top of page

Hasil pencarian

9587 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Dialog Kebudayaan

    KITA mengenal Polemik Kebudayaan pada 1930-an. Namun, dalam sejarah, dialog kebudayaan dengan beragam bentuk dan intensitas sudah terjadi jauh sebelumnya. Menurut sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufik Abdullah, Nusantara terlibat dalam dinamika kebudayaan “internasional” sejak masa-masa awal abad Masehi. Intensitas hubungan bersifat “internasional” terjadi pada masa Sriwijaya. Sumber Tiongkok menyatakan Sriwijaya pada abad ke-7 menjadi pusat pengetahuan Buddhisme, selain Nalanda di India. Menjelang tampilnya Majapahit, Buddhisme kian tergeser oleh Hinduisme. “Kebudayaan yang kekurangan dewa telah digantikan oleh kebudayaan yang dihuni oleh dewa-dewa yang mewakili segala cabang kehidupan,” kata Taufik Abdullah dalam seminar bertema “Cross Cultural Fertilization: Sebuah Strategi Kebudayaan” di Universitas Paramadina, 28 Februari lalu.

  • Hilangnya Mutiara Hitam

    PERISTIWANYA terjadi nun jauh di negeri orang: Kongo. Namun di Labuan Batu, Sumatra Utara, buruh-buruh perkebunan marah. Mereka mengambil-alih perkebunan-perkebunan milik pengusaha Belgia di daerah Mrangir, Aek Paminke, Pernantian, Perlabian, Kanopan Ulu, Padang Halaban, Negeri Lama, dan Sennah. Aksi buruh itu tanpa disertai tindak kekerasan. Tak ada korban jiwa. Mereka juga melaporkan ke pihak berwajib setelah selesai aksi. Di Jawa Barat, aksi serupa gagal. Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie keburu mengeluarkan larangan. “Terhadap perbuatan-perbuatan yang demikian dapat diambil tindakan sesuai dengan ketentuan undang-undang/peraturan-peraturan yang ada dan berlaku bagi Penguasa Keadaan Bahaya,” tulis Pikiran Rakjat , 23 Maret 1961.

  • Presiden Sepuluh Hari

    “Saya bukan ragu-ragu, tapi mata saya memandang laut. Dan telinga saya mengarah ke udara... (Siapa tahu) kalau-kalau tentara Indonesia datang menyerbu.” Begitu Francisco Xavier do Amaral berkisah kepada Radio Nederland pertengahan 1995, ketika menceritakan momen-momen saat dia, pada 28 Nopember 1975 pukul 22.00, hendak membacakan proklamasi kemerdekaan Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL). Francisco Xavier do Amaral –akrab disapa Pak Xavier– terlahir di Turiscal, distrik Manufahi pada 1937, tutup usia karena mengidap kanker pada 6 Maret 2012 di sebuah rumah sakit di Dili, Timor Leste.

  • Kisah Pemburu Kepala

    Marco Polo, avonturir dari Italia, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya di Perlak, bagian utara Sumatra, pada 1292. Di sana, dia melihat penduduk yang tinggal di pegunungan memakan daging manusia. Sangat berlawanan dengan penduduk yang tinggal di kota Perlak, di mana masyarakatnya lebih beradab, bahkan setelah berhubungan dengan pedagang-pedagang Islam, mereka berpindah dari menyembah berhala menjadi pengikut ajaran Muhammad. Dia menuliskan itu dalam catatan perjalanannya. Dia tahu catatannya akan mengejutkan, dan mungkin tak dipercaya banyak orang. Karena itu, dia sampai bersumpah untuk meyakinkan pembacanya.

  • Menyusuri Venesia dari Timur

    JIKA kita berkunjung ke Kali Besar menjelang sore hari, sesekali sebuah perahu melintasi kali. Bukan perahu pedagang, melainkan perahu kayu kecil, dinakhodai seorang lelaki yang sibuk “memancing” sampah dengan ganconya. Kegemerlapan Kali Besar sudah lama hilang. Tak ada lagi pemandangan seperti abad ke-17-18 saat noni-noni atau nyai Belanda melintas dengan pakaian serbamewah di atas kereta kudanya. Kini, cuma ada pemandangan kendaraan umum seperti bajaj dan mikrolet yang terjebak kemacetan lalu-lintas. Orang Belanda menyebut Kali Besar di tepian muara Sungai Ciliwung ini dengan nama De Groote Rivier .

  • Bukan Sembarang Syahbandar

    BANTEN, 1670-an. Sebuah junk besar asal Tiongkok mendarat di pelabuhan dengan membawa 10 ton emas, benang, sutra, uang kepeng, dan produk-produk mewah lainnya. Junk itu merupakan bagian dari rombongan junk besar milik “raja kapal” asal Tiongkok, Koxinga atau Guo Xing-ye. Dia adalah konglomerat Tiongkok pendukung Dinasti Ming yang lari ke Taiwan dan mendirikan basis bagi simpatisan anti-Dinasti Qing. Orang-orang Belanda, yang mendukung Dinasti Qing setelah menggulingkan Dinasti Ming, memusuhi Koxinga. Namun junk Koxinga bisa mendarat lantaran pembelaan Kaytsu, syahbandar dan orang kepercayaan Sultan Ageng Tirtayasa, dan jaminan dari Kyai Ngabehi Cakradana  (Tantseko), mantan bawahan Kaytsu.

