top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Menggagas Aksara Kesatuan

Terpicu pidato Sukarno soal kepribadian nasional, seorang penulis menggagas aksara kesatuan.

1 Okt 2014

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Aksara kesatuan ciptaan Achmad Narod. Foto: repro majalah Penelitian Sedjarah, Juni 1962.

PERINGATAN hari kemerdekaan tiba. Puluhan ribu orang berkumpul di sekitar Istana Negara pada 17 Agustus 1959. Mereka mendengar pidato Sukarno berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita.” Salahsatu pokok pidatonya ajakan menggali kembali kepribadian nasional di pelbagai bidang. Misalnya kebudayaan.


“Pemerintah akan melindungi Kebudayaan Nasional, dan akan membantu berkembangnya Kebudayaan Nasional, tetapi engkau pemuda-pemudi pun harus aktif ikut menentang imperialisme kebudayaan, dan melindungi serta memperkembangkan Kebudayaan Nasional,” kata Sukarno.


Menjawab pidato Sukarno, Achmad Narod mengajukan gagasan menarik untuk bidang kebudayaan. Tak banyak keterangan tentang latarbelakang Achmad Narod.Yang terang, dia mencanangkan pembentukan aksara dan angka kesatuan nasional Indonesia pada 1962. Dia menilai Indonesia bangsa besar; punya warisan adiluhung berupa ragam aksara dari nenek moyang. Tapi tak ada usaha dari pemerintah dan individumengarah ke pembentukan aksara kesatuan.


Kekayaan aksara Indonesia tak kalah oleh Thailand, Burma (Myanmar), Laos, Kamboja, Korea, Jepang, atau Srilanka. Mereka semua punya aksara nasional, sedangkan Indonesia tidak.Indonesia sudah punya negara kesatuan dan satu bahasa kesatuan, tapi belum kesampaian memiliki aksara kesatuan. Menurut Achmad Narod, ini kekurangan besar bangsa Indonesia. Jika tak ada usaha pembentukan aksara nasional, bahasa nasional bakal melemah.


“Bahasa dan aksara adalah seperti ruh dan jasad. Bahasa akan menjadi sangat miskin dengan tiada ada aksara. Bahasa yang tidak beraksara, pada hakikatnya adalah seperti dialek,” tulis Achmad Naroddalam majalah Penelitian Sedjarah, Juni 1962.


Achmad Narod lantas menjalin beberapa aksara Nusantara untuk menjadi aksara kesatuan. Antara lain aksara Batak, Lampung, Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.Tambahan lain berasal dari aksara Caka (Sunda, Jawa, dan Madura) dan Latin.Dari penjalinan itu, dia mendapat 19 aksara. Dia mengklaim aksara-aksara itu mudah dibaca. Bahkan untuk orang paling buta huruf latin sekalipun.Tapi dia tetap mempertahankan nilai seni aksara itu.


Susunan dan bunyi aksara kesatuan meliputi “DJA-GA-PA-DA-WA-NG-SA-A-TJA-RA-NJA-TA-MA-NA-KA-LA-BA-HA-JA”. Aksara Makassar, “Dja” mengawali abjad kesatuan ini. Pengakhirnya berasal dari aksara Batak, “Ja”. Ini penting sebagai simbol pengikat seluruh wilayah Indonesia. “Inilah satu lambang dari Bhinneka Tunggal Ika, terjalin dalam huruf kesatuan Indonesia,” tulis Achmad Narod.


Soal penerapannya, Achmad Narod menjamin aksara kesatuan mampu menulis kata-kata bahasa asing. Ia juga sangat aplikatif untuk menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan. Demi kemudahan dan kelancaran menulis, dia sengaja menghilangkan tanda-tanda diakritik, yakni tanda tambahan pada huruf yang sedikit banyak mengubah nilai fonetis huruf itu, misalnya tanda pada . “Dalam huruf Indonesia baru hanya mengenal tanda-tanda yang berada di akhir huruf (suffix).”


Achmad Narod berharap gagasannya beroleh tempat di kalangan generasi muda. Tujuannya, “agar generasi yang akan datang mempunyai satu potensi nasional yang kukuh.” Dia mengambil bangsa Tiongkok sebagai contoh bangsa besar yang mempunyai satu aksara nasional.


Tapi gagasan Achmad Narod menghilang tanpa jejak. Dalam nomor-nomor penerbitan berikutnya, majalah Penelitian Sedjarah tak memuat tanggapan tentang gagasannya. Hingga sekarang, orang lebih mengedepankan pelestarian dan penggunaan aksara daerah ketimbang menggagas aksara nasional.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Mengintip Kelamin Hitler

Mengintip Kelamin Hitler

Riset DNA menyingkap bahwa Adolf Hitler punya cacat bawaan pada alat kelaminnya. Tak ayal ia acap risih punya hubungan yang intim dengan perempuan.
bottom of page