utara yang tak stabil, pasokan gandum dari wilayah lain menjadi hal mendesak bagi mereka. Mereka berharap bisa melakukan hubungan dagang dengan negeri tetangga lainnya, yaitu Khwarezmian. Dalam usahanya membangun hubungan ini, Jenghis Khan dibantu para pedagang Muslim sebagai perantara. Keinginan Jenghis Khan akan perdagangan bebas antara Asia Tengah dan Asia Selatan-Barat diminati juga oleh para pedagang. “Mungkin itulah mengapa Jenghis Khan mampu mendapat dukungan dari para pedagang Muslim,” tulis Leo de Hartog. Namun, Shah Muhammad mencurigai perdagangan bebas dengan Mongol akan digunakan untuk spionase atas nama Jenghis Khan.Ditambah ia hanya melihat sedikit keuntungan dari kesepakatan itu. Bukan hanya karena pikiran negatifnya, tetapi ia pun menilai berdagang dengan Cina dan Rusia tak bakal memberi keuntungan lebih. “Pemikiran yang berbeda dari sang Shah membawa keuntungan bagi Jenghis Khan. Para pedagang Muslim yang mempunyai kepentingan sama dengan Jenghis Khan pun banyak memberinya informasi tentang Sultan Muhammad,” tulis Leo de Hartog. Sumber Petaka Untuk menunjukkan niat berdagangnya kepada penguasa Khwarezmian, Jenghis Khan mengirim 500 karavan sarat muatan berharga dari Mongolia ke Khwarezmian. Utusan ini terdiri dari 450 orang yang mayoritas pedagang Muslim dan 500 unta. Bersama itu, Jenghis Khan juga mengirim seorang duta besar, Uqana. Lewat dialah pesan untuk sang sultan akan disampaikan. Sayangnya, mereka justru ditawan waktu tiba di Provinsi Otrar, kota di perbatasan Khwarezmian oleh Gubernur Inalchuq. Allan Trawinski dalam The Clash of Civilizations menjelaskan, Inalchuq, yang masih kerabat ibu sultan itu, mengklaim kedatangan utusan Mongol itu adalah konspirasi untuk melawan Khwarezmian. “Namun tak mungkin kalau ada di antara delegasi itu yang merupakan mata-mata,” tulis Trawinski. Menurut Leo de Hartog, alasannya sebagian karena sang gubernur marah sebab salah seorang pedagang memanggil Inalchuq tanpa gelarnya. Sebagian lagi karena Inalchuq keblinger melihat betapa berharganya barang-barang yang dibawa oleh semua karavan itu. Inalchuq lalu melaporkan kepada Shah Muhammad , bahwa para utusan yang ia tawan itu adalah mata-mata Mongol. Ia mengusulkan untuk mengeksekusi mereka semua. Tak jelas apa memang sang Shah percaya pada laporan gubernurnya itu. Kendati bukan tak mungkin juga, mengingat dia punya pemikiran kalau para pedagang Muslim telah melayani penguasa selain dirinya. Namun, menurut Leo de Hartog, sikapnya kemudian lebih disetir oleh nafsu yang sama seperti gubernurnya, yaitu ingin menguasai muatan yang dibawa oleh para pedagang utusan Mongol. Shah Muhammad sepakat untuk mengeksekusi seluruh utusan Mongol, termasuk duta besar. Barang-barangnya dirampas dan dijual di Bukhara. “Reaksi Muhammad merupakan perwujudan kebodohan, yang kelima unsurnya adalah kelemahan, keluguan, ketidaktahuan, xenophobia (ketakutan dan kebencian terhadap sesuatu atau seseorang yang asing, red ), dan keangkuhan,” tulis John Man. A da satu pengendara unta yang berhasil kabur. I a melapor kepada Jenghis Khan. Namun, penguasa Mongol itu masih berniat melakukan s ekali lagi usaha untuk menghindari perang, khususnya di wilayah ini. Mengapa? karena kalau perang artinya ada lagi perluasan wilayah Mongol, satu lagi operasi militer, lalu garis batas yang semakin luas untuk dipertahankan, dan siapa tahu, malah berujung pada kekalahan. Jenghis Khan pun mengirim tiga duta besar kepadaShah Muhammad. Satu orang Muslim, dua Mongol. Mereka membawa protes atas perlakuan sang sultan terhadap niat baik Mongol. Mereka juga meminta agar gubernur Otrar diserahkan kepada Mongol untuk dihukum. Shah Muhammad menolak dan memerintahkan untuk mengeksekusi duta besar Muslim, pemimpin rombongan. Dua duta besar lain dicukur jenggotnya sampai habis. “Jenghis Khan melihat pembunuhan utusannya yang kedua ini sebagai penghinaan menjijikan yang harus ia tuntut balas,” tulis Leo de Hartog. Pada 1219, Jenghis Khan memimpin pasukannya ke barat. Suku-suku kecil di sepanjang perjalanan ikut ditumpas. Menurut Don Nardo, sejarawan Amerika, dalam Genghis Khan and the Mongol Empire , Jenghis Khan membawa pasukan berjumlah 110.000-125.000 pasukan berkuda, ditambah 60.000 sekutu Cina dan lainnya. Sebenarnya Mongol kalah jumlah. Sebab, Shah Muhammad mampu mengumpulkan 400.000 pasukan atau lebih. Namun, banyak di antara mereka adalah tentara bayaran yang hanya punya sedikit loyalitas kepada rajanya. Soal jumlah pasukan itu banyak perdebatan. Trawinski menyebut sejarawan Islam kontemporer yakin jumlah pasukan Mongol lebih besar, sekira 600.000-700.000. Sementara pasukan Shah Muhammad jumlahnya 400.000 orang. Kehancuran Besar Berapapun jumlah pasukan Mongol, yang jelas membawa petaka besar. Pertama-tama, mereka mengepung Otrar, yang gubernurnya ikut memancing amuk Jenghis Khan. Si raja kecil, Inalchuq diburu sampai mati. Kotanyadiratakan. Pada 1220, pasukan Mongol sudah mendekati Bukhara. Sekira 300.000 orang yang mendiaminya ikut merasakan “hukuman Tuhan” sebagaimana di katakan Jenghis Khan dalam pidatonya di kota itu. Hartanya dirampas, kotanya dibakar, bentengnya didobrak. Warga yang masih hidup dikumpulkan dan dibagi-bagi ke dalam tugas mereka yang baru. Dari Bukhara, gempuran pasukan Mongol mengalir ke ibukota, di Samarkand, wilayah Uzbekistan saat ini. Kotanya dilindungi benteng yang kuat. Tapi, bagi pasukan Mongol cukup sepuluh hari untuk menembusnya. Sama seperti sebelumnya, kota itu dibumihanguskan, rakyatnya dibunuh. Shah Muhammad kabur dalam serangan ini. Ia mendapatkan kematiannya di sebuah pulau kecil di Lautan Kaspia karena terguncang dan putus asa. Kemenangan akhirnya jatuh ke tangan Mongol pada awal 1221. Dengan seluruh kerajaan nyaris menjadi miliknya, Jenghis Khan mengutus Tolui, putra keempatnya, melakukan pembersihan. Hanya butuh tiga bulan baginya untuk mengatasi tiga kota utama: Merv, Nishapur, dan Herat. Soal berapa orang yang tewas akibat kemarahan Jenghis Khan ini, menurut John Man mustahil untuk dipastikan. Saat itu tak ada sensus. Angka yang selama ini disebutkan hanyalah tebakan. “Dilihat dari segi manapun, peristiwa itu masih merupakan salah satu pembunuhan massal terbesar dalam sejarah, jika dilihat secara proporsional, mungkin yang terbesar,” tulis John Man. John Man menyebut peristiwa itu setara dengan pemusnahan 25-30 persen dari populasi yang diakibatkan bencana terbesar Eropa, The Black Death. Dengan matinya Shah Muhammad, Kerajaan Khwarezmian pun tak lama lagi hanya tinggal sejarah. Bahkan beberapa wilayahnya tetap hancur sampai beberapa abad kemudian.
