top of page

Sejarah Indonesia

Gudang Rempah Jadi Gudang

Gudang Rempah Jadi Gudang Sejarah

Museum Bahari menyimpan beragam benda bersejarah terkait dunia maritim.

2 Maret 2015

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

DENGAN wajah ceria, lima gadis cilik melihat satu per satu koleksi Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan No 1 Jakarta Utara, Selasa (24/2) siang. Mereka sering berkunjung ke sana. Alasannya, selain dekat rumah, mereka suka koleksi-koleksi museum.


Museum Bahari memiliki ratusan koleksi yang berkaitan dengan dunia maritim Nusantara. Dari foto, lukisan, alat navigasi, hingga keramik. Semuanya didapatkan melalui perburuan maupun hibah.


"Kami pernah mendapatkan 200 koleksi peninggalan kapal Tiongkok yang tenggelam di Belitung pada abad ke-11. Ada mangkok, piring; ada yang sudah berkerak seperti karang, ada yang masih dengan karang-karangnya," ujar Isa Ansyari, kepala koleksi dan perawatan Museum Bahari.


Perahu tradisional dari berbagai daerah menjadi koleksi terbanyak museum. Ada yang asli, ada pula yang sekadar replika. Ada juga patung-patung tokoh bersejarah yang berkaitan dengan dunia maritim seperti Ibnu Battutah. Semua ini membantu memperlengkap informasi mengenai masa lalu kemaritiman Nusantara.


Mulanya bangunan Museum Bahari merupakan gudang rempah-rempah Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC). Setelah mendapat izin berniaga di Batavia, VOC membangun dua kompleks pergudangan di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa: di sisi barat Kali Besar (Westzijdsche Pakhuizen) dan sisi timur (Oostzijdsche Pakhuizen).


Bangunan Museum Bahari termasuk dalam kompleks pergudangan barat, yang dibangun secara bertahap mulai 1652 sampai 1771 (ada yang menyebut dibangun tahun 1645).


Tak jauh dari gudang, berdiri sebuah menara (kini, Menara Syahbandar) yang dibangun pada 1839 masa Gubernur Jenderal Dominique Jacques de Eerens. Menara tersebut berfungsi mengawasi dan mengatur lalu-lintas pelabuhan.


Peruntukan gudang tersebut berubah-ubah mengikuti pergantian penguasa. Pemerintah kolonial Hindia Belanda, yang menggantikan VOC, menggunakan gudang itu untuk menampung komoditas seperti kopi, teh, dan kina. "Komoditas tersebut berasal dari kebun-kebun di Jawa Barat," kata Isa.


Pemerintah pendudukan Jepang menggunakan gudang itu sebagai tempat perbekalan perang. "Baju-baju bagus rakyat diambil Jepang dan disimpan di sini lalu dikirim ke Burma, Malaysia," lanjut Isa.


Pada masa Republik, gudang itu dimiliki Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon, yang kemudian jadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). PN Postel kemudian dipecah menjadi dua: Perusahaan Negara Pos dan Giro (kini, PT Pos Indonesia Persero) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (kini, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau biasa disebut Telkom).


"Setelah Pos memisahkan diri, gudang ini akhirnya jadi gudang Telkom. Sementara Menara Syahbandar jadi Polsek Penjaringan," ujar Isa.


Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mengambil-alih gudang Telkom tersebut pada 1976 dan menjadikannya Museum Bahari. Bang Ali meresmikannya pada 7 Juli 1977. Museum Bahari kemudian beberapa kali melakukan perbaikan dan pembenahan.


"Museum mulai cantik itu sejak anggota dewan mulai memihak kepada museum. Kalau dulu ngajuin anggaran, susah," kata Isa.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page