top of page

Sejarah Indonesia

Kecelakaan Pesawat Garuda di Mumbai India

Salah satu korbannya istri menteri kesehatan. Ahli kimia nuklir ini punya andil dalam perkembangan atom di Indonesia.

6 April 2019
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Paula Putuhena, istri Menteri Kesehatan G.A. Siwabessy, salah satu korban kecelakaan pesawat Garuda Convair CV-990 di Mumbai, India, pada 28 Mei 1968. (Repro Upuleru).

Pada 28 Mei 1968 pesawat Garuda jenis Convair CV-990 dengan registrasi PK-GJA jatuh di dekat Bandara Mumbai, India. Seluruh penumpang 29 orang (15 penumpang dan 14 awak) tewas. Beberapa warga desa di Bilalpada terkena puing-puing pesawat. Bahkan salah satunya meninggal.


Pesawat itu terbang dari Jakarta, menuju Amsterdam, Belanda, dengan transit di Mumbai, Karachi, Kairo, dan Roma. “Pesawat itu jatuh dalam posisi hampir vertikal, sekitar 4,5 menit setelah lepas landas,” demikian data aviation-safety.net.


Salah satu korban adalah Ir. Paula Putuhena, istri Menteri Kesehatan G.A. Siwabessy. Mereka menikah pada 3 Desember 1958. Paula lulus dari jurusan kimia Institut Teknologi Bandung. Dia pindah dari Departemen Pertanian ke BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) yang dipimpin oleh Siwabessy.


“Paula pada waktu itu sangat aktif membantu dalam bidang atom, terutama dalam bidang kimia nuklir,” kata Siwabessy dalam memoarnya, Upuleru.


Sebagai pejabat BATAN, Paula sering menghadiri konferensi-konferensi internasional. Salah satunya konferensi yang diselenggarakan setiap tahun oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) dari PBB di Wina. Dia pun sering mengadakan kunjungan ke negara-negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia.


Paula menguasai empat bahasa asing secara aktif, yaitu Belanda, Prancis, Jerman, dan Inggris. Sehingga sebagai istri menteri dia sering membantu Ibu Tien Soeharto dalam kegiatan-kegiatan sosial taraf internasional di istana. Dia juga aktif dalam program pemerintah RIA Pembangunan. Bersama dr. Lukito Husodo, dia membangun paviliun kanker di RSCM untuk ibu-ibu penderita kanker. Paviliun itu diresmikan Ibu Tien Soeharto.


Paula berniat melanjutkan kuliahnya sampai memperoleh Ph.D. Persiapannya sudah jauh ketika Siwabessy berangkat ke Negeri Belanda untuk memenuhi suatu undangan.


“Sampai di Negeri Belanda, beta memanggil Paula per-telepon. Ini rupanya tindakan yang fatal. Pesawat yang ditumpanginya meledak 75 km di utara Mumbai pada 28 Mei 1968,” kata Siwabessy.


Siwabessy segera terbang ke Mumbai dan tiba pada 30 Mei 1968. “Tetapi tidak ada lagi sisa-sisa yang dapat kami jumpai dari para penumpang maupun crew pesawat Garuda itu,” kata Siwabessy. Dia kembali ke Jakarta dan melapor kepada Presiden Soeharto.


Presiden Soeharto mengirimkan sebuah pesawat Garuda ke Mumbai dan mengisi peti-peti jenazah dengan batu-batu yang diambil dari lokasi jatuhnya pesawat. Sebagian korban dikuburkan di pemakaman umum. Sedangkan para crew dikebumikan di Taman Makam Pahlawan. Sebagai istri menteri, Paula dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Upacara pemakamannya secara besar-besaran.


Untuk mengabadikan Paula, C.L. Bundt, seorang pecinta anggrek di Ujung Pandang, menamakan suatu jenis anggrek hasil penyilangannya yang berwarna merah keungu-unguan, Dendrobium Paula Siwabessy. Nama ini telah terdaftar di Royal Horticultural of Orchid Hybrid di London, Inggris.


“Nama itu diberikan untuk mengabadikan nama seorang wanita yang mempunyai andil dalam perkembangan ilmu atom di negara kita. Almarhumah selama hayatnya telah ikut mendampingi beta,” kata Siwabessy.  


Paula pergi meninggalkan suami dan dua anaknya yang masih kecil: Inagama (9 tahun) dan Latino (5 tahun).

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Meski punya pengalaman kurang menyenangkan di lapangan sepakbola di masa kolonial, Bung Karno peduli dengan sepakbola nasional. Dia memprakarsai pembangunan stadion utama, mulai dari Lapangan Ikada hingga Gelora Bung Karno.
Juragan Besi Tua Asal Manado

Juragan Besi Tua Asal Manado

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.
Perdebatan dalam Seminar Sejarah Nasional Pertama

Perdebatan dalam Seminar Sejarah Nasional Pertama

Seminar Sejarah Nasional pertama tidak hanya melibatkan para sejarawan, melainkan turut menggandeng akademisi dan cendekia berbagai disiplin ilmu serta unsur masyarakat. Jadi momentum terbitnya gagasan Indonesiasentris dalam penulisan sejarah nasional Indonesia.
Mayor Udara Soejono Sang Eksekutor Kartosoewirjo

Mayor Udara Soejono Sang Eksekutor Kartosoewirjo

Mayor Soejono disebut sebagai eksekutor imam DI/TII S.M. Kartosoewirjo. Dia kemudian dieksekusi mati karena terlibat G30S.
Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Terlihat seperti bocah, lelaki berusia 28 tahun ini memberi informasi berharga tentang "dalaman" Kahar Muzakkar kepada TNI.
bottom of page