- Pesona Sejarah Carnevale Venezia
KECERIAAN jutaan warga dan turis di Venezia, Italiaberganti cemas. Topeng-topeng pesta marak warna nan berganti masker-masker medis. Carnevale di Venezia atau Karnaval Venesia yang termasyhur itu harus dihentikan sebelum perayaan puncaknya, 25 Februari 2020 di Piazza San Marco. Gegaranya,merebaknya kasus COVID-19 alias virus corona . Karnaval yang “11-12” dengan Karnaval Rio itu mestinya berlangsung pada18-25 Februari atau jelang ibadah puasa pra-Paskah dalam agama Katolik. Namunper Minggu (23/2/2020), pemerintah negara bagian maupun pemerintah regioni (semacam negara bagian) sepakat menghentikan karnaval dan memberlakukan lockdown (karantina) di 12 kota di utara Italia. Pemberlakuan karantina sementara yang diputuskan sampai 1 Maret 2020 itu tidak hanya berlaku untuk karnaval, namun juga untuk sejumlah aktivitas, seperti pameran fesyen Giorgio Armani atau laga-laga sepakbola Serie A yang dimainkan di utara Italia. “Kami harus memberlakukan tindakan drastis. Mulai malam ini Karnaval Venezia, juga gelaran-gelaran lain, termasuk olahraga, sampai 1 Maret akan dihentikan. Termasuk juga semua acara perkumpulan pribadi maupun publik harus dihindari. Sekolah-sekolah ditutup sampai akhir bulan ini,” ujar Presiden regioni VenetoLuca Zaia, dikutip Deutsche Welle , Minggu (23/2/2020). Karnaval Venezia yang sempat berjalan sebelum akhirnya dihentikan per Minggu, 23 Februari 2020 (Foto: Twitter @Venice_Carnival) Keputusan itu diambil setelah tiga dari 155 pasien terdampak virus corona tewas. Korban tewas terakhiradalah seorang lansia berusia 78 tahun, Adriano Trevisan, yang meninggal di rumahsakit di Padova, kota tetangga Venezia . Pesta Khas Venezia Selama berabad-abad, Karnaval Venezia yang khas dengan pesta topeng itu masih menyisakan misteri soal asal-usulnya. Marianne Mehling dalam Venice and the Veneto menyebutkarnaval itu dipengaruhi tradisi Saturnalia di era Romawi Kuno sekira (500 SM) . Jika “dikonversi” ke kalender Masehi, perayaan Saturnalia lazimnya digelar sepanjang 17-23 Desember.Dalam kurun itu para budak Romawi dibebaskan sementara untuk ikut berpesta sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Saturnus. Perayaannya berupa pesta minuman, makanan, hingga berjudi. Namun dalam masa itu para penikmat perayaan belum mengenal tradisi pesta topeng. Menurut Elizabeth Horodowich dalam A Brief History of Venice, cikal-bakal karnaval berkenaan dengan pesta makanan dan minuman sebelum puasa pra-Paskah Katolikbaru eksis pada 1094. Kala itu Venezia sudah berbentuk republik (Repubblica di Venezia).Pemimpin Venezia Doge (Adipati) Vitale Faliero yang mencetuskan karnaval itu. “Tertulis dalam dokumen Doge Vitale Falierebahwa catatan pertama tentang karnaval terjadi pada 1094 dan perayaannya digelar terbuka untuk publik jelang puasa pra-Paskah,” sebut Horodowich. Ilustrasi Karnaval Venezia di masa-masa awal Republik Venezia (Foto: venezia.it ) Pesta semacam karnaval yang lebih besar dan jadi cikal bakal Karnaval Venezia, menurut James H. Johnson dalam Venice Incogito: Masks in the Serene Republic, baru terjadi pada 1162, selepas Republik Venezia menang perang atas Ulrich II von Treven, Patriark Aquileia. Ulrich II ingin menguasai Venezia sehubungan dengan kampanye perluasan wilayah kekuasaan Kaisar Frederick Barbarossa (Frederick I), dari Germania ke Italia. Upaya Ulrich memicu Doge Vitale II Michiel memberi perlawanan sengit dengan mengirim armadanya ke Grado, basis kekuatan Ulrich II. Ulrich lantas terkepung dan ditawan. Beruntung nasibnya diselamatkan Paus Aleksander III yang turun tangan memediasi perdamaian. Sri Paus meminta Doge Vitale membebaskan Ulrich dengan imbalan selusin babi ternak dan 300 potong roti yang akan dikirimkan rutin setiap tahun. “Kekalahan Ulrich pada 1162 kebetulan bertepatan dengan masa-masa jelang puasa pra-Paskah menjadi anugerah tersendiri bagi para pemimpin kota (Venezia). Persembahan (dari Sri Paus) itu kemudian dijadikan jamuan setiap kali digelarnya perayaan di Alun-Alun San Marco dengan disemarakkan pesta dansa,” tulis Johnson. Ilustrasi Carnevale di Venezia oleh pelukis Pietro Longhi yang dibuat tahun 1751 (Foto: Museo dell' Settecento Veneziano) Tetapi perayaan itu belum dilengkapi pesta topeng dan parade kostum mewah nan glamor. Topeng baru dikenakan para kaum aristokrat maupun golongan menengah pada 1296 ketika pemerintah republik mengesahkan Karnaval Venezia sebagai hari libur publik. “Sejak saat itu Karnaval Venezia dikenal luas karena pesta topengnya, parade kostum, pertunjukan musik dan seni, serta hiburan malam yang lantas jadi daya tarik orang asing datang ke Venezia,” imbuhnya. Topeng dan Larangan Karnaval Penggunaan topeng merupakan hal paling khas dari Karnaval Venesia. Dengan topeng, para peserta karnaval seolah mendapatkan kebebasan tak terbatasuntuk bersenang-senang, baik berjudi atau bercinta terlarang tanpa harus takut diketahui siapapun. Dari sini pula konon kelegendaan Giacomo Casanova bermula. Casanova merupakan petualang cinta ternama di abad ke-18 yang dengan kharismanya mampu bikin banyak kaum hawa ‘kelepek-kelepek’. Dia tak peduli sang mangsanya masih gadis atau istri orang. Penggunaan topeng juga menghilangkan batas-batas kelas antara kaum bangsawan maupun rakyat jelata sepanjang karnaval. Lebih jauh, penggunaan topeng juga menciptakan lapangan pekerjaan baru: mascherari alias pembuat topeng. Mereka membuat topeng bervariasi,mulai dari berbahan porselain, kayu, hingga plastik di zaman modern. Adegan Giacomo Casanova tengah merayu seorang wanita di Karnaval Venezia dalam film "Casanova" yang rilis 2005 (Foto: IMDb) Variasi bentuk topeng juga bermacam-macam.Yang paling khas antara lain bauta atau topeng sederhana dan tak banyak corak namun menutupi 100 persen wajah. Selain itu ada colombina , semacam topeng setengah muka yang hanya menutupi mata, hidung, dan bagian atas pipi. Jenis yang juga jamak disenangi para penikmat karnaval adalah moretta (topeng gelap) atau servetta mutta (topeng pelayan bisu). Topeng ini lazimnya berwarna hitam yang nyaris menutupi seluruh wajah, kecuali sisi lingkar luarnya. T openg ini hanya dilengkapi sepasang lubang mata tanpa lubang untuk hidung dan mulut. Cara p em akai an nya pun bukan seperti topeng lain dengan karet atau tali, melainkan digigit sisi dalamnya bak topeng reog Ponorogo. Maka d ar i itu topeng ini dinamakan topeng pelayan bisu. Tak ketinggalan,adatopeng Medico Della Peste . Topeng ini berbentuk paruh burung, mengadopsi masker atau topeng ahli medis Prancisabad ke-17Charles de Lorme. De Lorme biasa menggunakan topeng berparuh saat menangani para korban wabah pes, kemudian diikuti para dokter di Jerman hingga Belanda. Karnaval Venesia akhirnya memancing perhatian para bangsawan dalam maupun luar negeri. Sejumlah aristokrat Eropa meluangkan waktu mereka untuk datang ke Venezia. Namun masa-masa indah itu berakhir pada akhir abad ke-18. Karnaval Venezia digelar terakhir kalinya pada Februari 1797 di era Republik Venezia, lantaran pada Mei di tahun yang sama republik itu dikuasai Jenderal (kemudian kaisar) Napoléon Bonaparte. Empat varian topeng paling populer: Bauta, Colombiana, Moretta, dan Medico Della Peste Seiring mundurnya Doge Ludivico Manin dan runtuhnya Republik Venezia, berakhir pula kejayaan karnaval. Kekuasaan Venezia lantas diserahkan Napoléon ke Kekaisaran Austria dalam rangka Perjanjian Campo Formio, 17 Oktober 1797. Di bawah kekuasaan Austria, karnaval apapun dilarang. “Perhelatan karnaval secara terbuka terus diberlakukan di masa kekuasaan Austria, hingga kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Italia pada 1866. Di masa itu karnaval sempat dibolehkan digelar meski tak secara terbuka dan khusus untuk event pribadi bangsawan tertentu, sampai kemudian diktator Benito Mussolini total melarangnya pada 1930-an,” ungkap Daniel Shafto dalam Carnival . Butuh waktu lama bagi sebagian warga Venezia untuk menghidupkan tradisi itu lagi pasca-Perang Dunia II, mengingat Italia turut luluh-lantak. Pada 1967, beberapa tokoh di Venezia coba menghidupkannya kembali dalam rangka pesta kostumserta pesta topeng pribadi. Pada 1979, pemerintah Italia akhirnya membuka mata akan tradisi ratusan tahun itu dan menyatakan Karnaval Venezia sebagai warisan Italia untuk dilestarikan. Karnaval itupun mulai digelar lagi dalam skala kolosal pada Februari 1980 dengan ditambah agenda yang dijadikan tradisi baru, yakni La Maschera Più Bella alias Kontes Topeng Terindah.
