top of page

Hasil pencarian

9591 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Sejarah Kolam Renang Pertama di Indonesia

    KOLAM renang telah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Kolam renang pertama berada di Bandung, Jawa Barat, berawal dari kolam ikan sederhana yang dibangun pada 1904. Kolam renang Cihampelas itu terletak di sisi jalan kecil Tjihampelaslaan  (Jalan Taman Hewan), yang menghubungkan Lembangweg  (Jalan Cihampelas) dan Ghyselsweg  (Jalan Tamansari). "Kolam renang Tjihampelas adalah kolam renang tertua di Bandung. Kolam renang ini semula merupakan kolam ikan milik Ny. Homann, istri pemilik Hotel Savoy Homann, Tuan Homann," tulis Sudarsono Katam Kartodiwirio dan ‎Lulus Abadi dalam Album Bandoeng Tempo Doeloe . Kolam renang Cihampelas dibangun untuk melayani tamu-tamu hotel. Pada masanya termasuk lengkap dengan tiga buah kolam berstandar internasional. Kolam renang Cihampelas sempat menjadi tempat berlatih Perkumpulan Berenang Bandung (Bandoengse Zwem Bond) yang berdiri pada 1917. Kolam renang itu hanya diperuntukan bagi orang-orang Belanda dan Eropa. Plang larangan bagi pribumi sungguh menyakitkan. Mantan Jaksa Agung Letjen TNI (Purn.) Soegih Arto menjadi saksinya pada masa kecil. "Saya masih ingat waktu di Bandung guru olahraga setengah mati mencari kolam renang untuk pelajaran berenang," kata Soegih Arto dalam memoarnya, Sanul Daca . "Di kolam renang Centrum," lanjut Soegih Arto, "jelas tidak mungkin, karena tertulis dengan huruf besar VERBODEN VOOR HONDEN EN INLANDERS  atau terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah DILARANG UNTUK ANJING DAN ORANG PRIBUMI. Begitulah derajat bangsa kita sewaktu dijajah Belanda, padahal ini sudah tahun 1940." Akhirnya, berkat seorang anggota Volksraad  (Dewan Rakyat), para siswa diperbolehkan berenang di kolam renang Cihampelas. "Alangkah gembiranya kami, karena naik derajat setingkat di bawah bule, sedikit di atas anjing. Asyik juga berenang dengan bule-bule, apalagi wanitanya yang berbadan putih padat. Sayang pada waktu itu belum ada bikini," kata Soegih Arto. Jenderal TNI (Purn.) A.H. Nasution juga punya pengalaman berenang di kolam renang Cihampelas. Saat itu, dia sedang mengikuti pendidikan militer CORO (Corps Opleiding Reserve Officieren) di Bandung tahun 1940. "Tiap akhir minggu kami berenang di Cihampelas. Saya belum pernah sebelumnya berenang di dalam kolam renang, apalagi dengan cara gaya tertentu. Saya berenang di kali di masa kecil, karena itu harus mulai lagi belajar dari mula pangkal," kata Nasution dalam memoarnya, Memenuhi Panggilan Tugas: Kenangan Masa Muda . Kolam renang Tjihampelas di Bandung, 1930-1935. (Tropenmuseum). Menurut Sudarsono Katam dan ‎Lulus Abadi, selain kolam renang Cihampelas, kolam renang lain di Bandung adalah kolam renang Centrum (sekarang bernama kolam renang Tirta Merta), yang dibangun pada 1920 dengan gaya arsitektur modern tropis Indonesia, karya arsitek C.R. Wolff Schoemaker. Letak kolam ini di Bilitonstraat  (sekarang Jalan Belitung). Kolam renang lainnya berada di kompleks Dago Teehuise (Dago Tea House) dan di Cimindi cukup dikenal masyarakat Bandung, tetapi telah ditutup sejak akhir tahun 1950-an. Pada 1950-an, kolam renang Cihampelas dan Centrum menjadi tempat berlatih atlet-atlet renang daerah dan nasional. Bahkan, renang menjadi olahraga pertama yang melakukan pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Bandung untuk menghadapi Olimpiade Roma 1960 dan Asian Games 1962 di Jakarta. "Sistem pelatnas ini kemudian diikuti oleh cabang-cabang lain sebelum akhirnya Sukarno menyetujui pelatnas Asian Games dipusatkan di kota kembang tersebut," tulis Brigitta Isworo Laksmi dan Primastuti dalam biografi M.F. Siregar, Matahari Olahraga Indonesia . Saat itu, M.F. Siregar ditunjuk sebagai pelatih kepala cabang olahraga air yang terdiri dari renang, polo air, dan loncat indah. "Sejak tahun 1950-an, Siregar punya kebiasaan meninggalkan rumah pukul 04.30 pagi untuk melatih renang dan polo air di klub Tirta Merta maupun di pelatnas renang yang saat itu dilaksanakan di Bandung, dan di perkumpulan renang Tirta Taruna dan pelatnas di Jakarta," tulis Brigitta dan Primastuti. Sayangnya, kolam renang Cihampelas barakhir nahas. Setelah sempat terbengkalai, akhirnya kolam renang pertama di Indonesia itu dibongkar untuk dijadikan hotel. Penghancuran itu disayangkan sejumlah pihak di antaranya Irsan Sutedja, mantan atlet renang dan anggota Komisi Teknik Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) KONI Jawa Barat. "Sejak tahun 1959," kata Irsan dikutip detik.com , "saya berlatih mengawali karier saya sebagai atlet renang di kolam Centrum dan Cihampelas itu."*

  • Krakatau Semakin Memukau

    Kritikus musik Indonesia mengatakan banyak musik bagus dari era 1980 dan 1990-an. Era ini ditandai oleh kehadiran beragam grup musik dengan karya berumur panjang. Salah satu grup musik itu Krakatau.  Krakatau menghibur para penggemar mereka di Jakarta Selatan. (Fernando Randy/Historia). Krakatau muncul dari prakarsa Pra Budi Dharma, Dwiki Dharmawan, Budhy Haryono, dan Donny Suhendra. Semuanya kelahiran Jawa Barat. Karena itu, mereka menamai grup musiknya sebagai Krakatau. Sebuah gunung berapi di barat Jawa. Pemain Bass Pra Budi Dharma salah satu pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Donny Suhendra dan Dwiki Darmawan, pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Krakatau beraliran jazz dan sering gonta-ganti personel. Sekarang personelnya adalah Trie Utami pada vokal, Dwiki dan Indra Lesmana pada piano serta keyboard , Pra Budi pada bass, Donny pada gitar, dan Gilang Ramadhan pada drum.  Aksi Trie Utama membawakan lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Krakatau telah menciptakan sejumlah album bermusikalitas. Daya musikalitas ini diperoleh dari tempaan menahun para personelnya. Hingga mereka mempunyai kemampuan bermusik di atas rata-rata orang kebanyakan. Sempat vakum, kini Krakatau lahir kembali. (Fernando Randy/Historia). Serupa sebuah gunung berapi, ada masanya Krakatau begitu aktif. Lain waktu justru begitu tenang. Tak ada aktivitas. Misalnya pada tahun 2006, mereka vakum. Penyebabnya, alasan klasik grup-grup musik: jenuh dan sibuk dengan urusan masing-masing. Indra Lesmana, salah satu anggota Krakatau yang cukup bersinar di kancah musik Indonesia. (Fernando Randy/Historia). Waktu untuk kembali aktif datang juga. Krakatau bergemuruh kembali. Kali ini dengan nama Krakatau Reunion. Mereka membuat konser intim pada 2019. Disebut konser intim karena penontonnya tak banyak. Hanya 30 orang terpilih yang dapat menyaksidengarkannya dalam sebuah rumah yang diubah menjadi studio di Jakarta Selatan.  Gilang Ramadhan, salah satu drummer  terbaik Indonesia yang bergabung bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia). "Dengan adanya konser intim ini, kami ingin memberitahu bahwa kami akan kembali menggunakan nama Krakatau," ujar Gilang Ramadhan di sesela konser. Meski lama tak tampil bersama, semangat bermusik Krakatau terasa masih sangat besar. Trie Utami seolah tidak pernah kehabisan energi. Katanya, mungkin karena endapan energi dari masa lalu. Ekspresi Trie Utami saat tahu bahwa dirinya sering dikerjain anggota Krakatau lainnya. (Fernando Randy/Historia). Perempuan yang akrab disapa Mbak Iie itu bercerita tentang masa lalu Krakatau. "Dulu saya paling sering dikerjain. Disuruh nyanyi teriak dengan nada tinggi saat di studio rekaman. Suara saya dibilang kurang tinggi terus. Sampai mau habis. Pas saya lihat kebelakang, ternyata mereka ketawa-ketawa. Nyiksa bener, ya."  Indra Lesmana saat beraksi bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Lama tak latihan bersama membuat personel Krakatau sering lupa tempo. Tapi ini bukan masalah besar. Mereka justru menjadikannya bahan candaan. "Semakin melegenda, semakin pelupa. Jadi kami tidak ingin disebut seperti itu karena tak mau lupa caranya bermain musik," kata Indra Lesmana.  Donny Suhendra sedang menyetel gitarnya. (Fernando Randy/Historia). Lagu dan logo Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Pernyataan tersebut itu langsung ditimpali Gilang. Menurutnya, kata legenda akan melenakan mereka. "Terkadang yang di kepala ini juga bukan hanya tentang musik. Banyak hal lain yang menjadi pikiran kami. Kami memang tidak ingin disebut legenda karena bisa semakin menjadi pelupa," kata Gilang. Dwiki Dharmawan benar-benar menghayati lagu-lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Salah satu tato dan aksesoris ular milik vokalis Krakatau, Trie Utami. (Fernando Randy/Historia). Walau Krakatau enggan menyandang atribut legenda, orang-orang kadung menisbatkan legenda kepada mereka. Sebagai penghargaan atas karya album sebanyak sepuluh selama mereka mengusung nama Krakatau. Semuanya berkualitas tinggi. Gilang Ramadhan usai tampil bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia). Tapi Krakatau merasa belum waktunya berhenti total. Mereka masih ingin terus berkarya bersama. "Mungkin seperti Gunung Krakatau sesungguhnya yang pernah meletus, kami juga pernah bubar. Namun semangat bermusik kami tetap sama, seperti halnya Gunung Anak Krakatau yang berdiri kukuh di sana," tutup Indra Lesmana. Bangku kosong di salah satu sudut studio tempat Krakatau berlatih. (Fernando Randy/Historia).

