top of page

Hasil pencarian

9580 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Dari SBY Sampai SDSB

    RIBUAN masyarakat Yogyakarta turun ke jalan menyaksikan sidang paripurna DPRD Yogyakarta yang membahas RUU Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Senin, 13 Desember 2010. Lazimnya demonstrasi, selain diisi oleh orasi, juga disemarakkan oleh kalimat bernada protes politik pada spanduk. Di antara kerumunan massa, beberapa orang mengenakan surjan dan blangkon tampak membentangkan spanduk sepanjang lima meter.  Pada spanduk yang dibuat oleh Gerakan Rakyat Mataram (Geram) tertulis,  “SBY: Sumber Bencana Yogya .” Akronim bernada isinuatif itu bukan yang pertama. Sebelumnya, dalam acara peringatan Sumpah Pemuda ke-77, 28 Oktober 2005, sekira 300-an massa yang tergabung dalam Komite Bersama Rakyat Jogja Menolak Lenga  (minyak) Larang  (mahal) (Koramell) menggelar aksi demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Dalam aksi tersebut mereka memelesetkan SBY jadi “ Sengsara Banget Yo  dan Soyo Bubrah Yo  (semakin berantakan ya),” tulis Detiknews.com ,  28 Oktober 2005.

  • (Bukan) Perhiasan Perang

    PADA peringatan Hari Ibu, setiap 22 Desember, biasanya kaum ibu bebas-tugas dari pekerjaan-pekerjaan domestik. Tapi di masa Jepang, kaum ibu justru masuk wilayah politik. Ada yang membantu Jepang dalam Perang Pasifik, ada pula yang menjadikannya sebagai momen perlawanan. Di masa pendudukan Jepang, semua organisasi perempuan yang dibentuk pada masa kolonial dibubarkan. Jepang lalu mendirikan Gerakan Istri Tiga A dan Barisan Putri Asia Raya, yang merupakan bagian dari gerakan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia). Gerakan ini tak bertahan lama, kemudian digantikan oleh Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dengan cabang perempuannya bernama Barisan Pekerja Perempuan Putera. Selain itu, Jepang mendirikan Fujinkai, kelompok perempuan setempat yang diketuai oleh istri pejabat tertinggi setempat. Putera akhirnya dilebur dalam organisasi baru, Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai), dengan bagian perempuan bernama Fujinkai.

  • Kado Natal untuk Yogyakarta

    DI tengah prahara, pada 2 Januari 1946 sepucuk surat dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX datang ke tangan Presiden Sukarno. Sultan menyampaikan Yogyakarta siap menjadi ibu kota sementara, menggantikan Jakarta yang tak aman lagi karena aksi tentara NICA. Sukarno-Hatta, menyambut baik tawaran itu. Dalam rapat kabinet 3 Januari 1946 para pemimpin republik memutuskan untuk memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Seusai rapat, sore menjelang malam, gerbong-gerbong kereta kosong digerakan perlahan dari Stasiun Manggarai. Nyaris tak berbunyi. Di jalan Pegangsaan Timur 56, persis di belakang rumah Sukarno, lokomotif berhenti. Dalam gelap malam yang mencekam Sukarno, Hatta, bersama para menterinya berangkat menuju Yogyakarta.

  • Kepala Henry IV

    SETELAH sembilan bulan melakukan serangkaian tes, sekelompok ilmuwan di Prancis akhirnya berhasil mengidentifikasikan kepala mendiang Raja Prancis, Henry IV. Hasil riset itu dipublikasikan online  dalam jurnal medis British Medical Journal , 15 Desember lalu. Selama ini kepala yang dilansir sebagai kepala Henry IV itu berpindah tangan dari satu kolektor ke kolektor lain, setelah menghilang pada 1793. Henry IV dikuburkan di Basilica St. Denis dekat Paris. Ketika revolusi Prancis mencapai puncaknya, pemakaman kerajaan itu digali dan kelompok revolusioner memotong kepala Henry dan kemudian mencurinya.

  • Kontroversi Nobel

    REPUTASI Peter Debye, orang Belanda peraih Hadiah Nobel di bidang Kimia tahun 1936, sempat tercoreng namanya karena dicurigai sebagai simpatisan Nazi. Bukti-bukti terbaru menunjukkan kemungkinan dia seorang informan anti-Nazi yang bekerja untuk Sekutu selama Perang Dunia II. Jurrie Reiding, pensiunan ahli kimia di Belanda, meneliti surat-surat pribadi Debye dan menyimpulkan bahwa dia kemungkinan besar menyediakan informasi bagi seorang mata-mata yang bekerja bagi agen intelijen Inggris, MI6, di Berlin. Temuan itu dipublikasikan Ambix , jurnal Society for the History of Alchemy and Chemistry di Belanda.