- Sejarah Kolam Renang Pertama di Indonesia
KOLAM renang telah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Kolam renang pertama berada di Bandung, Jawa Barat, berawal dari kolam ikan sederhana yang dibangun pada 1904. Kolam renang Cihampelas itu terletak di sisi jalan kecil Tjihampelaslaan (Jalan Taman Hewan), yang menghubungkan Lembangweg (Jalan Cihampelas) dan Ghyselsweg (Jalan Tamansari). "Kolam renang Tjihampelas adalah kolam renang tertua di Bandung. Kolam renang ini semula merupakan kolam ikan milik Ny. Homann, istri pemilik Hotel Savoy Homann, Tuan Homann," tulis Sudarsono Katam Kartodiwirio dan Lulus Abadi dalam Album Bandoeng Tempo Doeloe . Kolam renang Cihampelas dibangun untuk melayani tamu-tamu hotel. Pada masanya termasuk lengkap dengan tiga buah kolam berstandar internasional. Kolam renang Cihampelas sempat menjadi tempat berlatih Perkumpulan Berenang Bandung (Bandoengse Zwem Bond) yang berdiri pada 1917. Kolam renang itu hanya diperuntukan bagi orang-orang Belanda dan Eropa. Plang larangan bagi pribumi sungguh menyakitkan. Mantan Jaksa Agung Letjen TNI (Purn.) Soegih Arto menjadi saksinya pada masa kecil. "Saya masih ingat waktu di Bandung guru olahraga setengah mati mencari kolam renang untuk pelajaran berenang," kata Soegih Arto dalam memoarnya, Sanul Daca . "Di kolam renang Centrum," lanjut Soegih Arto, "jelas tidak mungkin, karena tertulis dengan huruf besar VERBODEN VOOR HONDEN EN INLANDERS atau terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah DILARANG UNTUK ANJING DAN ORANG PRIBUMI. Begitulah derajat bangsa kita sewaktu dijajah Belanda, padahal ini sudah tahun 1940." Akhirnya, berkat seorang anggota Volksraad (Dewan Rakyat), para siswa diperbolehkan berenang di kolam renang Cihampelas. "Alangkah gembiranya kami, karena naik derajat setingkat di bawah bule, sedikit di atas anjing. Asyik juga berenang dengan bule-bule, apalagi wanitanya yang berbadan putih padat. Sayang pada waktu itu belum ada bikini," kata Soegih Arto. Jenderal TNI (Purn.) A.H. Nasution juga punya pengalaman berenang di kolam renang Cihampelas. Saat itu, dia sedang mengikuti pendidikan militer CORO (Corps Opleiding Reserve Officieren) di Bandung tahun 1940. "Tiap akhir minggu kami berenang di Cihampelas. Saya belum pernah sebelumnya berenang di dalam kolam renang, apalagi dengan cara gaya tertentu. Saya berenang di kali di masa kecil, karena itu harus mulai lagi belajar dari mula pangkal," kata Nasution dalam memoarnya, Memenuhi Panggilan Tugas: Kenangan Masa Muda . Kolam renang Tjihampelas di Bandung, 1930-1935. (Tropenmuseum). Menurut Sudarsono Katam dan Lulus Abadi, selain kolam renang Cihampelas, kolam renang lain di Bandung adalah kolam renang Centrum (sekarang bernama kolam renang Tirta Merta), yang dibangun pada 1920 dengan gaya arsitektur modern tropis Indonesia, karya arsitek C.R. Wolff Schoemaker. Letak kolam ini di Bilitonstraat (sekarang Jalan Belitung). Kolam renang lainnya berada di kompleks Dago Teehuise (Dago Tea House) dan di Cimindi cukup dikenal masyarakat Bandung, tetapi telah ditutup sejak akhir tahun 1950-an. Pada 1950-an, kolam renang Cihampelas dan Centrum menjadi tempat berlatih atlet-atlet renang daerah dan nasional. Bahkan, renang menjadi olahraga pertama yang melakukan pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Bandung untuk menghadapi Olimpiade Roma 1960 dan Asian Games 1962 di Jakarta. "Sistem pelatnas ini kemudian diikuti oleh cabang-cabang lain sebelum akhirnya Sukarno menyetujui pelatnas Asian Games dipusatkan di kota kembang tersebut," tulis Brigitta Isworo Laksmi dan Primastuti dalam biografi M.F. Siregar, Matahari Olahraga Indonesia . Saat itu, M.F. Siregar ditunjuk sebagai pelatih kepala cabang olahraga air yang terdiri dari renang, polo air, dan loncat indah. "Sejak tahun 1950-an, Siregar punya kebiasaan meninggalkan rumah pukul 04.30 pagi untuk melatih renang dan polo air di klub Tirta Merta maupun di pelatnas renang yang saat itu dilaksanakan di Bandung, dan di perkumpulan renang Tirta Taruna dan pelatnas di Jakarta," tulis Brigitta dan Primastuti. Sayangnya, kolam renang Cihampelas barakhir nahas. Setelah sempat terbengkalai, akhirnya kolam renang pertama di Indonesia itu dibongkar untuk dijadikan hotel. Penghancuran itu disayangkan sejumlah pihak di antaranya Irsan Sutedja, mantan atlet renang dan anggota Komisi Teknik Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) KONI Jawa Barat. "Sejak tahun 1959," kata Irsan dikutip detik.com , "saya berlatih mengawali karier saya sebagai atlet renang di kolam Centrum dan Cihampelas itu."*
- Krakatau Semakin Memukau
Kritikus musik Indonesia mengatakan banyak musik bagus dari era 1980 dan 1990-an. Era ini ditandai oleh kehadiran beragam grup musik dengan karya berumur panjang. Salah satu grup musik itu Krakatau. Krakatau menghibur para penggemar mereka di Jakarta Selatan. (Fernando Randy/Historia). Krakatau muncul dari prakarsa Pra Budi Dharma, Dwiki Dharmawan, Budhy Haryono, dan Donny Suhendra. Semuanya kelahiran Jawa Barat. Karena itu, mereka menamai grup musiknya sebagai Krakatau. Sebuah gunung berapi di barat Jawa. Pemain Bass Pra Budi Dharma salah satu pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Donny Suhendra dan Dwiki Darmawan, pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Krakatau beraliran jazz dan sering gonta-ganti personel. Sekarang personelnya adalah Trie Utami pada vokal, Dwiki dan Indra Lesmana pada piano serta keyboard , Pra Budi pada bass, Donny pada gitar, dan Gilang Ramadhan pada drum. Aksi Trie Utama membawakan lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Krakatau telah menciptakan sejumlah album bermusikalitas. Daya musikalitas ini diperoleh dari tempaan menahun para personelnya. Hingga mereka mempunyai kemampuan bermusik di atas rata-rata orang kebanyakan. Sempat vakum, kini Krakatau lahir kembali. (Fernando Randy/Historia). Serupa sebuah gunung berapi, ada masanya Krakatau begitu aktif. Lain waktu justru begitu tenang. Tak ada aktivitas. Misalnya pada tahun 2006, mereka vakum. Penyebabnya, alasan klasik grup-grup musik: jenuh dan sibuk dengan urusan masing-masing. Indra Lesmana, salah satu anggota Krakatau yang cukup bersinar di kancah musik Indonesia. (Fernando Randy/Historia). Waktu untuk kembali aktif datang juga. Krakatau bergemuruh kembali. Kali ini dengan nama Krakatau Reunion. Mereka membuat konser intim pada 2019. Disebut konser intim karena penontonnya tak banyak. Hanya 30 orang terpilih yang dapat menyaksidengarkannya dalam sebuah rumah yang diubah menjadi studio di Jakarta Selatan. Gilang Ramadhan, salah satu drummer terbaik Indonesia yang bergabung bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia). "Dengan adanya konser intim ini, kami ingin memberitahu bahwa kami akan kembali menggunakan nama Krakatau," ujar Gilang Ramadhan di sesela konser. Meski lama tak tampil bersama, semangat bermusik Krakatau terasa masih sangat besar. Trie Utami seolah tidak pernah kehabisan energi. Katanya, mungkin karena endapan energi dari masa lalu. Ekspresi Trie Utami saat tahu bahwa dirinya sering dikerjain anggota Krakatau lainnya. (Fernando Randy/Historia). Perempuan yang akrab disapa Mbak Iie itu bercerita tentang masa lalu Krakatau. "Dulu saya paling sering dikerjain. Disuruh nyanyi teriak dengan nada tinggi saat di studio rekaman. Suara saya dibilang kurang tinggi terus. Sampai mau habis. Pas saya lihat kebelakang, ternyata mereka ketawa-ketawa. Nyiksa bener, ya." Indra Lesmana saat beraksi bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Lama tak latihan bersama membuat personel Krakatau sering lupa tempo. Tapi ini bukan masalah besar. Mereka justru menjadikannya bahan candaan. "Semakin melegenda, semakin pelupa. Jadi kami tidak ingin disebut seperti itu karena tak mau lupa caranya bermain musik," kata Indra Lesmana. Donny Suhendra sedang menyetel gitarnya. (Fernando Randy/Historia). Lagu dan logo Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Pernyataan tersebut itu langsung ditimpali Gilang. Menurutnya, kata legenda akan melenakan mereka. "Terkadang yang di kepala ini juga bukan hanya tentang musik. Banyak hal lain yang menjadi pikiran kami. Kami memang tidak ingin disebut legenda karena bisa semakin menjadi pelupa," kata Gilang. Dwiki Dharmawan benar-benar menghayati lagu-lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Salah satu tato dan aksesoris ular milik vokalis Krakatau, Trie Utami. (Fernando Randy/Historia). Walau Krakatau enggan menyandang atribut legenda, orang-orang kadung menisbatkan legenda kepada mereka. Sebagai penghargaan atas karya album sebanyak sepuluh selama mereka mengusung nama Krakatau. Semuanya berkualitas tinggi. Gilang Ramadhan usai tampil bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Tapi Krakatau merasa belum waktunya berhenti total. Mereka masih ingin terus berkarya bersama. "Mungkin seperti Gunung Krakatau sesungguhnya yang pernah meletus, kami juga pernah bubar. Namun semangat bermusik kami tetap sama, seperti halnya Gunung Anak Krakatau yang berdiri kukuh di sana," tutup Indra Lesmana. Bangku kosong di salah satu sudut studio tempat Krakatau berlatih. (Fernando Randy/Historia).