  • Setelah Arief Tewas di Ujung Peluru

    HAKIM Sorimuda Pohan (77), masih ingat kejadian itu. Jumat, 25 Februari 1966, dirinya termasuk dalam iringan puluhan ribu mahasiswa dan rakyat yang mengantarkan jenazah Arief Rachman Hakim ke Tempat Pemakaman Umum Blok P Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. “Begitu banyaknya orang yang mengiringi jenazah Arief, hingga ketika kepalanya sudah di Blok P, ekornya masih tertinggal di Salemba,” ujar lelaki yang saat itu menjabat sebagai ketua senat Fakultas Kedokteran UI tersebut. Arief Rachman Hakim, mahasiswa FKUI, tewas tertembak saat melakukan aksi demonstrasi di depan Istana Merdeka pada 24 Februari 1966. Sampai detik ini, pelaku penembakannya secara persis tak pernah terungkap. Para demonstran anti Presiden Sukarno menuduh prajurit-prajurit dari Resimen Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Sukarno, sebagai penembak Arief. Namun soal itu kemudian dibantah secara keras oleh Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, Kolonel (CPM) Maulwi Saelan. Usai pemakaman Arief Rachman Hakim, situasi Jakarta semakin memanas. Di tingkat atas, Presiden Sukarno melakukan pertemuan mendadak dengan para perwira senior militer yang tergabung dalam Komando Ganyang Malaysia (KOGAM). Pertemuan tersebut pada akhirnya menghasilkan keputusan pembubaran Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) berdasarkan S.K. KOGAM No.41/Kogam/1966 tertanggal 25 Februari 1966 langsung ditandatangani oleh Panglima Tertinggi KOGAM, yang tak lain adalah Presiden Sukarno sendiri. “Sejak itulah, KOGAM diplesetkan oleh para mahasiswa menjadi Komando Ganyang Mahasiswa,” tulis Christian Wibisono dalam Aksi-Aksi Tritura . Pembubaran KAMI dilanjutkan dengan pelarangan untuk berdemonstrasi dan penangkapan sejumlah tokoh mahasiswa anti Sukarno. Panglima Kodam V Jakarta Raya, Mayor Jenderal Amir Machmud bahkan mengumumkan akan memberlakukan jam malam di seluruh kawasan ibu kota. Besoknya, Brigadir Jenderal Kemal Idris (Kepala Staf Kostrad) mengontak seluruh tokoh KAMI. Demi keamanan, dia mendesak mereka untuk sementara “mengungsi” ke Markas Komando Tempur (KOPUR) II yang terletak di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. “Kami saat itu bukan saja disuruh mengungsi tapi juga dibekali senjata dan bahkan didampingi beberapa prajurit pengawal jika terpaksa harus pergi ke luar,” ungkap Hakim Sorimuda. Pernyataan Hakim dibenarkan oleh peneliti sejarah gerakan mahasiswa 1966 asal Australia, John Maxwell. Dalam Soe Hok Gie: A Biography of A Young Indonesian Intellectual (dalihbahasakan menjadi Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani ), malah dikatakan bahwa lewat seorang perwira intelijennya Letnan Kolonel Ali Murtopo, Kostrad membentuk Unit Operasi Khusus guna melindungi para tokoh mahasiswa. “Bisa jadi itu dilakukan pula supaya kelompok perwira militer (yang anti Sukarno) lebih mampu mengendalikan gerakan mahasiswa,” tulis Maxwell. Sementara itu surat-surat perintah penahanan, penangkapan dan pengamanan para pemimpin mahasiswa anti Sukarno mulai disebarkan. Menurut Christian Wibisono, nyaris seluruh instansi berlomba mencari muka di depan Presiden Sukarno. Kejaksaan Agung lewat Jaksa Agung Muda Bidang Intel Brigadir Jenderal Sunarjo Tirtonegoro mengerahkan anggota-anggota Direktorat Polisi Militer untuk memburu mahasiswa anti Sukarno. Begitu pula Kodam V Jakarta Raya, para preman pimpinan bekas jagoan Pasar Senin Letnan Kolonel Syafii dan (tentu saja) intel Resimen Tjakrabirawa termasuk pihak-pihak yang aktif menangkapi para mahasiswa yang dicurigai terlibat dalam demonstrasi-demonstrasi sepanjang Januari-Februari 1966. Usai terjadi berbagai operasi pengamanan itu, banyak pemimpin KAMI yang langsung menghilang dari pandangan publik. Mereka langsung “bertiarap” dan masing-masing menyelamatkan diri. Menurut Maxwell, bisa jadi para mahasiswa tersebut dianjurkan mundur dari garis depan oleh para penasehat politik senior. “Mereka sebenarnya tidak memiliki kontrol atas (gerakan) mahasiswa…Pekerjaan mereka (hanyalah) rapat dengan pihak militer,” ungkap seorang aktivis mahasiswa asal Bandung yang sempat diwawancarai oleh Maxwell. Para tokoh mahasiswa itu baru berupaya menjadi pusat perhatian lagi setelah turunnya Surat Perintah 11 Maret 1966. Namun kalangan aktivis mahasiswa yang berbasis di kampus terlanjur muak dengan mereka. Dalam kumpulan artikelnya yang kemudian dibukukan dengan judul Zaman Peralihan , aktivis mahasiswa UI Soe Hok Gie malah menyebut para tokoh mahasiswa tersebut memiliki kecenderungan bersikap oportunis laiknya para politisi. Itu berbeda dengan para pemimpin mahasiswa yang tetap bertahan dan terus berani berbuat setelah terjadinya penembakan terhadap Arief Rachman Hakim. “Tokoh-tokoh itu tidak berbicara sebagai politikus, tetapi sebagai mahasiswa biasa…” ungkap Soe Hok Gie. Di lain pihak, ketidakkompakan sikap di kalangan mahasiswa anti Sukarno, dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan pro Sukarno. Tiga hari setelah dikeluarkan keputusan pelarangan demonstrasi oleh KOGAM, ribuan pendukung Sukarno justru melakukan aksi pamer kekuatan di jalanan Jakarta. Dengan berdalih ikut berpartisipasi dalam rapat umum Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI, organisasi mantel PNI) di Senayan, para loyalis Sukarno bersatu dan mengecam demonstrasi-demonstrasi anti pemerintah sebagai “perpanjangan tangan dari pada Nekolim”. Puncaknya terjadi ketika Soebandrio, salah seorang menteri yang dekat dengan Sukarno, menyerukan kepada massa untuk berani “menghadapi teror dengan teror”. Maka begitu rapat usai, ribuan loyalis Sukarno kemudian menyerbu kampus UI di Salemba. Menurut Yozar Anwar dalam catatan hariannya (kemudian dibukukan dengan judul: Angkatan 66: Sebuah Catatan Harian Mahasiswa ), bentrok pun pecah saat sekumpulan loyalis Sukarno berpakaian hitam-hitam memaksa para anggota Resimen Mahajaya untuk menaikan bendera setengah tiang (tanda berkabung atas kematian Arief Rachman Hakim) di depan markas mereka, namun permintaan tersebut ditolak mentah-mentah. Keributan terus meliputi Jakarta setelah terjadinya penembakan terhadap Arief Rachman Hakim. Kondisi itu semakin mencekam ketika kelompok militer pimpinan Letnan Jenderal Soeharto-Kolonel Sarwo Edhie Wibowo secara terbuka memutuskan untuk melindungi gerakan mahasiswa anti Sukarno. Situasi justru kemudian berbalik merugikan kelompok pro Sukarno ketika pada 11 Maret 1966, Letnan Jenderal Soeharto mengantongi kuasa untuk mengatasi segala keributan tersebut. Tanpa banyak pertimbangan, Soeharto kemudian membubarkan PKI dan memberangus kelompok-kelompok pro Sukarno.

