top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Iwan Fals Dituduh Menghina Ibu Negara

Iwan Fals diinterogasi gara-gara menyebut nama Soeharto saat menyanyikan lagu Mbak Tini. Dia dituduh menghina Ibu dan Kepala Negara.

12 Sep 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Iwan Fals, 1980-an.

Diperbarui: 3 Sep

POLISI menciduk Dodik Ikhwanto, pembuat meme yang menghina Ibu Negara Iriana Joko Widodo, di Palembang, Sumatra Selatan, Senin (11/9/2017). Pelaku memposting meme penghinaan itu lewat akun Instagramnya @warga_biasa tangal 7 September 2017. Dia mengakui motivasinya melakukan itu karena tidak suka dengan pemerintahan Joko Widodo.


Kasus serupa pernah menimpa musisi Iwan Fals ketika konser di Gedung Olahraga, Pekanbaru, Riau, April 1984, dalam rangka membantu anak-anak muda menggalang dana. Dia membawakan lagu Demokrasi Nasi dan Mbak Tini.


Lagu Demokrasi Nasi diciptakan Iwan ketika masih duduk di SMP di Bandung tahun 1975. Sebuah lagu yang berkisah tentang anak seorang menteri yang membuat onar, menembak sampai mati tapi tidak disanksi. “Sungguh tak sesuai dengan hukum di negeri ini, yang katanya demokrasi,” kata Iwan lewat lirik lagunya. Iwan sering menyanyikan lagu Demokrasi Nasi, namun tak ada reaksi. Tapi bagi aparat keamanan cukup menggelisahkan.


“Apalagi bila mereka mendengarkan lagu yang kedua, Mbak Tini. Sebenarnya, Mbak Tini hanya sebuah balada seorang sopir truk pada sebuah proyek pemerintah. Entah kenapa si sopir dipecat, lalu terpaksa cari uang lewat jalan serong, termasuk Mbak Tini, istrinya. Sampai di situ, sebagaimana kebanyakan lagu-lagu Iwan yang sukses, dua lagu itu memang berkisah tentang kesenjangan sosial,” tulis Tempo, 5 Mei 1984.


Namun, gara-gara lagu Mbak Tini, Iwan harus berurusan dengan aparat keamanan. Penyanyi yang kerap mengkritik rezim Orde Baru dengan lagu-lagunya itu dituduh menghina Ibu Negara Tien Soeharto dan Presiden Soeharto.


Dalam acara Kick Andy, 5 Februari 2010, Iwan mengungkapkan bahwa lagu Mbak Tini menceritakan perempuan mantan pekerja seks komersial (PSK) yang membuka warung kopi. Dia memiliki suami mantan preman bernama Soehardi yang bekerja sebagai sopir truk. Soehardi di-PHK dan kembali menjadi preman. Mereka bercerai dan Tini juga kembali menjadi PSK. “Waktu di panggung saya ubah Soehardi jadi Soeharto,” kata Iwan.


Akibatnya, Iwan dibawa ke Korem 031 dan diinterogasi selama 12 hari. Interogator bertanya mengapa Tini –mungkin plesetan dari nama Tien– dan Soehardi –mungkin plesetan dari Soeharto? “Saya juga bingung menjawabnya. Mungkin iya, mungkin tidak. Saya malah sibuk nangis saja karena yang bertanya seram-seram,” kata Iwan.


“Seperti dikatakan Iwan sendiri, setelah interogasi 12 hari itu, Danrem 031 Kolonel Sutjipto, tak menemukan bukti bahwa lagu itu mengganggu stabilitas nasional,” tulis Tempo, 5 Mei 1984.


Menurut Iwan, lagu Mbak Tini memang tidak menceritakan tentang Ibu dan Kepala Negara. “Akhirnya yang menginterogasi malah senang sama saya dan saya dikasih marga Siahaan,” kata Iwan sambil tertawa.


Setelah kejadian itu, Iwan merasa “terteror”. “Tepatnya teror dari diri sendiri. Prasangka dan ketakutan saya, ketakutan keluarga. Jadi, rasanya ada orang yang mengikuti, bisa ya bisa tidak. Soalnya saya tidak terpikir sama sekali karena saya nyanyi di Jakarta, Bandung, tidak ada apa-apa. Lagunya sama bahkan saya sebutkan nama (Soeharto, red). Tapi begitu di Pekanbaru, kok jadi masalah,” kata Iwan.


Kasus Iwan diteruskan ke markas Laksus (Pelaksana Tugas Khusus) di Jalan Kramat V, Jakarta Pusat. Dia wajib lapor selama dua bulan. Suatu kali ketika lapor, dia ketakutan melihat seseorang, kalau tak salah pemalsu uang, yang diinterogasi dengan cara jari kaki kelingkingnya diinjak kursi.


Ketika ditanya Andy Noya bahwa ada kesan Iwan benci Soeharto, dia menjawab dengan diplomatis. “Tidak. Saya justru mengaguminya, ‘kok bisa ya bertahan 30 tahun’. Tentunya ada alasan yang kuat dia bisa seperti itu,” kata Iwan.


Iwan terus terang berterima kasih dengan Orde Baru karena membuatnya melahirkan lagu-lagu fenomenal seperti Umar Bakri, Wakil Rakyat, Serdadu, Bento, Bongkar, Tikus Kantor, dan lain-lain. “Artinya, bukan saya mengiyakan apa yang terjadi di masa Orde Baru. Tapi, saya lahir di situ dalam suasana seperti itu dan saya merasa sendirian saat itu,” kata Iwan.


Lagu Demokrasi Nasi dan Mbak Tini tidak pernah direkam. “Saya juga sudah agak lupa syairnya,” kata Iwan.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page