- Setelah Arief Tewas di Ujung Peluru
HAKIM Sorimuda Pohan (77), masih ingat kejadian itu. Jumat, 25 Februari 1966, dirinya termasuk dalam iringan puluhan ribu mahasiswa dan rakyat yang mengantarkan jenazah Arief Rachman Hakim ke Tempat Pemakaman Umum Blok P Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. “Begitu banyaknya orang yang mengiringi jenazah Arief, hingga ketika kepalanya sudah di Blok P, ekornya masih tertinggal di Salemba,” ujar lelaki yang saat itu menjabat sebagai ketua senat Fakultas Kedokteran UI tersebut. Arief Rachman Hakim, mahasiswa FKUI, tewas tertembak saat melakukan aksi demonstrasi di depan Istana Merdeka pada 24 Februari 1966. Sampai detik ini, pelaku penembakannya secara persis tak pernah terungkap. Para demonstran anti Presiden Sukarno menuduh prajurit-prajurit dari Resimen Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Sukarno, sebagai penembak Arief. Namun soal itu kemudian dibantah secara keras oleh Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, Kolonel (CPM) Maulwi Saelan. Usai pemakaman Arief Rachman Hakim, situasi Jakarta semakin memanas. Di tingkat atas, Presiden Sukarno melakukan pertemuan mendadak dengan para perwira senior militer yang tergabung dalam Komando Ganyang Malaysia (KOGAM). Pertemuan tersebut pada akhirnya menghasilkan keputusan pembubaran Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) berdasarkan S.K. KOGAM No.41/Kogam/1966 tertanggal 25 Februari 1966 langsung ditandatangani oleh Panglima Tertinggi KOGAM, yang tak lain adalah Presiden Sukarno sendiri. “Sejak itulah, KOGAM diplesetkan oleh para mahasiswa menjadi Komando Ganyang Mahasiswa,” tulis Christian Wibisono dalam Aksi-Aksi Tritura . Pembubaran KAMI dilanjutkan dengan pelarangan untuk berdemonstrasi dan penangkapan sejumlah tokoh mahasiswa anti Sukarno. Panglima Kodam V Jakarta Raya, Mayor Jenderal Amir Machmud bahkan mengumumkan akan memberlakukan jam malam di seluruh kawasan ibu kota. Besoknya, Brigadir Jenderal Kemal Idris (Kepala Staf Kostrad) mengontak seluruh tokoh KAMI. Demi keamanan, dia mendesak mereka untuk sementara “mengungsi” ke Markas Komando Tempur (KOPUR) II yang terletak di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. “Kami saat itu bukan saja disuruh mengungsi tapi juga dibekali senjata dan bahkan didampingi beberapa prajurit pengawal jika terpaksa harus pergi ke luar,” ungkap Hakim Sorimuda. Pernyataan Hakim dibenarkan oleh peneliti sejarah gerakan mahasiswa 1966 asal Australia, John Maxwell. Dalam Soe Hok Gie: A Biography of A Young Indonesian Intellectual (dalihbahasakan menjadi Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani ), malah dikatakan bahwa lewat seorang perwira intelijennya Letnan Kolonel Ali Murtopo, Kostrad membentuk Unit Operasi Khusus guna melindungi para tokoh mahasiswa. “Bisa jadi itu dilakukan pula supaya kelompok perwira militer (yang anti Sukarno) lebih mampu mengendalikan gerakan mahasiswa,” tulis Maxwell. Sementara itu surat-surat perintah penahanan, penangkapan dan pengamanan para pemimpin mahasiswa anti Sukarno mulai disebarkan. Menurut Christian Wibisono, nyaris seluruh instansi berlomba mencari muka di depan Presiden Sukarno. Kejaksaan Agung lewat Jaksa Agung Muda Bidang Intel Brigadir Jenderal Sunarjo Tirtonegoro mengerahkan anggota-anggota Direktorat Polisi Militer untuk memburu mahasiswa anti Sukarno. Begitu pula Kodam V Jakarta Raya, para preman pimpinan bekas jagoan Pasar Senin Letnan Kolonel Syafii dan (tentu saja) intel Resimen Tjakrabirawa termasuk pihak-pihak yang aktif menangkapi para mahasiswa yang dicurigai terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi sepanjang Januari-Februari 1966. Usai terjadi berbagai operasi pengamanan itu, banyak pemimpin KAMI yang langsung menghilang dari pandangan publik. Mereka langsung “bertiarap” dan masing-masing menyelamatkan diri. Menurut Maxwell, bisa jadi para mahasiswa tersebut dianjurkan mundur dari garis depan oleh para penasehat politik senior. “Mereka sebenarnya tidak memiliki kontrol atas (gerakan) mahasiswa…Pekerjaan mereka (hanyalah) rapat dengan pihak militer,” ungkap seorang aktivis mahasiswa asal Bandung yang sempat diwawancarai oleh Maxwell. Para tokoh mahasiswa itu baru berupaya menjadi pusat perhatian lagi setelah turunnya Surat Perintah 11 Maret 1966. Namun kalangan aktivis mahasiswa yang berbasis di kampus terlanjur muak dengan mereka. Dalam kumpulan artikelnya yang kemudian dibukukan dengan judul Zaman Peralihan , aktivis mahasiswa UI Soe Hok Gie malah menyebut para tokoh mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan bersikap oportunis laiknya para politisi. Itu berbeda dengan para pemimpin mahasiswa yang tetap bertahan dan terus berani berbuat setelah terjadinya penembakan terhadap Arief Rachman Hakim. “Tokoh-tokoh itu tidak berbicara sebagai politikus, tetapi sebagai mahasiswa biasa…” ungkap Soe Hok Gie. Di lain pihak, ketidakkompakan sikap di kalangan mahasiswa anti Sukarno, dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan pro Sukarno. Tiga hari setelah dikeluarkan keputusan pelarangan demonstrasi oleh KOGAM, ribuan pendukung Sukarno justru melakukan aksi pamer kekuatan di jalanan Jakarta. Dengan berdalih ikut berpartisipasi dalam rapat umum Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI, organisasi mantel PNI) di Senayan, para loyalis Sukarno bersatu dan mengecam demonstrasi-demonstrasi anti pemerintah sebagai “perpanjangan tangan dari pada Nekolim”. Puncaknya terjadi ketika Soebandrio, salah seorang menteri yang dekat dengan Sukarno, menyerukan kepada massa untuk berani “menghadapi teror dengan teror”. Maka begitu rapat usai, ribuan loyalis Sukarno kemudian menyerbu kampus UI di Salemba. Menurut Yozar Anwar dalam catatan hariannya (kemudian dibukukan dengan judul: Angkatan 66: Sebuah Catatan Harian Mahasiswa ), bentrok pun pecah saat sekumpulan loyalis Sukarno berpakaian hitam-hitam memaksa para anggota Resimen Mahajaya untuk menaikan bendera setengah tiang (tanda berkabung atas kematian Arief Rachman Hakim) di depan markas mereka, namun permintaan tersebut ditolak mentah-mentah. Keributan terus meliputi Jakarta setelah terjadinya penembakan terhadap Arief Rachman Hakim. Kondisi itu semakin mencekam ketika kelompok militer pimpinan Letnan Jenderal Soeharto-Kolonel Sarwo Edhie Wibowo secara terbuka memutuskan untuk melindungi gerakan mahasiswa anti Sukarno. Situasi justru kemudian berbalik merugikan kelompok pro Sukarno ketika pada 11 Maret 1966, Letnan Jenderal Soeharto mengantongi kuasa untuk mengatasi segala keributan tersebut. Tanpa banyak pertimbangan, Soeharto kemudian membubarkan PKI dan memberangus kelompok-kelompok pro Sukarno.