  • Ketika Kaum Kere Berhimpun

    Sabtu malam, 1 Februari 1919, sebuah perhimpunan dibentuk di bawah naungan Sarekat Islam (SI) Semarang. Namanya Sarekat Kere (SK). Sesuai namanya, yang berkumpul dalam sarekat ini ialah orang-orang kere   (miskin). Sarekat Kere dibentuk di rumah Partoatmodjo, seorang anggota Sarekat Islam sekaligus redaktur surat kabar Sinar Hindia . Dalam pertemuan malam itu, Partoatmodjo menyebut Sarekat Kere dibentuk untuk menjalin persatuan kaum kere  dari segala bangsa. Syaratnya hanya satu, tidak punya bondo  (harta). "Adapun maksudnya dan tujuannya perhimpunan Sarekat Kere itu hanya buat segala bangsa yang terlalu miskin menjadi tiada memandang yang terlalu miskin, menjadi tiada memandang bangsa apa saja asal tidak punya bondo , yang hendak masuk menjadi lid  (warga) S.K. mesti ditrima,"  sebut Partoatmodjo seperti dikutip Sinar Hindia , 3 Februari 1919. Meski tujuan utamanya menyatukan kaum kere agar dapat saling membantu, namun Sarekat Kere ternyata punya tujuan lain. Malam itu, secara lebih spesifik, Partoatmodjo menyebut pentingnya persatuan antara orang kere Tionghoa dan bumiputra. "…maka perhimpunan S.K. menerima segala bangsa yang terlalu miskin supaya kita orang semua bisa menjadi satu maksud atau satu tujuan yang kemudian hari janganlah sampai menimbulkan perselisihan antara bangsa T.H. en B.P. utama, yang tumpah darahnya di Hindia," terang Partoatmodjo. Ditegaskannya mengenai persatuan orang Tionghoa dan bumiputra dalam Sarekat Kere ini tampaknya berkaca dari peristiwa kerusuhan di Kudus akhir 1918. Sekitar bulan Oktober 1918, terjadi kerusuhan yang timbul karena gesekan antara Tionghoa dan bumiputra di Kudus. Kerusuhan itu menyebabkan orang-orang Tionghoa Kudus harus mengungsi. "Oleh karena jikalau tidak begitu akan bisa di belakang kali boleh jadi menimbulkan perselisihan sebagai yang telah terjadi di Kudus, itulah dipandang oleh S.K. perbuatan yang amat kejam, maka S.K. mencari daya upaya supaya leden  baikpun bangsa Tionghoa atau bumiputra jangan sampai menaruh kebencian pihak satu sama lain, S.K. akan mengadakan guna keperluannya leden  yang mana terlalu miskin dan lagi leden  dari S.K.,” jelas Partoatmodjo. Partoatmodjo menambahkan, Sarekat Kere juga akan memberikan bantuan hukum jika ada orang kere yang terlibat kasus hukum. “Jika mendapat kesalahan yang melanggar Wet  negeri akan mendapat perbantuannya bestuur  hingga sempat di muka pengadilan,” sebutnya. Sarekat Kere hanya menerima anggota orang kere. Orang kaya tidak boleh masuk, namun boleh memberi sumbangan. “Adapun perhimpunan S.K. juga menerima lid  orang yang kaya, tetapi itu orang kita anggap derma saja ( donnatur ) yang tidak dapat suara,” ungkap Partoadmodjo. Pada pertemuan malam itu, meraka kemudian memilih Kromoleo sebagai ketua. Kromoleo merupakan anggota Sarekat Islam yang juga seorang dalang wayang golek. Sementara itu, Partoatmodjo sendiri dipilih sebagai wakil ketua. Pengurus lainnya, termasuk orang Tionghoa, antara lain Liem Pen Lip, The Koe Tjing, S. Parto H, Soelatin, Oei Ong Kwe, Sanjoto, Pomo, dan Rame. Selain guna menyatukan kaum kere, memberi bantuan hukum serta menghindari perselisihan antara Tionghoa dan bumiputra, Sarekat Kere juga dimanfaatkan untuk membangun posisi tawar orang kere di hadapan orang kaya. Soe Hok Gie dalam Di Bawah Lentera Merah  menyebut bahwa golongan kere di Semarang sangat ditakuti oleh orang-orang Eropa. “Golongan kaum gembel ini siap untuk mendengarkan the cry of agitator . Kaum yang tidak mempunyai apa-apa ini dengan sendirinya memiliki keberanian lebih besar untuk bertindak dan sangat mudah dibakar semangatnya,” tulisnya. Ketua Sarekat Kere, Kromoleo, pernah menulis syair berjudul Sair kita voor saudara Marco. Melalui beberapa bait dalam syair yang dipublikasikan Sinar Hindia , 3 Maret 1919 ini, Kromoleo hendak menegaskan eksistensi Sarekat Kere yang ditakuti bangsawan dan kapitalis. Kromolamoek poenya koempoelan/Keree namanja boekan hartawan/Nama bagoes tida berdjalan/Itoe nama Keree nakoeti kaoem bangsawan. Orang tanjak takoet itoe nama/Karena koempoelan gombal jang pertama/Biar bagoes dan kaja bagimana/Bangsa belanda liat semoea hina. B.P. dan T.H. menjadi goembira/Dengar Keree mendjelma/Kapitalisme misti kasih derma/Takoet gombal nanti mara. Ini Keree Sociaal namanja/Soedah tentoe lekas bergeraknja/Karena Sneevliet tinggal suaranja/Ada satoe Kromo nanti ambil tempatnja.

  • Sebelum Pearl Harbor, Pesawat AL Jepang Pernah Tenggelamkan Kapal AL AS.