  • Memaknai Kepedihan Bersama

    CHHEU CHAP . Dua kata dalam bahasa Khmer itu menggambarkan kepedihan dengan iringan sergapan kelumpuhan fisik dan spiritual; serupa rasa sakit akibat pengkhianatan kekasih bercampur frustasi akan ketiadaan cara mengatasi rasa sakit itu. Demikian penjelasan antropolog Judy Ledgerwood dalam “The Cambodian Tuol Sleng Museum of Genocidal Crimes”, Museum Anthropology , terhadap dua kata yang menjadi komentar sebagian masyarakat Kamboja dalam buku tamu usai mengunjungi museum genosida Tuol Sleng.

  • Misteri Tiga Orang Kiri

    SEORANG pria berparas dingin, dengan mulut berlumur asap, serius berkata, “Jawa adalah kunci…”, “Djam D kita adalah pukul empat pagi…”, “Kita tak boleh terlambat…!” Dipa Nusantara Aidit pada 1980-an adalah Syu’bah Asa dalam film berjudul Pengkhianatan   G-30-S/PKI . Melalui film itu, Syu’bah berhasil menciptakan bayang-bayang di pikiran masyarakat tentang sosok Aidit: lelaki jahat penuh muslihat, haus kekuasaan, dan dengan dingin memerintahkan pembunuhan para jenderal.

  • Tanggal Salawe (25 Desember 1881) di Cianjur

    SUATU pagi, Hari Natal Kedua, 26 Desember 1881, 26 jemaat Cianjur merayakan Perjamuan Kudus. Sebelumnya, utusan Injil (zendeling)  Christiaan Albers menerima peti berisi bermacam-macam hadiah dari Negeri Belanda. Albers merupakan zendeling  tertua di Jawa Barat. Dia tiba di Batavia pada 1863, kemudian ditugaskan di Cianjur hingga tahun 1886. Albers menceritakan perayaan Natal di Cianjur dalam suratnya kepada Pengurus Pusat Perhimpunan Pekabaran Injil Belanda (NZV) tanggal 4 Januari 1882. Surat tersebut diterjemahkan Th. van den End dan disertakan dalam buku Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat 1858-1963.

  • Budhisme dan Tibet

    PERKENALAN Quan Zhenyuan dengan agama Budha adalah sebuah kebetulan. Seorang pemilik restoran vegetarian di Beijing memberinya sebuah buku tentang Budhisme yang langsung membuatnya terpikat. Saat ini, Quan adalah satu dari jutaan penduduk China yang menjadi pemeluk Budha. Jumlah mereka terus meningkat. “Dulu saya percaya bahwa Budhisme adalah takhayul belaka. Namun pandangan saya berubah setelah membaca buku berjudul Mengenal Budhisme ,” ujar Quan, berusia 32 tahun, seorang manajer eksekutif di sebuah agensi turisme di Beijing.

  • Sisi Lain Gipsi

    ENCARNACIÓN Rómero Bastante, seorang ahli manikur, tak yakin ketika sebuah program pemerintah Spanyol mempekerjakannya untuk melatih seorang perempuan Gipsi berusia 33 tahun bernama Emilia Jim nez González. Dalam waktu beberapa minggu, Rómero mengatakan bahwa siswinya berhasil mempelajari dengan baik semua hal yang berhubungan dengan cara merawat kuku. Romero kemudian melangkah lebih jauh dengan memberikan pekerjaan pada Jim nez. “Dia membuktikan bahwa dirinya seorang profesional,” ujar Rómero, yang sebelumnya tak punya kenalan orang Gipsi.

  • Peti Mati Pembunuh Kennedy

    PADA 25 November 1963, perwakilan dari 90 negara dari seluruh dunia menghadiri pemakaman John F. Kennedy di Washington. Jutaan pasang mata menyaksikan upacara penuh duka itu di televisi. Pada hari yang sama, pria yang dituduh sebagai pembunuh Kennedy juga dimakamkan dalam sebuah upacara sederhana di Fort Worth, Texas. Jasad Lee Harvey Oswald, yang terbujur dalam sebuah peti mati dari kayu pinus, dimakamkan dengan bantuan beberapa sukarelawan.

  • Perang Saudara dan Perbudakan

    Peringatan Perang Saudara bukan hal yang paling ditunggu oleh masyarakat Amerika. Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu episode paling memilukan sekaligus paling berdarah dalam sejarah Amerika. Meski demikian, persiapan peringatan 150 tahun Perang Saudara yang akan berlangsung selama empat tahun tetap berjalan. Setidaknya dilakukan beberapa kelompok di negara-negara bagian di Selatan. Mereka berencana merayakan momen-momen gemilang ketika pada 1861, sebelas negara bagian di Selatan menyatakan kedaulatan mereka, melepaskan diri dari Amerika Serikat, dan bergabung di bawah bendera Konfederasi.

bottom of page