- Ketika Kaum Kere Berhimpun
Sabtu malam, 1 Februari 1919, sebuah perhimpunan dibentuk di bawah naungan Sarekat Islam (SI) Semarang. Namanya Sarekat Kere (SK). Sesuai namanya, yang berkumpul dalam sarekat ini ialah orang-orang kere (miskin). Sarekat Kere dibentuk di rumah Partoatmodjo, seorang anggota Sarekat Islam sekaligus redaktur surat kabar Sinar Hindia . Dalam pertemuan malam itu, Partoatmodjo menyebut Sarekat Kere dibentuk untuk menjalin persatuan kaum kere dari segala bangsa. Syaratnya hanya satu, tidak punya bondo (harta). "Adapun maksudnya dan tujuannya perhimpunan Sarekat Kere itu hanya buat segala bangsa yang terlalu miskin menjadi tiada memandang yang terlalu miskin, menjadi tiada memandang bangsa apa saja asal tidak punya bondo , yang hendak masuk menjadi lid (warga) S.K. mesti ditrima," sebut Partoatmodjo seperti dikutip Sinar Hindia , 3 Februari 1919. Meski tujuan utamanya menyatukan kaum kere agar dapat saling membantu, namun Sarekat Kere ternyata punya tujuan lain. Malam itu, secara lebih spesifik, Partoatmodjo menyebut pentingnya persatuan antara orang kere Tionghoa dan bumiputra. "…maka perhimpunan S.K. menerima segala bangsa yang terlalu miskin supaya kita orang semua bisa menjadi satu maksud atau satu tujuan yang kemudian hari janganlah sampai menimbulkan perselisihan antara bangsa T.H. en B.P. utama, yang tumpah darahnya di Hindia," terang Partoatmodjo. Ditegaskannya mengenai persatuan orang Tionghoa dan bumiputra dalam Sarekat Kere ini tampaknya berkaca dari peristiwa kerusuhan di Kudus akhir 1918. Sekitar bulan Oktober 1918, terjadi kerusuhan yang timbul karena gesekan antara Tionghoa dan bumiputra di Kudus. Kerusuhan itu menyebabkan orang-orang Tionghoa Kudus harus mengungsi. "Oleh karena jikalau tidak begitu akan bisa di belakang kali boleh jadi menimbulkan perselisihan sebagai yang telah terjadi di Kudus, itulah dipandang oleh S.K. perbuatan yang amat kejam, maka S.K. mencari daya upaya supaya leden baikpun bangsa Tionghoa atau bumiputra jangan sampai menaruh kebencian pihak satu sama lain, S.K. akan mengadakan guna keperluannya leden yang mana terlalu miskin dan lagi leden dari S.K.,” jelas Partoatmodjo. Partoatmodjo menambahkan, Sarekat Kere juga akan memberikan bantuan hukum jika ada orang kere yang terlibat kasus hukum. “Jika mendapat kesalahan yang melanggar Wet negeri akan mendapat perbantuannya bestuur hingga sempat di muka pengadilan,” sebutnya. Sarekat Kere hanya menerima anggota orang kere. Orang kaya tidak boleh masuk, namun boleh memberi sumbangan. “Adapun perhimpunan S.K. juga menerima lid orang yang kaya, tetapi itu orang kita anggap derma saja ( donnatur ) yang tidak dapat suara,” ungkap Partoadmodjo. Pada pertemuan malam itu, meraka kemudian memilih Kromoleo sebagai ketua. Kromoleo merupakan anggota Sarekat Islam yang juga seorang dalang wayang golek. Sementara itu, Partoatmodjo sendiri dipilih sebagai wakil ketua. Pengurus lainnya, termasuk orang Tionghoa, antara lain Liem Pen Lip, The Koe Tjing, S. Parto H, Soelatin, Oei Ong Kwe, Sanjoto, Pomo, dan Rame. Selain guna menyatukan kaum kere, memberi bantuan hukum serta menghindari perselisihan antara Tionghoa dan bumiputra, Sarekat Kere juga dimanfaatkan untuk membangun posisi tawar orang kere di hadapan orang kaya. Soe Hok Gie dalam Di Bawah Lentera Merah menyebut bahwa golongan kere di Semarang sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa. “Golongan kaum gembel ini siap untuk mendengarkan the cry of agitator . Kaum yang tidak mempunyai apa-apa ini dengan sendirinya memiliki keberanian lebih besar untuk bertindak dan sangat mudah dibakar semangatnya,” tulisnya. Ketua Sarekat Kere, Kromoleo, pernah menulis syair berjudul Sair kita voor saudara Marco. Melalui beberapa bait dalam syair yang dipublikasikan Sinar Hindia , 3 Maret 1919 ini, Kromoleo hendak menegaskan eksistensi Sarekat Kere yang ditakuti bangsawan dan kapitalis. Kromolamoek poenya koempoelan/Keree namanja boekan hartawan/Nama bagoes tida berdjalan/Itoe nama Keree nakoeti kaoem bangsawan. Orang tanjak takoet itoe nama/Karena koempoelan gombal jang pertama/Biar bagoes dan kaja bagimana/Bangsa belanda liat semoea hina. B.P. dan T.H. menjadi goembira/Dengar Keree mendjelma/Kapitalisme misti kasih derma/Takoet gombal nanti mara. Ini Keree Sociaal namanja/Soedah tentoe lekas bergeraknja/Karena Sneevliet tinggal suaranja/Ada satoe Kromo nanti ambil tempatnja.
- Sebelum Pearl Harbor, Pesawat AL Jepang Pernah Tenggelamkan Kapal AL AS.
VICTORIA Sabrina , kapal pesiar milik Victoria Cruises yang berbasis di New York, akan melakukan pelayaran perdana Mei 2020 nanti di Sungai Yangtze, China. Kapal pesiar mewah ramah lingkungan sepanjang 150 meter itu akan jadi kapal pesiar terbesar di dunia yang beroperasi di sungai. Pelayaran kapal Amerika di Sungai Yangtze bukanlah hal baru. Pada 1920-an, tanker-tanker milik Standard-Vacuum Oil, perusahaan minyak terbesar Amerika, dan kapal-kapal kargo Amerika hilir-mudik di sungai terpanjang China itu. Setelah ditandatanganinya perjanjian dengan pemerintah Republik China pada 1930, kapal-kapal perang Amerika juga rutin melayari sungai itu. Kapal-kapal perang itu mengawal kapal tanker dan kapal kargo Paman Sam agar tak dibajak dan dirompak, di mana kejahatan itu di Sungai Yangtze meningkat sejak akhir 1920-an. Kapal perang Amerika bahkan pernah jadi korban dalam pelayaran di Sungai Yangtze, dikenal sebagai Insiden USS Panay . Gegara Pendudukan Jepang Insiden USS Panay berawal dari direbutnya Shanghai oleh Jepang dalam Perang China-Jepang Kedua, 1937. Kejatuhan Shanghai membuat Chiang Kai-shek, kepala pemerintahan Republik China, mencari cara untuk melawan agresi itu. Oleh para penasehat militernya yang berkebangsaan Jerman, Chiang disarankan mengambil taktik pancingan. Yakni, membiarkan pasukan Jepang maju dari Shanghai ke ibukota Nanking dan terus masuk ke pedalaman lewat Sungai Yangtze. Saat pasukan Jepang sudah masuk jauh ke pedalaman itulah baru pasukan China menggempur dari sisi kanan-kiri sungai. Chiang menyetujui saran itu. Dengan masuknya Jepang ke Nanking pada November 1937, pertempuran sengit pun pecah karena militer China di bawah pimpinan Tang Shengzi mati-matian mempertahankannya alih-alih menyatakan Nanking sebagai kota terbuka. Pertempuran itu kemudian dikenal sebagai Pembantaian Nanking, karena pasukan Jepang memperkosa perempuan dan membunuhi penduduk sipil. Kondisi mengerikan itu mendorong penduduk yang selamat berbondong-bondong mengungsi. Perwakilan-perwakilan negara asing juga mengevakuasi warganya sejak November. Pada 11 Desember, Inggris dan Amerika kembali mengevakuasi warganya. Amerika menggunakan tiga kapal tanker milik Standard-Vacuum Oil, SSMei Ping, SS Mei An, dan SS Mei Hsia , dengan pengawalan kapal perang USSPanay . Konvoi itu berangkat pukul 8.30 pagi waktu setempat. Selain mengangkut 54 kru, Panay saat itu mengangkut empat staf Kedutaan AS dan 10 jurnalis AS dan asing. Konvoi yang dipimpin Panay itu mencapai titik 28 mil dari Nanking pada pukul 13.30 tanggal 12 Desember. Saat itulah beberapa pesawat pembom Yokosuka B4Y yang dikawal pesawat tempur A4N Nakajima Type 95 dari Grup Udara ke-13 AL Jepang pimpinan Letnan Okumiya Masatake terlihat terbang di atas mereka. Pesawat-pesawat itu ditugaskan ke Sungai Yangtze berdasar laporan intelijen yang menyatakan kapal-kapal Tiongkok yang dipenuhi tentara sedang bergerak naik ke Yangtze dari Nanking. Yakin akan keakuratan informasi intelijennya, pilot pesawat Yokosuka langsung melepaskan beberapa bomnya ke konvoi kapal Amerika di sungai. Satu bom berhasil mengenai satu kapal di konvoi itu yang terlihat sebagai kapal perang ( USS Panay ). Aksi Yokosuka langsung diikuti enam Nakajima menukik ke arah konvoi sambil memberondongkan senapan mesin dan menjatuhkan total 20 bom. USSPanay membalas serangan dengan menembakkan senapan