    VICTORIA Sabrina , kapal pesiar milik Victoria Cruises yang berbasis di New York, akan melakukan pelayaran perdana Mei 2020 nanti di Sungai Yangtze, China. Kapal pesiar mewah ramah lingkungan sepanjang 150 meter itu akan jadi kapal pesiar terbesar di dunia yang beroperasi di sungai. Pelayaran kapal Amerika di Sungai Yangtze bukanlah hal baru. Pada 1920-an, tanker-tanker milik Standard-Vacuum Oil, perusahaan minyak terbesar Amerika, dan kapal-kapal kargo Amerika hilir-mudik di sungai terpanjang China itu. Setelah ditandatanganinya perjanjian dengan pemerintah Republik China pada 1930, kapal-kapal perang Amerika juga rutin melayari sungai itu. Kapal-kapal perang itu mengawal kapal tanker dan kapal kargo Paman Sam agar tak dibajak dan dirompak, di mana kejahatan itu di Sungai Yangtze meningkat sejak akhir 1920-an. Kapal perang Amerika bahkan pernah jadi korban dalam pelayaran di Sungai Yangtze, dikenal sebagai Insiden USS Panay . Gegara Pendudukan Jepang Insiden USS Panay berawal dari direbutnya Shanghai oleh Jepang dalam Perang China-Jepang Kedua, 1937. Kejatuhan Shanghai membuat Chiang Kai-shek, kepala pemerintahan Republik China, mencari cara untuk melawan agresi itu. Oleh para penasehat militernya yang berkebangsaan Jerman, Chiang disarankan mengambil taktik pancingan. Yakni, membiarkan pasukan Jepang maju dari Shanghai ke ibukota Nanking dan terus masuk ke pedalaman lewat Sungai Yangtze. Saat pasukan Jepang sudah masuk jauh ke pedalaman itulah baru pasukan China menggempur dari sisi kanan-kiri sungai. Chiang menyetujui saran itu. Dengan masuknya Jepang ke Nanking pada November 1937, pertempuran sengit pun pecah karena militer China di bawah pimpinan Tang Shengzi mati-matian mempertahankannya alih-alih menyatakan Nanking sebagai kota terbuka. Pertempuran itu kemudian dikenal sebagai Pembantaian Nanking, karena pasukan Jepang memperkosa perempuan dan membunuhi penduduk sipil. Kondisi mengerikan itu mendorong penduduk yang selamat berbondong-bondong mengungsi. Perwakilan-perwakilan negara asing juga mengevakuasi warganya sejak November. Pada 11 Desember, Inggris dan Amerika kembali mengevakuasi warganya. Amerika menggunakan tiga kapal tanker milik Standard-Vacuum Oil, SSMei Ping, SS Mei An, dan SS Mei Hsia , dengan pengawalan kapal perang USSPanay . Konvoi itu berangkat pukul 8.30 pagi waktu setempat. Selain mengangkut 54 kru, Panay saat itu mengangkut empat staf Kedutaan AS dan 10 jurnalis AS dan asing. Konvoi yang dipimpin Panay  itu mencapai titik 28 mil dari Nanking pada pukul 13.30 tanggal 12 Desember. Saat itulah beberapa pesawat pembom Yokosuka B4Y yang dikawal pesawat tempur A4N Nakajima Type 95 dari Grup Udara ke-13 AL Jepang pimpinan Letnan Okumiya Masatake terlihat terbang di atas mereka. Pesawat-pesawat itu ditugaskan ke Sungai Yangtze berdasar laporan intelijen yang menyatakan kapal-kapal Tiongkok yang dipenuhi tentara sedang bergerak naik ke Yangtze dari Nanking. Yakin akan keakuratan informasi intelijennya, pilot pesawat Yokosuka langsung melepaskan beberapa bomnya ke konvoi kapal Amerika di sungai. Satu bom berhasil mengenai satu kapal di konvoi itu yang terlihat sebagai kapal perang ( USS Panay ). Aksi Yokosuka langsung diikuti enam Nakajima menukik ke arah konvoi sambil memberondongkan senapan mesin dan menjatuhkan total 20 bom. USSPanay membalas serangan dengan menembakkan senapan mesin kaliber 30mm-nya meski saat itu lambungnya sudah sobek dan deknya terbakar. Namun tak satupun tembakan itu mengenai pesawat-pesawat Jepang tadi. Sebaliknya, kapal-kapal Amerika itu kembali didatangi pesawat-pesawat Jepang yang terus memberondong dan melepaskan bom-bomnya. “Setelah bombardir dan pemberondongan 20 menit terus-menerus itu, hasilnya amat menghancurkan. Kapal utama ( Panay , red .) dihajar di tengah sungai, dikelilingi peluru, terbakar, dan miring ke kanan. Dua kapal lain terdampar di tepi kanan Sungai Yangtze, yang lain di tepi kiri,” tulis Peter Harmsen dalam Nanjing 1937: Battle for a Doomed City . Meski sempat pergi, pesawat-pesawat Jepang itu kembali lagi karena Letnan Okumiya dimarahi atasannya lantaran tak menenggelamkan langsung kapal-kapal tadi. Kali ini mereka gagal menemukan kapal-kapal Amerika tadi dan hanya mendapati empat kapal lain yang berada lebih dekat dari kota Nanking. Okumiya langsung menjatuhkan bom 60 kilogramnya yang menghantam salah satu kapal. “Ketika dia berhenti (menyerang), dia melihat, dalam sepersekian detik, Union Jack di sisi lambung kapal. Dia menyadari kesalahannya,” sambung Harmsen. Bukan kapal Amerika, kali ini yang dihantam pesawat-pesawat Jepang merupakan kapal Inggris SS Wantung . “ SS Wantung berlayar dari Shanghai ke Wuhu untuk melakukan kerja penyelamatan di sana. Dia juga membawa muatan 100 ton kacang untuk Komite Zona Keamanan Internasional di Nanking,” tulis buku A Dark Page in History: The Nanjing Massacre and Post-Massacre Social . Kesalahan Okumiya segera disadari rekan-rekan pilotnya sehingga mereka tak jadi melepaskan tembakan dan bom. Pesawat-pesawat Jepang itu segera kembali ke pangkalan. Serangan kedua atas Panay membuat situasi di geladak kacau. Komandan Panay K apten James Joseph Hughes tertembak pahanya sehingga posisinya digantikan Letnan Arthur F. Anders. Personil militer lain yang tertembak yakni Pratu Charles Lee Ensminger dan Prajurit William Gorge Hulsebus. Sementara, penumpang sipil yang teridentifikasi tertembak adalah Sandro Sandri, kontributor suratkabar Italia La Stampa berusia 42 tahun, dan sekretaris Kedubes AS John H Paxton. Dokter kapal langsung menjadikan ruang mesin sebagai rumahsakit darurat. Sekira 45 korban serangan mengantri untuk mendapat perawatannya. Letnan Anders, yang tangannya tertembak dan lehernya terkena pecahan peluru, akhirnya memberi perintah lewat tulisan karena tak bisa bicara. Semua orang diperintahkannya meninggalkan kapal pada pukul 14.00 itu. Beberapa sekoci langsung membawa para kru dan penumpang ke sebuah pulau berilalang lebat, tempat para penumpang Panay bersembunyi. Dari rerimbunan ilalang, mereka melihat sebuah powerboat AL Jepang mendekati Panay sambil memberondong. Para serdadu Jepang itu lalu menaiki Panay dengan bendera Amerikanya yang masih berkibar. Lima menit kemudian mereka kembali ke powerboat dan pergi. Panay  akhirnya tenggelam pukul 15.45 dan sempat diabadikan oleh kamera beberapa jurnalis yang menumpanginya. Karena takut, para penumpang Panay bertahan di  yang dingin itu. Mereka baru menyeberang ke desa terdekat setelah keadaan aman. Namun, malamnya Pratu Ensminger dan Sandri tewas akibat luka-lukanya terlalu parah. Mereka semua akhirnya diselamatkan USS Oahu dan kapal Inggris HMS Ladybird . Berita serangan atas Panay pun sampai ke Tokyo dan Kedubes AS di Tokyo. Dubes AS untuk Jepang Joseph C. Grew pusing dan khawatir Amerika balas menyerang Jepang karena kasus Panay . Sebab, menurut FJ Bradley dalam He Gave the Order: The Life and Times of Admiral Osami Nagano,  “Amerika memindahkan skuadron B-17 Flying Fortress ke Pangkalan Clark di Filipina sebagai tanggapan terhadap Insiden Panay.” Grew tak ingin kasus peledakan kapal AS USS Maine di Havana tahun 1898 yang memantik Amerika berperang dengan Spanyol terulang pada Jepang. Pemerintah Jepang akhirnya meminta maaf kepada pemerintah Amerika dan setuju membayar kompensasi sebesar 2,2 juta dolar. Permintaan maaf itu membuat pemerintah Amerika akhirnya memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan Insiden Panay . Berbeda dari pemerintah Jepang yang bersikeras serangan terhadap Panay karena salah identifikasi oleh pilotnya, rakyat Jepang menunjukkan simpati luar biasa kepada para korban dan keluarga mereka. Surat belasungkawa dan permintaan maaf hingga donasi uang dari masyarakat Jepang beragam kalangan, mulai anak-anak hingga pensiunan angkatan laut, terus membanjiri Kedubes AS di Tokyo dan konsulat-konsulat AS di kota-kota besar Jepang. Salah seorang yang bersimpati adalah bocah dari Nagasaki yang mengirim uang dan surat bertuliskan “Kepada pelaut Amerika”. “Dalam sebuah surat dua hari kemudian, konsulat di Nagasaki melaporkan kepada Grew bahwa pada 21 Desember seorang bocah lelaki dari SD Shin Kozen membawa surat dan sumbangan dua yen ke konsulat dan ditemani oleh kakak laki-lakinya. Konsul melampirkan kontribusi dan surat anak itu baik asli maupun terjemahannya. Surat itu berbunyi, ‘Musim dingin telah tiba. Setelah mendengar dari kakak saya bahwa kapal perang Amerika telah tenggelam beberapa hari lalu, saya merasa sangat menyesal. Dilakukan tanpa niat, saya meminta maaf atas nama para prajurit. Mohon dimaafkan. Ini adalah uang yang saya tabung. Tolong serahkan kepada para pelaut Amerika yang teluka.’ Bocah itu tidak menyebutkan namanya dalam surat itu, juga tidak mengungkapkannya ketika mengunjungi konsulat,” tulis Trevor K. Plante, arsiparis di unit Old Military and Civil Records, National Archives and Records Administration, dalam artikel yang dimaut archives.gov , “Japanese Expressions of Sympathy and Regret in the Wake of the Panay Incident”. Baik kompensasi resmi maupun donasi sukarela rakyat Jepang akhirnya tuntas dilaksanakan. Donasi yang terus berjalan hingga Februari 1938 dan memusingkan Dubes Grew itu –karena berpendirian menolak donasi apapun di luar kompensasi resmi, Washington memerintahkan untuk mengembalikan donasi itu; sementara Grew tak ingin Amerika menolak donasi karena melukai hati para pemberi donasi– akhirnya menghasilkan pendirian lembaga Japan-America Trust pada April 1938. Lembaga inilah yang mengalokasikan uang donasi untuk membiayai keperluan yang berhubungan dengan persahabatan Amerika-Jepang. “Kedua belah pihak lega dengan hasil dari masalah kontribusi Panay. Pembentukan Japan-America Trust menghapus semua kebutuhan untuk mengembalikan uang (donasi), dan tidak ada bagian dari pemerintah atau warga negara Amerika lain yang diuntungkan dari donasi tersebut,” sambung Plante.*

  • Deregulasi, Cara Orde Baru Mengerek Pertumbuhan Ekonomi

    PEMERINTAH telah menyerahkan draft Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja ke DPR pada pertengahan Februari 2020. RUU itu memuat revisi sejumlah pasal dalam hampir 80-an undang-undang di bidang ekonomi, pajak, lingkungan, ketenagakerjaan, dan banyak lagi. Bersama penyerahan itu, salinan RUU mulai tersebar dan dibaca oleh masyarakat.

