top of page

Sejarah Indonesia

Dana Untuk Demo

Dana untuk Demo

Operasi Tas Hitam CIA untuk menyokong demonstrasi di Indonesia.

2 Oktober 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Massa berdemonstrasi menuntut pembubaran PKI pada 20 Oktober 1965. (AP).

Diperbarui: 21 Jul

SEHARI setelah Peristiwa Gerakan 30 September 1965, Brigjen TNI Sucipto, ketua G-V Koti (Komando Operasi Tertinggi), membentuk KAP-Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan September Tiga Puluh). Ini adalah front aksi pertama yang dibentuk untuk melawan PKI. Ketuanya Subhan Z.E. dari Nahdlatul Ulama dan Sekretaris Harry Tjan Silalahi dari Partai Katolik.

Ingin membaca lebih lanjut?

Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.

Badan-Badan Otonom NU

Badan-Badan Otonom NU

Nahdlatul Ulama memiliki badan-badan otonom dalam berbagai bidang untuk menandingi gerakan organisasi-organisasi massa PKI.
Dari Gas hingga Listrik

Dari Gas hingga Listrik

NIGM adalah perusahaan besar Belanda yang melahirkan PLN dan PGN. Bersatunya perusahaan gas dan listrik tak lepas dari kerja keras Knottnerus di era Hindia Belanda.
Khotbah dari Menteng Raya

Khotbah dari Menteng Raya

Tak hanya mendatangkan suara, Duta Masjarakat juga menjadi jembatan Islam dan nasionalis sekuler. Harian Nahdlatul Ulama ini tertatih-tatih karena minim penulis dan dana.
Cerita dari Pengasingan Bung Karno di Rumah Batu Tulis

Cerita dari Pengasingan Bung Karno di Rumah Batu Tulis

Setelah terusir dari paviliun di Istana Bogor, Bung Karno melipir ke Hing Puri Bima Sakti alias Rumah Batu Tulis sebagai tahanan rumah.
Amarta Pavilion: Witness to the End of a Reign

Amarta Pavilion: Witness to the End of a Reign

This recounts the story of the pavilion designed by Sukarno, which bore silent witness to the March 11, 1966 Decree (Supersemar). It was also one of Bung Karno's three “exile” homes in his final days.
bottom of page