mesin kaliber 30mm-nya meski saat itu lambungnya sudah sobek dan deknya terbakar. Namun tak satupun tembakan itu mengenai pesawat-pesawat Jepang tadi. Sebaliknya, kapal-kapal Amerika itu kembali didatangi pesawat-pesawat Jepang yang terus memberondong dan melepaskan bom-bomnya. “Setelah bombardir dan pemberondongan 20 menit terus-menerus itu, hasilnya amat menghancurkan. Kapal utama ( Panay , red .) dihajar di tengah sungai, dikelilingi peluru, terbakar, dan miring ke kanan. Dua kapal lain terdampar di tepi kanan Sungai Yangtze, yang lain di tepi kiri,” tulis Peter Harmsen dalam Nanjing 1937: Battle for a Doomed City . Meski sempat pergi, pesawat-pesawat Jepang itu kembali lagi karena Letnan Okumiya dimarahi atasannya lantaran tak menenggelamkan langsung kapal-kapal tadi. Kali ini mereka gagal menemukan kapal-kapal Amerika tadi dan hanya mendapati empat kapal lain yang berada lebih dekat dari kota Nanking. Okumiya langsung menjatuhkan bom 60 kilogramnya yang menghantam salah satu kapal. “Ketika dia berhenti (menyerang), dia melihat, dalam sepersekian detik, Union Jack di sisi lambung kapal. Dia menyadari kesalahannya,” sambung Harmsen. Bukan kapal Amerika, kali ini yang dihantam pesawat-pesawat Jepang merupakan kapal Inggris SS Wantung . “ SS Wantung berlayar dari Shanghai ke Wuhu untuk melakukan kerja penyelamatan di sana. Dia juga membawa muatan 100 ton kacang untuk Komite Zona Keamanan Internasional di Nanking,” tulis buku A Dark Page in History: The Nanjing Massacre and Post-Massacre Social . Kesalahan Okumiya segera disadari rekan-rekan pilotnya sehingga mereka tak jadi melepaskan tembakan dan bom. Pesawat-pesawat Jepang itu segera kembali ke pangkalan. Serangan kedua atas Panay membuat situasi di geladak kacau. Komandan Panay K apten James Joseph Hughes tertembak pahanya sehingga posisinya digantikan Letnan Arthur F. Anders. Personil militer lain yang tertembak yakni Pratu Charles Lee Ensminger dan Prajurit William Gorge Hulsebus. Sementara, penumpang sipil yang teridentifikasi tertembak adalah Sandro Sandri, kontributor suratkabar Italia La Stampa berusia 42 tahun, dan sekretaris Kedubes AS John H Paxton. Dokter kapal langsung menjadikan ruang mesin sebagai rumahsakit darurat. Sekira 45 korban serangan mengantri untuk mendapat perawatannya. Letnan Anders, yang tangannya tertembak dan lehernya terkena pecahan peluru, akhirnya memberi perintah lewat tulisan karena tak bisa bicara. Semua orang diperintahkannya meninggalkan kapal pada pukul 14.00 itu. Beberapa sekoci langsung membawa para kru dan penumpang ke sebuah pulau berilalang lebat, tempat para penumpang Panay bersembunyi. Dari rerimbunan ilalang, mereka melihat sebuah powerboat AL Jepang mendekati Panay sambil memberondong. Para serdadu Jepang itu lalu menaiki Panay dengan bendera Amerikanya yang masih berkibar. Lima menit kemudian mereka kembali ke powerboat dan pergi. Panay akhirnya tenggelam pukul 15.45 dan sempat diabadikan oleh kamera beberapa jurnalis yang menumpanginya. Karena takut, para penumpang Panay bertahan di yang dingin itu. Mereka baru menyeberang ke desa terdekat setelah keadaan aman. Namun, malamnya Pratu Ensminger dan Sandri tewas akibat luka-lukanya terlalu parah. Mereka semua akhirnya diselamatkan USS Oahu dan kapal Inggris HMS Ladybird . Berita serangan atas Panay pun sampai ke Tokyo dan Kedubes AS di Tokyo. Dubes AS untuk Jepang Joseph C. Grew pusing dan khawatir Amerika balas menyerang Jepang karena kasus Panay . Sebab, menurut FJ Bradley dalam He Gave the Order: The Life and Times of Admiral Osami Nagano, “Amerika memindahkan skuadron B-17 Flying Fortress ke Pangkalan Clark di Filipina sebagai tanggapan terhadap Insiden Panay.” Grew tak ingin kasus peledakan kapal AS USS Maine di Havana tahun 1898 yang memantik Amerika berperang dengan Spanyol terulang pada Jepang. Pemerintah Jepang akhirnya meminta maaf kepada pemerintah Amerika dan setuju membayar kompensasi sebesar 2,2 juta dolar. Permintaan maaf itu membuat pemerintah Amerika akhirnya memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan Insiden Panay . Berbeda dari pemerintah Jepang yang bersikeras serangan terhadap Panay karena salah identifikasi oleh pilotnya, rakyat Jepang menunjukkan simpati luar biasa kepada para korban dan keluarga mereka. Surat belasungkawa dan permintaan maaf hingga donasi uang dari masyarakat Jepang beragam kalangan, mulai anak-anak hingga pensiunan angkatan laut, terus membanjiri Kedubes AS di Tokyo dan konsulat-konsulat AS di kota-kota besar Jepang. Salah seorang yang bersimpati adalah bocah dari Nagasaki yang mengirim uang dan surat bertuliskan “Kepada pelaut Amerika”. “Dalam sebuah surat dua hari kemudian, konsulat di Nagasaki melaporkan kepada Grew bahwa pada 21 Desember seorang bocah lelaki dari SD Shin Kozen membawa surat dan sumbangan dua yen ke konsulat dan ditemani oleh kakak laki-lakinya. Konsul melampirkan kontribusi dan surat anak itu baik asli maupun terjemahannya. Surat itu berbunyi, ‘Musim dingin telah tiba. Setelah mendengar dari kakak saya bahwa kapal perang Amerika telah tenggelam beberapa hari lalu, saya merasa sangat menyesal. Dilakukan tanpa niat, saya meminta maaf atas nama para prajurit. Mohon dimaafkan. Ini adalah uang yang saya tabung. Tolong serahkan kepada para pelaut Amerika yang teluka.’ Bocah itu tidak menyebutkan namanya dalam surat itu, juga tidak mengungkapkannya ketika mengunjungi konsulat,” tulis Trevor K. Plante, arsiparis di unit Old Military and Civil Records, National Archives and Records Administration, dalam artikel yang dimaut archives.gov , “Japanese Expressions of Sympathy and Regret in the Wake of the Panay Incident”. Baik kompensasi resmi maupun donasi sukarela rakyat Jepang akhirnya tuntas dilaksanakan. Donasi yang terus berjalan hingga Februari 1938 dan memusingkan Dubes Grew itu –karena berpendirian menolak donasi apapun di luar kompensasi resmi, Washington memerintahkan untuk mengembalikan donasi itu; sementara Grew tak ingin Amerika menolak donasi karena melukai hati para pemberi donasi– akhirnya menghasilkan pendirian lembaga Japan-America Trust pada April 1938. Lembaga inilah yang mengalokasikan uang donasi untuk membiayai keperluan yang berhubungan dengan persahabatan Amerika-Jepang. “Kedua belah pihak lega dengan hasil dari masalah kontribusi Panay. Pembentukan Japan-America Trust menghapus semua kebutuhan untuk mengembalikan uang (donasi), dan tidak ada bagian dari pemerintah atau warga negara Amerika lain yang diuntungkan dari donasi tersebut,” sambung Plante.*
- Deregulasi, Cara Orde Baru Mengerek Pertumbuhan Ekonomi
PEMERINTAH telah menyerahkan draft Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja ke DPR pada pertengahan Februari 2020. RUU itu memuat revisi sejumlah pasal dalam hampir 80-an undang-undang di bidang ekonomi, pajak, lingkungan, ketenagakerjaan, dan banyak lagi. Bersama penyerahan itu, salinan RUU mulai tersebar dan dibaca oleh masyarakat.
- Mongol, Penakluk Terbesar dalam Sejarah