  • Mongol, Penakluk Terbesar dalam Sejarah

    Delapan ratus tahun yang lalu, masyarakat nomaden yang kecil tiba-tiba meledak, keluar dari padang rumput Mongolia yang dingin dan kering. Mereka menaklukkan beberapa kekuasaan di wilayah perbatasan dan menjadi penguasa terbesar dalam sejarah.  Jenghis Khan memimpin bangsa Mongol menghancurkan beberapa dinasti kuat pada zamannya. Termasuk Dinasti Abbasiah di Baghdad, Dinasti Jin dan Dinasti Song di Cina, serta Kerajaan Khwarezmian di Asia Tengah. Kekuasaan Mongol  menghubungkan Eropa dengan Asia dalam waktu kurang dari se abad. Pencapaiannya itu disebut Pax Mongolica  atau era ketika wilayah Eurasia menyatu di bawah kekuasaan Mongol. Sejarawan Queens College dan Columbia University, Morris Rossabi dalam  Khubilai Khan: His Life and Times menjelaskan keberhasilan Mongol lebih dari sekadar menghubungkan Eropa dan Asia. Mereka juga berperan dalam pemerintahan di banyak wilayah taklukkannya dengan bantuan para penasihat dan administrator Tionghoa, Persia, dan Turki.  “Mereka berkembang dari penjarah menjadi penguasa,” tulis Rossabi. Di negeri-negeri yang dikuasai, mereka membentuk sistem birokrasi, merancang sistem perpajakan, dan memperhatikan kepentingan petani dan pedagang. Beberapa pemimpin Mongol juga mendorong budaya asli, melindungi seniman, penulis, dan sejarawan. “Seni drama Cina, penulisan sejarah Persia, seni dan arsitektur Buddha Tibet, semuanya berkembang selama masa pemerintahan Mongol,” tulis Rossabi. Apa yang membuat bangsa Mongoldi bawah Temujin atau Jenghis Khan mampu mendirikan imperium terluas sepanjang sejarah? Sebagai kaum pengembara di wilayah padang rumput, mereka dirundung kekeringan, musim dingin yang parah, dan penyakit hewan peliharaan. Akibatnya, ekonomi mereka rapuh. Perdagangan dengan petani di wilayah-wilayah yang hidup menetap menjadi penting, khususnya dengan wilayah Cina. Saat sulit, penghuni padang rumput mencari dan kadang menerima gandum dari orang Cina. Dari mereka juga orang Mongol memperoleh barang-barang kerajinan. Semua itu ditukar dengan hewan dan hasilnya. Jika mereka menolak berdagang, bangsa Mongol akan menjarah untuk memperoleh produk-produk itu. Sebelum lahirnya kekuatan Mongol yang terorganisir, pada akhir abad ke-11 dan awal abad ke-12, penghuni stepa di Mongolia terdiri dari beberapa klan. Mereka berkembang menjadi suku-suku. Menurut Rossabi, kepala suku awalnya semacam pemimpin agama. Ia dipilih karena kecakapan militernyadengan dukungan bangsawan yang mengendalikan para penggembala biasa. “Kepala suku bertanggung jawab atas pelatihan militer. Penekanan pada pelatihan militer memberi kepala suku akses mobilisasi jika terjadi perang,” tulis Rossabi. Kemunculan Pemimpin Persatuan bangsa Mongol selalu rusak oleh persaingan antarsuku. Lalu muncul Temujin yang mendekati usia 30 tahun berkuasa atas setengah klan-klan Mongol. Menurutsejarawan Inggris, John Man dalam Jenghis Khan, Legenda Sang Penakluk dari Mongolia , pada 1206 Temujin dilantik dengan gelar Jenghis Khan. Dalam sebuah khural , atau isitlah masa kininya, parlemen Mongolia, ia diproklamirkan sebagai pemimpin bangsa yang baru saja bersatu.Temujin sekarang menjadi penguasa mutlak atas sebagian besar wilayah yang kini menjadi Mongolia. Jenghis Khan menyatukan beragam suku Mongol dan mengaturnyamenjadi mesin militer yang kuat.Ikatan kesukuan berubah menjadi kekuatan resimen yang menuntut kesetiaan kepada komandan. Berganti resimen bisa dihukum mati. Komandan tak taat bisa dipecat. Jenghis Khan sendiri membentuk kesatuan pengawal elite teridiri dari 10.000 orang. “Kesatuan itu mencakup anak lelaki dari para komandan. Ini cerdik dan sangat orisinal. Sebelum seorang komandan berpikir untuk tak setia , ia akan ingat anak lelakinya adalah tawanan Sang Khan, bahwa pengkhianatan akan melibatkan keduanya,” tulis John Man. Dengan kata lain, kesetiaan pribadi menggantikan ikatan kesukuan. Dalam hal ini, Jenghis Khan sedang membangun jaringan sosial baru yang lebih lestari. “Tercurah pada satu tujuan, yaitu penaklukan,” tulis John Man. Rentetan ekspedisi ke luar perbatasan awalnya adalah tradisi. Misalnya, serangan ke Cina adalah bagian dari tradisi yang diwarisi pemimpin Mongol dari generasi ke generasi. Demi mencapai tujuan ini, persatuan suku adalah suatu prasyarat. Pada gilirannya ini memberi pembenaran bagi pengejaran kepala suku lawan. Bahkan jika ia kabur ke negeri yang jauh, seperti Kuchlug, keturunan keluarga pimpinan Suku Naiman, yang kabur ke Khara Khitai di Asia Tengah bersama sedikit tentara yang tersisa. “Kuchlug dan pangkalan barunya memainkan peran penting dalam menarik Jenghis ke barat memasuki dunia Islam, yang akhirnya menjadi landasan bagi lebih banyak lagi penaklukkan di barat,” tulis John Man. Sebenarnya tak ada kepala suku kaum nomaden yang secara sadar dan sukarela mencoba menaklukkan kekuatan yang jauh dari rumahnya. Apalagi jika kerajaan itu adalah kekuatan dominan di kawasannya. Namun, ada saat ketika Jenghis Khan tak punya pilihan. Ia merasa terhina. Seorang penguasa Kerajaan Khwarezmian yang wilayahnya mencakup sebagaian besar perbatasan antara Uzbekistan dan Turkmenistan masa kini, juga meliputi Iran dan Afghanistan, telah memancing perang. Shah Khwarezmian, Mohammad, telah menantangnya dengan membunuh banyak utusan Jenghis Khan pada 1217. Padahal, Jenghis Khan hanya berniat melakukan perdagangan dengan wilayah itu.   “Jika ancaman itu tak ditanggapi, ia hampir pasti akan menjadi korban seorang Shah yang ambisius dan berhasrat memperluas kekuasaannya hingga ke daratan Cina yang kaya,” tulis John Man. “Mari kita menderap melawan orang-orang Islam untuk membalas dendam!” seru Jenghis Khan,dalam The Secret History , satu-satunya catatan asli Mongol paling signifikan tentang Jenghis Khan. Lukisan pasukan Mongol dalam sebuah peperangan. (Wikipedia). Cuaca Mendukung Pada 1219, Jenghis Khan memimpin pasukan ke barat. Suku-suku kecil di sepanjang perjalanan turut pula ditumpas. “Yang bergulir ke arah barat pada 1219 adalah sebuah mesin penghancur raksasa, yang disetir oleh pasukan berkudanya,” tulis John Man. Pada 1221, Mongol meraih kemenangan. Selain karena kekuatannya, keberhasilan mereka juga bergantung pada kondisi cuaca yang mendukung. Buktinya ditemukan para peneliti yang mempelajari kebakaran hutan di Mongolia pada 2010 . Neil Pederson, peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, dan rekannya, Amy Hessl, peneliti dari West Virginia University, menemukan pohon pinus Siberia kerdil yang tumbuh dari retakan aliran lava batu padat tua di Pegunungan Khangai, Mongolia. Mereka melihat pada permukaan yang kering dan hampir tanpa tanah, pohon tumbuh sangat lambat, sangat peka terhadap perubahan cuaca tahunan, sekaligus dapat hidup dalam perubahan zaman yang fantastis. Dari lingkaran cincin di batang pohon, selain bisa diketahui usianya, juga bisa dipelajari perubahan kondisi lingkungan di mana pohon itu tumbuh. Menurut para peneliti, cincin pohon itu menunjukkan kondisi stepa Asia Tengah yang biasanya dingin dan gersang, pada masa kemunculan kekaisaran Mongol justru dalam kondisi paling basah lebih dari 1.000 tahun. Karenanya, produksi rumput pasti meningkat. Pun demikian halnya sejumlah besar kuda perang dan ternak lainnya yang memberi kekuatan kepada bangsa Mongol.  “Sebelum bahan bakar fosil, rumput dan kecerdikan adalah bahan bakar bagi bangsa Mongol dan budaya di sekitar mereka,” tulis Neil Pederson, dilansir dari laman resmi Columbia University . Penelitian ini pun membantah anggapan bahwa bangsa Mongol berkembang karena melarikan diri dari cuaca buruk di kampung halaman mereka. Sebelumnya banyak yang menulis, termasuk Morris Rossabi, kalau penurunan tajam suhu di Mongolia berdampak pada berkurangnya tinggi rumput di dataran stepa. Hewan ternak terancam punah. Keberlangsungan hidup orang Mongol pun bergantung pada pertukaran dengan orang Cina yang berujung pada serangan terhadap tetangga mereka itu. “Bangkitnya pemimpin besar Jenghis Khan dan munculnya kekaisaran terbesar dalam sejarah manusia bisa jadi di antaranya didorong oleh cuaca sementara yang mendukung,” tulis Neil Pederson. Demikianlah,Jenghis Khan percaya bahwa Langit Biru, sesuai kepercayaan bangsa Mongol, telah menakdirkannya untuk menyatukan bangsa Mongol dan memimpin mereka untuk menaklukkan wilayah lain.“Dia tidak diragukan lagi seorang jenius militer dan ahli politik yang cerdas,” tulis Rossabi. Sejarah mencatat, invasi Mongol merupakan salah satu yang paling menghancurkan dalam sejarah dunia . Kendati pemimpin terbesarnya, Jenghis Khan meninggal pada 1227, putra dan cucunya melanjutkan penaklukkannya. Mereka menundukkan sebagian besar wilayah yang kini men j adi Korea modern, Tiongkok, Rusia, Eropa Timur, Asia Tenggara, Persia, India, dan Timur Tengah.