  • Pesan Terakhir Nabi

    DALAM sejarah Islam, yang dianggap sebagai pesan terakhir Nabi Muhammad Saw adalah khotbah beliau tatkala Haji Wada atau haji penghabisan pada 9 Zulhijah 10 Hijriyah atau 7 Maret 632. Namun kemudian beredar surat peringatan terakhir Nabi dari Mekah di Nusantara.  “Sebuah terjemahan peringatan semacam itu (dalam bahasa Sunda) pernah jatuh di tangan saya,” kata Snouck Hurgronje dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje.  “Dikatakan bahwa tulisan itu diumumkan oleh Raja di Mekah atas perintah Nabi pada permulaan abad ke-13 Hijriyah.”

  • Pelukis Istana Asal Negeri Sutera

    PERJALANAN hidup membawanya tinggal di Indonesia. Ini bermula ketika Lee Ling Khai, ayahnya, seorang pejuang kemerdekaan China, membawa istri dan anak-anaknya, termasuk Lee Man Fong yang masih berusia empat tahun, meninggalkan negeri leluhur untuk merantau ke Singapura. Di sana Ling Khai merintis bisnis dagang dan berhasil meraih sukses berkat bantuan seorang sahabat bernama Dr Sun Chung-Shan –nama lain dari Dr Sun Yat Sen. Lee Man Fong, lahir di kota Guangzhou, China, pada 14 November 1913, sempat mengenyam pendidikan di Anglo-Chinese School dan belajar melukis pada seorang guru bernama Lingnan. Tapi jiwa pejuang ayahnya sepertinya belum padam meski tinggal di negeri orang. Ling Khai terlibat dalam dunia politik yang membangkrutkan bisnisnya, dan akhirnya meninggal dunia karena sakit pada 1929. Hidup menjadi pertarungan sesungguhnya bagi Man Fong, yang menggunakan keahliannya menggambar untuk menafkahi ibu dan ketujuh saudaranya. Sayang, hasilnya tak pernah mencukupi.

  • Pengobatan Nusantara

    KEBERLIMPAHAN flora Hindia Timur menarik minat VOC (Vereenigde Oostindische Campaignie) untuk melakukan kajian botani sejak abad ke-17. Kajian ini dimulai bersamaan penjelajahan mereka ke Hindia Timur. Kajian botani penting bagi VOC untuk menggerakkan roda ekonomi perusahaan. Melalui kajian itu, mereka mengetahui tetanaman yang aman dikonsumsi dan laku di pasaran. Selain itu, mereka harus mengenal tetanaman oba sebagai obat penyakit khas di kepulauan Asia Tenggara, yang jelas berbeda dari penyakit di Eropa.

  • Pilot Berhati Lembut

    DALAM otobiografinya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Sukarno menirukannya: “Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?” Bob Earl Freeberg, anak petani yang berasal dari Parsons, Kansas, menjadi salah seorang penerbang asing yang melakukan penerbangan ke Indonesia di masa awal kemerdekaan. Dia adalah mantan pilot Angkatan Laut Amerika Serikat yang setelah Perang Dunia II bekerja sebagai pilot komersial di CALI (Commercial Air Lines Incorporated) Filipina. “Dia jatuh cinta pada negara-negara dan budaya di Pasifik dan memutuskan untuk tak kembali ke Kansas,” tulis Jiya Sarma dalam “The Day the Air Force Vanished,” www.gather.com .

  • Sepakbola Tanpa Batas Gender

    KEIKUTSERTAAN perempuan dalam sepakbola bukanlah kemarin sore. Di Tiongkok, sebuah lukisan di dinding kuno menggambarkan para perempuan sudah memainkan sepakbola sejak zaman Dinasti Donghan (25-220 Masehi). Setelah itu geliatnya seolah meredup, terlebih memasuki era Dinasti Qing (1644-1912) yang melarang sepakbola perempuan. Memasuki abad ke-18, para sejarawan mencium adanya aktivitas sepakbola perempuan di Skotlandia. Pertandingannya cukup unik, mempertemukan tim yang sudah menikah dengan yang belum. Pertandingan ini sekaligus menjadi ajang cari jodoh bagi para pria lajang.

  • Palestina (Bukan) Harga Mati

    Selamat berabad-abad, bangsa Yahudi mencari “Tanah yang Dijanjikan”, sebuah wilayah yang akan mereka jadikan tanah air mereka. Mordecai Manuel Noah memulai langkah ini dengan membeli sebidang tanah di Grand Island di Sungai Niagara dekat Buffalo, New York, Amerika Serikat, pada 1825. Menurut Seymour “Sy” Brody dalam biografi singkat Mordecai Manuel Noah (1785-1851), di tanah itu Noah membayangkan sebuah koloni Yahudi yang dia disebut Ararat –bukan pegunungan Ararat di Turki tempat peristirahatan Noah’s Ark (Bahtera Nabi Nuh).

bottom of page