Delapan ratus tahun yang lalu, masyarakat nomaden yang kecil tiba-tiba meledak, keluar dari padang rumput Mongolia yang dingin dan kering. Mereka menaklukkan beberapa kekuasaan di wilayah perbatasan dan menjadi penguasa terbesar dalam sejarah. Jenghis Khan memimpin bangsa Mongol menghancurkan beberapa dinasti kuat pada zamannya. Termasuk Dinasti Abbasiah di Baghdad, Dinasti Jin dan Dinasti Song di Cina, serta Kerajaan Khwarezmian di Asia Tengah. Kekuasaan Mongol menghubungkan Eropa dengan Asia dalam waktu kurang dari se abad. Pencapaiannya itu disebut Pax Mongolica atau era ketika wilayah Eurasia menyatu di bawah kekuasaan Mongol. Sejarawan Queens College dan Columbia University, Morris Rossabi dalam Khubilai Khan: His Life and Times menjelaskan keberhasilan Mongol lebih dari sekadar menghubungkan Eropa dan Asia. Mereka juga berperan dalam pemerintahan di banyak wilayah taklukkannya dengan bantuan para penasihat dan administrator Tionghoa, Persia, dan Turki. “Mereka berkembang dari penjarah menjadi penguasa,” tulis Rossabi. Di negeri-negeri yang dikuasai, mereka membentuk sistem birokrasi, merancang sistem perpajakan, dan memperhatikan kepentingan petani dan pedagang. Beberapa pemimpin Mongol juga mendorong budaya asli, melindungi seniman, penulis, dan sejarawan. “Seni drama Cina, penulisan sejarah Persia, seni dan arsitektur Buddha Tibet, semuanya berkembang selama masa pemerintahan Mongol,” tulis Rossabi. Apa yang membuat bangsa Mongoldi bawah Temujin atau Jenghis Khan mampu mendirikan imperium terluas sepanjang sejarah? Sebagai kaum pengembara di wilayah padang rumput, mereka dirundung kekeringan, musim dingin yang parah, dan penyakit hewan peliharaan. Akibatnya, ekonomi mereka rapuh. Perdagangan dengan petani di wilayah-wilayah yang hidup menetap menjadi penting, khususnya dengan wilayah Cina. Saat sulit, penghuni padang rumput mencari dan kadang menerima gandum dari orang Cina. Dari mereka juga orang Mongol memperoleh barang-barang kerajinan. Semua itu ditukar dengan hewan dan hasilnya. Jika mereka menolak berdagang, bangsa Mongol akan menjarah untuk memperoleh produk-produk itu. Sebelum lahirnya kekuatan Mongol yang terorganisir, pada akhir abad ke-11 dan awal abad ke-12, penghuni stepa di Mongolia terdiri dari beberapa klan. Mereka berkembang menjadi suku-suku. Menurut Rossabi, kepala suku awalnya semacam pemimpin agama. Ia dipilih karena kecakapan militernyadengan dukungan bangsawan yang mengendalikan para penggembala biasa. “Kepala suku bertanggung jawab atas pelatihan militer. Penekanan pada pelatihan militer memberi kepala suku akses mobilisasi jika terjadi perang,” tulis Rossabi. Kemunculan Pemimpin Persatuan bangsa Mongol selalu rusak oleh persaingan antarsuku. Lalu muncul Temujin yang mendekati usia 30 tahun berkuasa atas setengah klan-klan Mongol. Menurutsejarawan Inggris, John Man dalam Jenghis Khan, Legenda Sang Penakluk dari Mongolia , pada 1206 Temujin dilantik dengan gelar Jenghis Khan. Dalam sebuah khural , atau isitlah masa kininya, parlemen Mongolia, ia diproklamirkan sebagai pemimpin bangsa yang baru saja bersatu.Temujin sekarang menjadi penguasa mutlak atas sebagian besar wilayah yang kini menjadi Mongolia. Jenghis Khan menyatukan beragam suku Mongol dan mengaturnyamenjadi mesin militer yang kuat.Ikatan kesukuan berubah menjadi kekuatan resimen yang menuntut kesetiaan kepada komandan. Berganti resimen bisa dihukum mati. Komandan tak taat bisa dipecat. Jenghis Khan sendiri membentuk kesatuan pengawal elite teridiri dari 10.000 orang. “Kesatuan itu mencakup anak lelaki dari para komandan. Ini cerdik dan sangat orisinal. Sebelum seorang komandan berpikir untuk tak setia , ia akan ingat anak lelakinya adalah tawanan Sang Khan, bahwa pengkhianatan akan melibatkan keduanya,” tulis John Man. Dengan kata lain, kesetiaan pribadi menggantikan ikatan kesukuan. Dalam hal ini, Jenghis Khan sedang membangun jaringan sosial baru yang lebih lestari. “Tercurah pada satu tujuan, yaitu penaklukan,” tulis John Man. Rentetan ekspedisi ke luar perbatasan awalnya adalah tradisi. Misalnya, serangan ke Cina adalah bagian dari tradisi yang diwarisi pemimpin Mongol dari generasi ke generasi. Demi mencapai tujuan ini, persatuan suku adalah suatu prasyarat. Pada gilirannya ini memberi pembenaran bagi pengejaran kepala suku lawan. Bahkan jika ia kabur ke negeri yang jauh, seperti Kuchlug, keturunan keluarga pimpinan Suku Naiman, yang kabur ke Khara Khitai di Asia Tengah bersama sedikit tentara yang tersisa. “Kuchlug dan pangkalan barunya memainkan peran penting dalam menarik Jenghis ke barat memasuki dunia Islam, yang akhirnya menjadi landasan bagi lebih banyak lagi penaklukkan di barat,” tulis John Man. Sebenarnya tak ada kepala suku kaum nomaden yang secara sadar dan sukarela mencoba menaklukkan kekuatan yang jauh dari rumahnya. Apalagi jika kerajaan itu adalah kekuatan dominan di kawasannya. Namun, ada saat ketika Jenghis Khan tak punya pilihan. Ia merasa terhina. Seorang penguasa Kerajaan Khwarezmian yang wilayahnya mencakup sebagaian besar perbatasan antara Uzbekistan dan Turkmenistan masa kini, juga meliputi Iran dan Afghanistan, telah memancing perang. Shah Khwarezmian, Mohammad, telah menantangnya dengan membunuh banyak utusan Jenghis Khan pada 1217. Padahal, Jenghis Khan hanya berniat melakukan perdagangan dengan wilayah itu. “Jika ancaman itu tak ditanggapi, ia hampir pasti akan menjadi korban seorang Shah yang ambisius dan berhasrat memperluas kekuasaannya hingga ke daratan Cina yang kaya,” tulis John Man. “Mari kita menderap melawan orang-orang Islam untuk membalas dendam!” seru Jenghis Khan,dalam The Secret History , satu-satunya catatan asli Mongol paling signifikan tentang Jenghis Khan. Lukisan pasukan Mongol dalam sebuah peperangan. (Wikipedia). Cuaca Mendukung Pada 1219, Jenghis Khan memimpin pasukan ke barat. Suku-suku kecil di sepanjang perjalanan turut pula ditumpas. “Yang bergulir ke arah barat pada 1219 adalah sebuah mesin penghancur raksasa, yang disetir oleh pasukan berkudanya,” tulis John Man. Pada 1221, Mongol meraih kemenangan. Selain karena kekuatannya, keberhasilan mereka juga bergantung pada kondisi cuaca yang mendukung. Buktinya ditemukan para peneliti yang mempelajari kebakaran hutan di Mongolia pada 2010 . Neil Pederson, peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, dan rekannya, Amy Hessl, peneliti dari West Virginia University, menemukan pohon pinus Siberia kerdil yang tumbuh dari retakan aliran lava batu padat tua di Pegunungan Khangai, Mongolia. Mereka melihat pada permukaan yang kering dan hampir tanpa tanah, pohon tumbuh sangat lambat, sangat peka terhadap perubahan cuaca tahunan, sekaligus dapat hidup dalam perubahan zaman yang fantastis. Dari lingkaran cincin di batang pohon, selain bisa diketahui usianya, juga bisa dipelajari perubahan kondisi lingkungan di mana pohon itu tumbuh. Menurut para peneliti, cincin pohon itu menunjukkan kondisi stepa Asia Tengah yang biasanya dingin dan gersang, pada masa kemunculan kekaisaran Mongol justru dalam kondisi paling basah lebih dari 1.000 tahun. Karenanya, produksi rumput pasti meningkat. Pun demikian halnya sejumlah besar kuda perang dan ternak lainnya yang memberi kekuatan kepada bangsa Mongol. “Sebelum bahan bakar fosil, rumput dan kecerdikan adalah bahan bakar bagi bangsa Mongol dan budaya di sekitar mereka,” tulis Neil Pederson, dilansir dari laman resmi Columbia University . Penelitian ini pun membantah anggapan bahwa bangsa Mongol berkembang karena melarikan diri dari cuaca buruk di kampung halaman mereka. Sebelumnya banyak yang menulis, termasuk Morris Rossabi, kalau penurunan tajam suhu di Mongolia berdampak pada berkurangnya tinggi rumput di dataran stepa. Hewan ternak terancam punah. Keberlangsungan hidup orang Mongol pun bergantung pada pertukaran dengan orang Cina yang berujung pada serangan terhadap tetangga mereka itu. “Bangkitnya pemimpin besar Jenghis Khan dan munculnya kekaisaran terbesar dalam sejarah manusia bisa jadi di antaranya didorong oleh cuaca sementara yang mendukung,” tulis Neil Pederson. Demikianlah,Jenghis Khan percaya bahwa Langit Biru, sesuai kepercayaan bangsa Mongol, telah menakdirkannya untuk menyatukan bangsa Mongol dan memimpin mereka untuk menaklukkan wilayah lain.“Dia tidak diragukan lagi seorang jenius militer dan ahli politik yang cerdas,” tulis Rossabi. Sejarah mencatat, invasi Mongol merupakan salah satu yang paling menghancurkan dalam sejarah dunia . Kendati pemimpin terbesarnya, Jenghis Khan meninggal pada 1227, putra dan cucunya melanjutkan penaklukkannya. Mereka menundukkan sebagian besar wilayah yang kini men j adi Korea modern, Tiongkok, Rusia, Eropa Timur, Asia Tenggara, Persia, India, dan Timur Tengah.