  • Santo Iker di Bawah Mistar

    MASIH ingat Iker Casillas? Penjaga gawang Real Madrid sepanjang era Galácticos (2000-2014) itu selalu menjadi pembeda dari rekan-rekannya yang garang kala menghadapi lawan. Casillas selalu tampil menawan dengan kharisma dan perilakunya yang jauh dari kata arogan. Bak santo, ia enggan mengekspresikan rasa sakitnya ke publik kala dibuang dari klub yang dibelanya selama 25 tahun pada 2015. Padahal Casillas punya saham dalam mendatangkan lima gelar La Liga, dua Copa del Rey, empat Supercopa de España, dan tiga gelar Liga Champions dalam titimangsa 2000-2014. Namun itulah Madrid dengan presidennya Florentino Pérez. Yang menguntungkan, bakal dibintangkan. Tapi sebanyak apapun prestasi yang disumbangkan seorang bintang, klub tak menganggapnya dan bakal membuang kalau tak lagi menguntungkan.  Casillas masih untung karena klub Portugal FC Porto mau menampungnya. Di Portugal, Casillas membuktikan belum habis. Ia membantu Porto mendulang gelar Primeira Liga musim 2017-2018. Sejak Mei 2019 Casillas mengidap penyakit jantung dan kini ia tutup buku untuk karier bermainnya (Foto: Twitter @IkerCasillas) Sayangnya sejak Mei 2019 Casillas mulai jarang tampil gegara didiagnosa punya penyakit jantung. Tahun ini jadi tahun terakhir Casillas mentas di lapangan hijau, di usia 39 tahun. “Sebelum mengumumkan pencalonannya (Presiden RFEF), Casillas menemui saya untuk memberitahu keputusannya mengakhiri karier,” ujar Presiden FC Porto Jorge Nuno Pinto da Costa, dikutip Sportstar , 18 Februari 2020. Ramalan Sejak Masa Kehamilan Sebagai penerus estafet kiper hebat Spanyol, Casillas punya prestasi paling mentereng dibanding empat pendahulunya. Ricardo Zamora, Antoni Ramallets, Luis Arconada, sampai Andoni Zubizarreta belum pernah merasakan gelar yang didapat Casillas. Lahir di Madrid pada 20 Mei 1981 dengan nama Iker Casillas Fernandéz, Casillas merupakan putra dari pasangan José Luis Casillas dan María del Carmen Fernández González. Jose merupakan pegawai di Kementerian Pendidikan Spanyol dan Maria seorang penata rambut. Iker Casillas di masa jadul kala meniti karier di akademi Real Madrid "La Fábrica" (Foto: Twitter @IkerCasillas) Sebagaimana dikisahkan Enrique Ortego dalam biografi Iker Casillas: La Humildad del Campeón , Casillas memiliki darah Basque. Kakeknya dari pihak ayah merupakan seorang perwira guardia civil , semacam polisi militer asal Bilbao. Ada kisah menarik tentang prediksi masa depan Casillas meski ia belum lahir ke dunia. “Suatu hari, seorang tukang sepatu dekat apartemen mereka meramalkan bahwa putra mereka akan jadi pemain hebat dan dia akan bermain untuk menaklukkan semua tantangan yang ada sekaligus mensejajarkan diri dengan para kiper hebat Basque,” tulis Jonathan Wilson dalam The Outsider: A History of the Goalkeeper. Prediksi tukang sepatu itu terbukti. Casillas bahkan sukses di tingkat internasional. Selain mengantarkan Spanyol merebut Piala Eropa 2008 dan 2012, Spanyol di masa Casillas akhirnya mampu mencicipi juara Piala Dunia pada 2010. “Casillas sebagai kapten di tiga sukses besar itu,” sambung Wilson. Momen paten Casillas di Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012 (Foto: uefa.com/fifa.com ) Fans Madrid dan timnas Spanyol menjulukinya San Iker alias Santo Iker atau Iker si Orang Suci. “Persahabatannya dengan Xavi (kapten Barcelona) sejak di timnas muda Spanyol menjadi faktor besar dalam meredakan perseteruan Madrid-Barcelona yang bisa merusak spirit skuad timnas, mengingat rivalitas kedua tim saat itu di bawah asuhan José Mourinho dan Pep Guardiola,” ungkap entrenador Spanyol di Piala Dunia 2010, Vicente del Bosque, dikutip Wilson. Ikon Abadi Madrid Namun sebelum sampai ke kegemilangan itu, Casillas merintisnya dengan susah-payah. Sebagai anak introvert , ia lebih sering bermain sepakbola dengan ayahnya ketimbang anak-anak sebayanya. Itu disebabkan karena ayahnya sering dimutasi sehingga Casillas tak pernah punya teman dekat yang bertahan lama. Dari bersepakbola dengan ayahnya itulah Casillas mulai menyukai posisi kiper gegara setiap bermain di taman dia yang selalu jadi penangkap bola yang ditendang ayahnya. Sang ayah yang melihat bakat Casillas lalu coba memasukkan Casillas ke program ujicoba Real Madrid saat mereka pindah ke Madrid. Setiap tahun Real Madrid menggelar serangkaian ujicoba terbuka untuk anak-anak. Casillas mengikutinya saat berusia 10 tahun dan dia lulus di tes pertama. Namun pada tes kedua yang merupakan tes sparring, Casillas kebobolan tujuh gol. “Meski timnya kalah 7-1, Kepala Seksi Pemain Muda Madrid Antonio Mezquito melihat potensi dalam diri Casillas dan memutuskan untuk mengajaknya masuk akademi muda Real Madrid, La Fábrica,” sambung Ortego dalam biografi Casillas. Di tahun 1990 itulah karier Casillas dirintis. Meski posturnya enggak tinggi-tinggi amat, tapi Kak Casillas punya refleks yang cekatan untuk menjaga kesucian gawangnya (Foto: realmadrid.com ) Tuhan seolah sudah menata hidup Casillas untuk cemerlang di bawah mistar. Enam tahun setelah masuk La Fábrica dan bahkan belum menembus Real Madrid C, Casillas sudah terpilih masuk skuad Timnas Spanyol U-15 dan pada 1997 sudah turut memenangi Euro (Piala Eropa) U-16 di Jerman. “Hal terhebat tentang Iker adalah cara natural yang dia punya untuk selalu menghadapi banyak tantangan. Kedewasaan memberi dia ketenangan saat sedang bermain. Ketenangan yang berbuah manis,” ujar eks kiper Madrid dan timnas Spanyol yang melatih Casillas di La Fábrica, Paco Buyo, dikutip Wilson. Alhasil, pada akhir November 1997 Casillas sudah dipanggil ke tim senior Real Madrid. Usianya masih 16 tahun dan bahkan belum resmi masuk Real Madrid C lantaran ia masih menyelingi titian kariernya dengan pendidikan SMA di Instituto Cañaveral de Móstoles. Casillas, sebagaimana dimuat laman UEFA , 9 Februari 2019, mengenang momen itu. Jelang pemanggilan itu, Casillas dan teman-temannya tengah larut dalam obrolan tentang Madrid. Tiba-tiba kepala sekolah (kepsek) masuk ke ruangan kelasnya dan meminta Casillas segera menyusul ibunya ke Bandara Madrid-Barajas. “Itu sebuah anekdot yang bagus. Pak kepsek bilang, ‘Iker, kamu sebaiknya cepat panggil taksi dan bergegas ke (bandara) Barajas karena Real Madrid baru saja menelepon ibumu dan ibumu menelepon kami. Segeralah kamu pergi karena kamu akan ke Norwegia’,” ungkap Casillas mengingat momen dadakan jelang laga Liga Champions kontra Rosenborg itu. Pemanggilan Casillas itu atas permintaan entrenador Jupp Heynckes. Pasalnya kala itu kiper utama Bodo Illgner dan kiper kedua Santiago Cañizares tengah cedera. Casillas dibutuhkan sebagai kiper cadangan untuk melapisi kiper Madrid lainnya, Pedro Contreras. Meski akhirnya tak dimainkan, Casillas sudah cukup girang jadi penonton di bangku cadangan. “Saya bisa berada di tempat yang sama dengan Fernando Morientes, Clarence Seedorf, Fernando Sanz, Predrag Mijatović, Davor Šuker, dan Raúl González. Suatu hal yang magis dan akan selalu saya ingat,” tambahnya. Penampilannya yang top markotop di final Liga Champions 2002 memastikan posisinya sebagai portero permanen Madrid seterusnya (Foto: Twitter @IkerCasillas) Usai lulus SMA, Casillas full menseriusi kariernya di Real Madrid C pada 1998, kemudian Real Madrid B sebagai kiper utama, hingga menembus tim utama Madrid. Debutnya di tim utama berlangsung pada 12 September 1999, kala Madrid bertandang ke Stadion San Mamés untuk menghadapi Athletic Bilbao di pentas La Liga. Tiga hari berselang, Casillas mencatatkan rekor sebagai pemain termuda di Liga Champions (18 tahun, 177 hari) kala dibawa pelatih Toshack meladeni Olympiakos Piraeus. Namun yang menjadi titik penting kariernya di Los Blancos adalah final Liga Champions musim 2001-2002 kontra Bayer Leverkusen di Stadion Hampden Park, Glasgow, Skotlandia, 15 Mei 2002. Kala itu Casillas masuk di menit ke-68 menggantikan César Sánchez yang cedera. “Ia dengan reflek-reflek cepat dan penyelamatan-penyelamatannya yang tangkas, serta kecerdasannya untuk membaca antisipasi pemain lawan, membantu Madrid mempertahankan keunggulan 2-1 sampai akhir laga. Sejak saat itu posisinya di bawah mistar tim utama Madrid menjadi permanen,” singkap Charles Parrish dan John Nauright dalam Soccer Around the World: A Cultural Guide to the World’s Favorit Sport. Habis karier manis Casillas, sepah dibuang Real Madrid yang rasanya sakit tapi tak berdarah (Foto: realmadrid.com ) Sejak itulah nama Casillas senantiasa terpampang di starting eleven tiap laga Madrid, hingga mencetak 700 penampilan. Tak terhingga pula penghargaan pribadi yang ia sabet. Kegemilangan Casillas sempat bikin celamitan klub-klub kaya di Inggris dengan niat meminangnya. Beruntung, Casillas yang rupawan pilih setia pada Madrid. Sialnya, loyalitas Casillas justru dibalas Madrid dengan pembuangan. Pembuangan itu memang bukan tanpa alasan. Sejak 2013, penampilan Casillas mulai tak stabil setelah cedera parah. Akibatnya entrenador José Mourinho dan penggantinya, Carlo Ancelotti, memilih kiper lain ketimbang Casillas selepas ia pulih. Perlakuan Madrid melego Casillas ke FC Porto pada 11 Juli 2015 itu mendatangkan banjir kecaman. Sebaliknya, Casillas kebanjiran simpati. Salah satunya dari kiper legendaris Italia Gianluigi Buffon. “Anda akan selalu menjadi ikon Real Madrid. Tapi di atas itu semua, Anda adalah salah satu representasi terbaik seorang kiper. Semoga beruntung dalam petualangan baru, akan sangat aneh melihat Anda dengan seragam lain. Semangat Iker!” kata Buffon dinukil Marca , 13 Juli 2015.

  • Anak Ambon dan Misi Politik VOC

    Tahun-tahun terakhir abad ke-16 menjadi masa terberat bagi Belanda. Mereka belum memiliki kuasa penuh atas tanahnya. Belenggu kuasa Prancis rupanya masih terlalu kuat di sana. Meski di bawah tekanan, upaya Belanda memajukan bangsanya sudah mulai digalakkan, salah satunya dengan melakukan ekspedisi laut mencari sumber rempah-rempah di Timur yang belakangan ramai diperbincangkan para pelaut Eropa. Dikisahkan sejarawan Leiden Femme Simon Gaastra dalam De Geschiedenis van de VOC (Riwayat VOC), pada 23 Juni 1595, rombongan penjelajah Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman berhasil menyandarkan kapalnya di Pelabuhan Banten. Peristiwa itu menjadi pembuka kisah penjelajahan Belanda di Nusantara. Pada persinggahan pertama itu, Belanda belum bisa mengandalkan kekuatan meriamnya. Pendekatan secara halus perlu diutamakan, mengingat mereka harus bersaing dengan Portugis yang telah lebih dahulu berkuasa atas wilayah Malaka. Mereka harus dengan rendah hati mendekati para penguasa setempat untuk memperoleh rempah-rempah dan produk lain yang diinginkan. Namun keadaan seperti itu tidak lama terjadi. Dalam beberapa tahun saja, Belanda sudah dapat merubah kedudukannya. Dalam Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, Nugorho Notosusanto, dkk menyebut jika peristiwa berbaliknya posisi Belanda, dari hanya sekedar “tamu” menjadi pemilik kekuatan di Nusantara terjadi pada 1605. Ketika itu pasukan Belanda pimpinan Steven van der Haghen masuk dalam pergumulan Portugis-Spanyol di Maluku. Saat kondisi lengah, Belanda berhasil merebut benteng Portugis di Ambon. “Belanda menjadi kekuatan yang hebat di Asia. Boleh dibilang ia menguasai perdagangan rempah-rempah, dan tidak perlu lagi menyambut perutusan Asia dengan penuh kebesaran dan kemegahan,” tulis Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950 . Mengembalikan Nama Baik Setelah memastikan kekuasaannya di Ambon, pemerintah Belanda bergerak cepat melakukan pendekatan terhadap para penguasa lokal. Mereka berusaha mengambil simpati demi menjaga kedudukan di perairan Maluku. Karenanya pada awal abad ke-17, sejumlah orang diundang untuk mengunjungi Belanda. Undangan itu merupakan buntut dari fitnah yang banyak dilayangkan orang-orang Portugis terhadap Belanda. Selama ini di kalangan rakyat Ambon orang-orang Belanda disebut sebagai bangsa perompak yang banyak melakukan kejahatan. Kabar itu cukup mempengaruhi kedudukan orang Belanda, mengingat banyak rakyat Ambon yang percaya. “Matelieff membawa mereka agar mereka memperoleh gambaran yang lain tentang kita, sebab seringkali mereka caci kita sebagai perompak, tak punya negeri, dan tak punya pemerintahan. Maka ia menilai ada gunanya mempersilahkan anak-anak orang kaya itu melihat hal yang sebalinya di negeri kita,” ungkap naturalis Belanda Francois Valentijn seperti dikutip Poeze. Yang dimaksud Matelieff (de Jonge)  adalah salah seorang komandan armada laut Belanda terkemuka. Pada 1607, ia membawa tiga orang pangeran muda dari Ambon yang berusia antara 10 dan 12 tahun. Salah seorang anak adalah putra penguasa daerah yang menjadi sekutu Belanda. Ia diharapkan menjadi pengganti ayahnya di masa mendatang, dan tetap menjalin hubungan baik dengan Belanda setelah mengunjungi negeri di barat Eropa tersebut. Sedangkan dua anak lainnya berasal dari kalangan penguasa yang masih mempercayai orang-orang Portugis. Menurut Valentijn, mereka berada di tengah-tengah antara Portugis dan Belanda. Namun hati mereka masih mempercayai ucapan orang Portugis terhadap anggapan negatif orang-orang Belanda. “Dalam beberapa tahun ini sudah berubah alasan mengapa mereka membawa orang Ambon berkunjung ke Negeri Belanda. Tujuan Matelieff bahkan bersifat murni politis,” tulis Poeze. Misi Penyebaran Agama Pada masa Cornelis de Houtman, sekitar tahun 1611, beberapa pemuda Ambon dibawa dengan tujuan yang berbeda. Selama di Belanda, para pemuda ini dibimbing menjadi seorang guru sekolah. Mereka diharapkan dapat menyebarkan ajaran-ajaran dari Belanda dan diterapkan di negerinya. Salah satu pelajaran yang harus diajarkan adalah agama Kristen. Sekitar 1620, masalah agama mulai menjadi perhatian utama pemerintah Belanda. Kali ini empat orang anak –Marcus de Roy, Andrea de Castro, Laurens de Fretis, dan Laurens Queljo– dikirim ke Belanda untuk mempelajari bahasa dan agama. Salah satu tujuannya adalah “agar sesudah beberapa lama nanti lebih dekat dengan kita dan juga dengan agama kita, dan mengembangkan agama itu dengan segala kemampuan mereka,” ungkap Valentijn. Banyaknya putra para penguasa Ambon diberangkatkan ke Belanda merupakan ide Letnan Gubernur Ambon Herman van Speult. Berdasar keputusan pejabat VOC pada 1619, agama Kristen harus mulai disebarkan di Ambon dan Ternate. Tugas itu harus dijalankan oleh masyarakat setempat sehingga para pemuda cerdas di Ambon mesti diangkat menjadi pendeta. Dan menuntut ilmu agama di Belanda adalah syarat utamanya. Keempat putra Ambon ini berangkat pada Oktober 1620 dengan menaiki kapal Walcheren . Mereka tinggal di Belanda selama 8 tahun, terhitung sejak 1621 sampai 1629. Begitu tiba di Belanda, empat tamu muda itu diterima Pangeran Maurits. Selama di sana mereka juga berkesempatan mengunjungi kota-kota penting di Belanda, tanpa sedikitpun mengeluarkan uang. Biaya hidup selama 8 tahun itu ditanggung VOC. Untuk memudahkan pengajaran agama Kristen, mereka diharuskan tinggal di rumah Pendeta Petrus Wassenburgius di Amersfoort. Selain soal agama, pendeta itu juga memberikan pelatihan bahasa Latin. Namun tidak lama, keempat putra Ambon itu dipindahkan ke Leiden karena di sana akan dibangun seminari khusus, bernama Seminarium Indicum, yang menjadi sekolah pendidikan khusus anak-anak Hindia. Barulah pada 1630, tiga dari empat pemuda Ambon itu kembali ke tanah airnya. “Sayang mereka tidak memperlihatkan minat terhadap agama Kristen. Mereka menginginkan sesuatu yang lain, dan karena itu diangkat sebagai kadet laut dengan gaji masing-masing 20 gulden sebulan,” tulis Poeze. Sesudah anak-anak Ambon itu, ada beberapa orang Hindia yang juga diberangkatkan ke Belanda. Tujuannya masih tetap sama, yakni memperdalam dan menyebarkan ilmu agama. Kali ini sasarannya lebih luas, melibatkan putra para penguasa dari daerah-daerah strategis di Hindia. Pemerintah Belanda berharap nantinya merke dapat menjadi alat bagi berdirinya “Gereja Tuhan”.