- Santo Iker di Bawah Mistar
MASIH ingat Iker Casillas? Penjaga gawang Real Madrid sepanjang era Galácticos (2000-2014) itu selalu menjadi pembeda dari rekan-rekannya yang garang kala menghadapi lawan. Casillas selalu tampil menawan dengan kharisma dan perilakunya yang jauh dari kata arogan. Bak santo, ia enggan mengekspresikan rasa sakitnya ke publik kala dibuang dari klub yang dibelanya selama 25 tahun pada 2015. Padahal Casillas punya saham dalam mendatangkan lima gelar La Liga, dua Copa del Rey, empat Supercopa de España, dan tiga gelar Liga Champions dalam titimangsa 2000-2014. Namun itulah Madrid dengan presidennya Florentino Pérez. Yang menguntungkan, bakal dibintangkan. Tapi sebanyak apapun prestasi yang disumbangkan seorang bintang, klub tak menganggapnya dan bakal membuang kalau tak lagi menguntungkan. Casillas masih untung karena klub Portugal FC Porto mau menampungnya. Di Portugal, Casillas membuktikan belum habis. Ia membantu Porto mendulang gelar Primeira Liga musim 2017-2018. Sejak Mei 2019 Casillas mengidap penyakit jantung dan kini ia tutup buku untuk karier bermainnya (Foto: Twitter @IkerCasillas) Sayangnya sejak Mei 2019 Casillas mulai jarang tampil gegara didiagnosa punya penyakit jantung. Tahun ini jadi tahun terakhir Casillas mentas di lapangan hijau, di usia 39 tahun. “Sebelum mengumumkan pencalonannya (Presiden RFEF), Casillas menemui saya untuk memberitahu keputusannya mengakhiri karier,” ujar Presiden FC Porto Jorge Nuno Pinto da Costa, dikutip Sportstar , 18 Februari 2020. Ramalan Sejak Masa Kehamilan Sebagai penerus estafet kiper hebat Spanyol, Casillas punya prestasi paling mentereng dibanding empat pendahulunya. Ricardo Zamora, Antoni Ramallets, Luis Arconada, sampai Andoni Zubizarreta belum pernah merasakan gelar yang didapat Casillas. Lahir di Madrid pada 20 Mei 1981 dengan nama Iker Casillas Fernandéz, Casillas merupakan putra dari pasangan José Luis Casillas dan María del Carmen Fernández González. Jose merupakan pegawai di Kementerian Pendidikan Spanyol dan Maria seorang penata rambut. Iker Casillas di masa jadul kala meniti karier di akademi Real Madrid "La Fábrica" (Foto: Twitter @IkerCasillas) Sebagaimana dikisahkan Enrique Ortego dalam biografi Iker Casillas: La Humildad del Campeón , Casillas memiliki darah Basque. Kakeknya dari pihak ayah merupakan seorang perwira guardia civil , semacam polisi militer asal Bilbao. Ada kisah menarik tentang prediksi masa depan Casillas meski ia belum lahir ke dunia. “Suatu hari, seorang tukang sepatu dekat apartemen mereka meramalkan bahwa putra mereka akan jadi pemain hebat dan dia akan bermain untuk menaklukkan semua tantangan yang ada sekaligus mensejajarkan diri dengan para kiper hebat Basque,” tulis Jonathan Wilson dalam The Outsider: A History of the Goalkeeper. Prediksi tukang sepatu itu terbukti. Casillas bahkan sukses di tingkat internasional. Selain mengantarkan Spanyol merebut Piala Eropa 2008 dan 2012, Spanyol di masa Casillas akhirnya mampu mencicipi juara Piala Dunia pada 2010. “Casillas sebagai kapten di tiga sukses besar itu,” sambung Wilson. Momen paten Casillas di Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012 (Foto: uefa.com/fifa.com ) Fans Madrid dan timnas Spanyol menjulukinya San Iker alias Santo Iker atau Iker si Orang Suci. “Persahabatannya dengan Xavi (kapten Barcelona) sejak di timnas muda Spanyol menjadi faktor besar dalam meredakan perseteruan Madrid-Barcelona yang bisa merusak spirit skuad timnas, mengingat rivalitas kedua tim saat itu di bawah asuhan José Mourinho dan Pep Guardiola,” ungkap entrenador Spanyol di Piala Dunia 2010, Vicente del Bosque, dikutip Wilson. Ikon Abadi Madrid Namun sebelum sampai ke kegemilangan itu, Casillas merintisnya dengan susah-payah. Sebagai anak introvert , ia lebih sering bermain sepakbola dengan ayahnya ketimbang anak-anak sebayanya. Itu disebabkan karena ayahnya sering dimutasi sehingga Casillas tak pernah punya teman dekat yang bertahan lama. Dari bersepakbola dengan ayahnya itulah Casillas mulai menyukai posisi kiper gegara setiap bermain di taman dia yang selalu jadi penangkap bola yang ditendang ayahnya. Sang ayah yang melihat bakat Casillas lalu coba memasukkan Casillas ke program ujicoba Real Madrid saat mereka pindah ke Madrid. Setiap tahun Real Madrid menggelar serangkaian ujicoba terbuka untuk anak-anak. Casillas mengikutinya saat berusia 10 tahun dan dia lulus di tes pertama. Namun pada tes kedua yang merupakan tes sparring, Casillas kebobolan tujuh gol. “Meski timnya kalah 7-1, Kepala Seksi Pemain Muda Madrid Antonio Mezquito melihat potensi dalam diri Casillas dan memutuskan untuk mengajaknya masuk akademi muda Real Madrid, La Fábrica,” sambung Ortego dalam biografi Casillas. Di tahun 1990 itulah karier Casillas dirintis. Meski posturnya enggak tinggi-tinggi amat, tapi Kak Casillas punya refleks yang cekatan untuk menjaga kesucian gawangnya (Foto: realmadrid.com ) Tuhan seolah sudah menata hidup Casillas untuk cemerlang di bawah mistar. Enam tahun setelah masuk La Fábrica dan bahkan belum menembus Real Madrid C, Casillas sudah terpilih masuk skuad Timnas Spanyol U-15 dan pada 1997 sudah turut memenangi Euro (Piala Eropa) U-16 di Jerman. “Hal terhebat tentang Iker adalah cara natural yang dia punya untuk selalu menghadapi banyak tantangan. Kedewasaan memberi dia ketenangan saat sedang bermain. Ketenangan yang berbuah manis,” ujar eks kiper Madrid dan timnas Spanyol yang melatih Casillas di La Fábrica, Paco Buyo, dikutip Wilson. Alhasil, pada akhir November 1997 Casillas sudah dipanggil ke tim senior Real Madrid. Usianya masih 16 tahun dan bahkan belum resmi masuk Real Madrid C lantaran ia masih menyelingi titian kariernya dengan pendidikan SMA di Instituto Cañaveral de Móstoles. Casillas, sebagaimana dimuat laman UEFA , 9 Februari 2019, mengenang momen itu. Jelang pemanggilan itu, Casillas dan teman-temannya tengah larut dalam obrolan tentang Madrid. Tiba-tiba kepala sekolah (kepsek) masuk ke ruangan kelasnya dan meminta Casillas segera menyusul ibunya ke Bandara Madrid-Barajas. “Itu sebuah anekdot yang bagus. Pak kepsek bilang, ‘Iker, kamu sebaiknya cepat panggil taksi dan bergegas ke (bandara) Barajas karena Real Madrid baru saja menelepon ibumu dan ibumu menelepon kami. Segeralah kamu pergi karena kamu akan ke Norwegia’,” ungkap Casillas mengingat momen dadakan jelang laga Liga Champions kontra Rosenborg itu. Pemanggilan Casillas itu atas permintaan entrenador Jupp Heynckes. Pasalnya kala itu kiper utama Bodo Illgner dan kiper kedua Santiago Cañizares tengah cedera. Casillas dibutuhkan sebagai kiper cadangan untuk melapisi kiper Madrid lainnya, Pedro Contreras. Meski akhirnya tak dimainkan, Casillas sudah cukup girang jadi penonton di bangku cadangan. “Saya bisa berada di tempat yang sama dengan Fernando Morientes, Clarence Seedorf, Fernando Sanz, Predrag Mijatović, Davor Šuker, dan Raúl González. Suatu hal yang magis dan akan selalu saya ingat,” tambahnya. Penampilannya yang top markotop di final Liga Champions 2002 memastikan posisinya sebagai portero permanen Madrid seterusnya (Foto: Twitter @IkerCasillas) Usai lulus SMA, Casillas full menseriusi kariernya di Real Madrid C pada 1998, kemudian Real Madrid B sebagai kiper utama, hingga menembus tim utama Madrid. Debutnya di tim utama berlangsung pada 12 September 1999, kala Madrid bertandang ke Stadion San Mamés untuk menghadapi Athletic Bilbao di pentas La Liga. Tiga hari berselang, Casillas mencatatkan rekor sebagai pemain termuda di Liga Champions (18 tahun, 177 hari) kala dibawa pelatih Toshack meladeni Olympiakos Piraeus. Namun yang menjadi titik penting kariernya di Los Blancos adalah final Liga Champions musim 2001-2002 kontra Bayer Leverkusen di Stadion Hampden Park, Glasgow, Skotlandia, 15 Mei 2002. Kala itu Casillas masuk di menit ke-68 menggantikan César Sánchez yang cedera. “Ia dengan reflek-reflek cepat dan penyelamatan-penyelamatannya yang tangkas, serta kecerdasannya untuk membaca antisipasi pemain lawan, membantu Madrid mempertahankan keunggulan 2-1 sampai akhir laga. Sejak saat itu posisinya di bawah mistar tim utama Madrid menjadi permanen,” singkap Charles Parrish dan John Nauright dalam Soccer Around the World: A Cultural Guide to the World’s Favorit Sport. Habis karier manis Casillas, sepah dibuang Real Madrid yang rasanya sakit tapi tak berdarah (Foto: realmadrid.com ) Sejak itulah nama Casillas senantiasa terpampang di starting eleven tiap laga Madrid, hingga mencetak 700 penampilan. Tak terhingga pula penghargaan pribadi yang ia sabet. Kegemilangan Casillas sempat bikin celamitan klub-klub kaya di Inggris dengan niat meminangnya. Beruntung, Casillas yang rupawan pilih setia pada Madrid. Sialnya, loyalitas Casillas justru dibalas Madrid dengan pembuangan. Pembuangan itu memang bukan tanpa alasan. Sejak 2013, penampilan Casillas mulai tak stabil setelah cedera parah. Akibatnya entrenador José Mourinho dan penggantinya, Carlo Ancelotti, memilih kiper lain ketimbang Casillas selepas ia pulih. Perlakuan Madrid melego Casillas ke FC Porto pada 11 Juli 2015 itu mendatangkan banjir kecaman. Sebaliknya, Casillas kebanjiran simpati. Salah satunya dari kiper legendaris Italia Gianluigi Buffon. “Anda akan selalu menjadi ikon Real Madrid. Tapi di atas itu semua, Anda adalah salah satu representasi terbaik seorang kiper. Semoga beruntung dalam petualangan baru, akan sangat aneh melihat Anda dengan seragam lain. Semangat Iker!” kata Buffon dinukil Marca , 13 Juli 2015.






