  • Dokter Pribumi Menolak Diskriminasi Gaji

    ABDUL Rivai kesal. Kualifikasi medis lokalnya hanya memungkinkan untuk mendaftar di posisi rendah dalam layanan medis kolonial. Gaji yang ia dapat bahkan kurang dari setengah gaji rekan-rekan Eropanya. Ia pun memprotes kebijakan diskriminatif pada dokter pribumi. Protes soal gaji juga pernah diutarakan dokter Tjipto Mangunkusumo. Tjipto tak hanya memprotes soal gaji dokter pribumi, tetapi juga gaji mantri Jawa. Protes gaji mantri dilakukan Tjipto saat dia dan dokter Eropa JT Terburgh, dibantu sepuluh mantri, ditugaskan menangani epidemi malaria yang melanda Jawa. Para mantri rupanya dibayar amat rendah. Mereka mengeluhkan hal itu pada Tjipto sebagai dokter pribumi sekaligus atasan mereka. Begitu mendengar hal itu, Tjipto langsung melapor ke pejabat Eropa setempat. Terburgh menyanggah Tjipto dengan mengatakan para mantri Jawa hanya mau bekerja jika dibayar di atas standar upah. Lebih jauh Terburgh menuduh Tjipto dan para mantri Jawa tidak paham dengan kerja kemanusiaan. Jelas saja Tjipto tidak terima dengan tuduhan itu. Pasalnya, ia merupakan salah satu dokter yang berani masuk ke kampung-kampung kala pes mewabah di Jawa Timur sementara para dokter Eropa ogah turun tangan. Tjipto pun mengancam akan mengundurkan diri kalau permintaan kenaikan gaji tidak dikabulkan. Benar saja, Tjipto mengundurkan diri ketika Terburgh menolak protesnya. Penilaian tentang dokter pribumi lulusan negeri jajahan lebih rendah dari lulusan Eropa membuat pemerintah kolonial menggaji mereka setengah atau lebih rendah dari para dokter Eropa. Para dokter pribumi juga ditempatkan di pedalaman atau bagian medis di mana dokter Eropa ogah menempati. Hans Pols dalam Nurturing Indonesia menyebut, penjajah Eropa umumnya berangggapan bahwa dokter dan pribumi terpelajar lain sebagai orang yang terlalu ambisius dan lupa akan tempatnya di sistem kolonial. Para dokter Eropa sangat memusuhi mereka, meski sebenarnya mereka sangat terbantu dengan kehadiran dokter pribumi. Pengalaman diskiminatif dan penyingkiran inilah yang memantik kesadaran politik para dokter pribumi. Sebagian besar dari mereka kemudian bergabung dengan gerakan nasionalis, semisal Tjipto, Bahder Djohan, dan Abul Rivai yang selain melancarkan protes soal diksriminasi gaji juga aktif dalam gerakan politik. Protes soal diskriminasi gaji mereka utarakan lewat Asosiasi Dokter Hindia ( Vereeniging van Inlandsche Geneeskundingen,  VIG) yang beridiri pada 1911. Resistensi terus tumbuh hingga mereka didukung oleh Sarekat Islam. Beberapa cabang mendukung usulan aksi mogok para dokter Jawa. Protes itu akhirnya didengar pemerintah kolonial. Pada minggu kedua November 1919, pemerintah mengirim banyak proposal anggaran 1920 ke Volksraad. Isinya antara lain mengenai usulan anggaran 1920, usulan dewan kabupaten, dan prinsip sistem remunerasi baru, dan proposal tentang kenaikan gaji untuk dokter di Hindia. Langkah Dewan Rakyat menaikkan gaji dokter pribumi berhasil meredakan gelombang protes. Dewan Rakyat juga meminta pemerintah untuk mengubah jumlah kenaikan gaji tahunan dan penggantian biaya perjalanan. Namun, rupanya kenaikan itu tak signifikan. Ketika Bahder Djohan lulus dari STOVIA dan menjadi dokter pada 1927, gaji dokter pribumi masih setengah dari gaji dokter Eropa. Sebagai Indische Arts, gaji Bahder hanya 250 gulden sebulan, sedangkan teman Belandanya mendapat 500 gulden meskipun keahlian dan diplomanya sama. Padahal, Bahder memegang banyak pekerjaan. Ia bertanggung jawab atas dua bangsal: III dan IV. Tiap bangsal dihuni 10-15 pasien. Belum lagi ketika ada pasien TBC atau lepra yang datang, dialah yang harus menangani. Gaji yang sedikit itu bahkan tidak cukup untuk membayar langganan jurnal medis Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch Indie  (GTNI) yang cukup mahal. Kepincangan itu juga dialami rekan sejawat Bahder yang pribumi. “Hal ini terang sekali memperlihatkan bagaimana pemerintah kolonial membedakan antara bangsanya sendiri dangan anak jajahannya meskipun memiliki pendidikan dan pekerjaan yang sama,” kata Bahder dalam otobiografinya, Bahder Djohan Pengabdi Kemanusiaan. Menurut Bahder, masalah kepincangan gaji merupakan bentuk diskriminasi nyata di depan mata dan mencerminkan bagaimana pemerintah kolonial memandang petugas medis pribumi. Lebih jauh ia mengatakan, persoalan ini bukan semata soal uang, melainkan apresiasi kerja dan martabatnya.

  • Mata-Mata Pembunuh Sultan Demak

    Pada suatu hari di tahun 1549. Raja Jipang Arya Penangsang memberikan perintah kepada Ki Rangkud, seorang  kajineman  (telik sandi, mata-mata, atau polisi rahasia). "Hai Rangkud. Bunuhlah Kakanda Pangeran Prawata. Pakailah keris pusakaku ini." Ki Rangkud menyanggupi, menerima keris pusaka bernama Kyai Setan Kober, lalu berangkat. Ketika dia sampai di Demak, Sunan Prawata sedang sakit dan bersandar pada permaisurinya. "Siapakah kau ini?" tanya Sunan Prawata. Ki Rangkud menyampaikan maksud kedatangannya. "Saya utusan Pangeran Arya Penangsang, disuruh membunuh tuanku." "Silakan, tetapi biarlah aku sendiri saja yang kau bunuh," kata Sunan Prawata. Ki Rangkud menusukkan keris Kyai Setan Kober ke dada Sunan Prawata yang juga melukai istrinya. Sunan Prawata murka, mencabut kerisnya, Kyai Bethok, lalu melemparkannya ke Ki Rangkud. "Kulit Rangkud tergores sedikit (menurut Serat Kandha : kakinya). Tetapi, goresan sebuah keris sakti cukup membuat penjahat itu tewas. Sunan Prawata dan permaisurinya pun tewas," tulis H.J. de Graaf, ahli sejarah Jawa, dalam Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senopati . Cerita pembunuhan Sunan Prawata itu terdapat dalam Babad Tanah Jawi . Menurut De Graaf, saudara perempuan Sunan Prawata, Ratu Kalinyamat, tidak tinggal diam atas pembunuhan kakaknya. Dia dan suaminya, Pangeran Kalinyamat, menghadap Sunan Kudus untuk meminta pelakunya diadili, karena Sunan Kudus adalah guru Arya Penangsang. Dalam perjalanan pulang, keduanya diserang oleh para kajineman  Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat terbunuh. Setelah itu, Ratu Kalinyamat bertapa di Gunung Danareja, dalam keadaan telanjang, hanya rambutnya yang terurai menjadi pakaiannya. Dia bersumpah tidak akan memakai kain sebelum Arya Penangsang mati. Dia juga akan mengabdi dan memberikan semua hartanya kepada siapa saja yang dapat membunuh Arya Penangsang. Dendam dan Kekuasaan De Graaf menguraikan bahwa Sultan Demak pertama, Raden Patah, digantikan oleh putranya yang tertua, Pangeran Sabrang Lor. Dia mati pada 1521 dalam usia muda dan tidak memiliki anak. Yang seharusnya menggantikannya adalah putra Raden Patah berikutnya, Pangeran Seda Lepen. Namun, malah digantikan oleh adiknya, Raden Trenggana, yang memegang kekuasaan sampai terbunuh pada 1546. Dia digantikan oleh putranya, Pangeran Prawata. Pangeran Seda Lepen dan putranya, Arya Penangsang, sakit hati karena hak mereka dilangkahi. Kemarahan Arya Penangsang memuncak ketika mengetahui bahwa sebelum menjadi sultan Demak, Pangeran Prawata memerintahkan Surayata untuk membunuh ayahnya, Pangeran Seda Lepen. Jadi, Sunan Prawata bukan hanya merebut kekuasaan, yang menurut hak harus diwariskan kepada Arya Penangsang, tetapi juga menyuruh orang membunuh ayahnya. "Maka, mudah dimengerti jika sejak itu Arya Penangsang akan menggunakan jalan apa pun, tidak hanya untuk membalas dendam, tetapi juga merebut kekuasaan," tulis De Graaf. Oleh karena itu, Arya Penangsang berusaha menghabisi keturunan dan kerabat Sultan Trenggana. Setelah berhasil membunuh Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat, dia berusaha membunuh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggana. Arya Penangsang mengirim empat orang kajineman untuk membunuh Jaka Tingkir. Mereka berusaha menikam Jaka Tingkir yang sedang tidur. Jaka Tingkir menyingkapkan dodot -nya (pakaian panjang yang dipakai para raja yang juga digunakan sebagai selimut tidur) sehingga membuat mereka terjatuh. Jaka Tingkir mengampuni mereka bahkan memberinya uang (masing-masing 15 rial) dan pakaian. Kemungkinan Jaka Tingkir sengaja membiarkan mereka hidup agar menjadi pesan bagi Arya Penangsang. Setelah menerima laporan kegagalan kajineman , Arya Penangsang merasa khawatir. Dia meminta Sunan Kudus memanggil muridnya, Jaka Tingkir. Jaka Tingkir memenuhi panggilan itu. Arya Penangsang dan Jaka Tingkir sempat saling menghunus keris. Namun, Sunan Kudus menasihati dan menyuruh mereka pulang. Jaka Tingkir juga pernah akan dibunuh oleh kajineman  karena mengambil istrinya. Dia memintanya kepada Ratu Kalinyamat untuk dijadikan selir. "Adimas, jangankan dua puteri itu, negara Kalinyamat dan Prawata dan kekayaanku semua kuberikan. Asalkan kamu memenuhi permintaanku." "Mbakyu, jangan khawatir sampeyan. Arya Jipang mesti mati oleh saya," kata Jaka Tingkir. "Baik, Adimas, siapa yang kupercaya lagi selain dirimu?" Kajineman  yang istirnya dibawa Jaka Tingkir tak terima. Dia bersama teman-temannya menyerang Jaka Tingkir yang sedang tidur. Namun, tidak mempan. Jaka Tingkir bangun dan mengampuni mereka. Kajineman  pun merelakan istrinya. Jaka Tingkir menepati janjinya kepada Ratu Kalinyamat. Dia berhasil membunuh Arya Penangsang. Kerajaan Demak pun berakhir setelah Jaka Tingkir memindahkan pusat kerajaannya ke Pajang. * Tulisan ini direvisi pada 23 Februari 2020 .

bottom of page