top of page

Sejarah Indonesia

Menjejaki Sejarah Kuliner Nusantara

Menjejaki Sejarah Kuliner Nusantara

Klaim kuliner Indonesia oleh Malaysia dianggap menggelikan, bukan menggelisahkan.

16 Desember 2016

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

d341c109bc6f56ccd2c09b380a17a740

Diperbarui: 30 Jul

Hubungan Indonesia dan Malaysia beberapa kali sempat menghangat lantaran klaim Malaysia terhadap beberapa produk budaya Indonesia. Salah satu produk budaya yang sempat diakui khas Malaysia adalah rendang. Seperti yang terjadi dalam World Expo Milan 2015. Saat itu Malaysia menyuguhkan rendang dan sate di pavilunnya. Beberapa kalangan di Indonesia sempat meradang atas klaim itu. Tetapi pantaskah kita marah?


“Klaim-klaim kuliner itu sebenarnya menggelikan, bukan menggelisahkan. Karena makanan adalah produk budaya yang mudah diadopsi, dimodifikasi, dan diduplikasi oleh siapa pun,” ujar Fadly Rahman dalam peluncuran buku terbarunya Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, di Kedai Tjikini, Jakarta, Sabtu (17/12/2016). Fadly adalah sejarawan Universitas Padjadjaran yang fokus pada studi sejarah kuliner Indonesia.


Menurutnya, sikap reaktif terhadap klaim kuliner seperti itu menunjukkan masih minimnya tingkat literasi masyarakat kita terhadap budayanya sendiri. Ditambah lagi studi terhadap budaya kuliner, terutama terkait sejarahnya, juga setali tiga uang.


Fenomena “wisata kuliner” dan industri makanan di Indonesia berkembang begitu menggairahkan beberapa tahun terakhir. Tetapi, sangat disayangkan belum ada yang secara menyeluruh dan mendalam meneliti masalah sejarah makanan di Indonesia dalam perspektif global.


Hal ini juga menjadi kekhawatiran Andreas Maryoto, wartawan senior, yang turut hadir dalam peluncuran buku tersebut. “Saya yang relatif lebih dulu menulis soal-soal kuliner ini merasa kesepian. Seakan-akan, kok, tidak ada yang mau menulis soal kuliner Indonesia?” ujar Andreas, wartawan senior Kompas dan penulis buku Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan.


Diakui Andreas sebab utama minimnya penulisan sejarah-budaya kuliner Indonesia adalah langkanya sumber. “Tapi, sebenarnya langka itu bukan berarti tidak ada sumber. Sumber sejarah kita, teks serat misalnya, memang implisit sifatnya. Tetapi, sebenarnya serat itu lebih kaya nuansa. Karena selain peristiwa ia juga merekam suasana. Itu yang tidak ditemukan dalam sumber Barat,” imbuhnya.


Fadly sejak lama menyadari itu. “Kita butuh stok informasi yang bisa menunjukkan kaitan historis dan budaya soal makanan. Karena sebenarnya ada yang namanya sharing cuisine, berbagi cita rasa, lewat interaksi budaya,” tambahnya.


Itulah salah satu misi Fadly menerbitkan Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Hal-hal penting yang dibahas dalam buku ini di antaranya akar pembentukan makanan di Indonesia sejak masa kuno hingga masa Presiden Sukarno, pengaruh global yang memperkaya khazanah kuliner Nusantara, perkembangan ilmu makanan dan gastronomi, hingga penyusunan buku masakan Indonesia.


Karena bobot isinya, Andreas mengapresiasi terbitnya buku ini sebagai karya penting untuk menguak sejarah kuliner Indonesia. “Saya kira buku ini pantas disebut babon dalam studi sejarah kuliner. Bisa menjadi pengantar bagi penulis-penulis muda,” ujarnya.


Fadly sendiri berharap karyanya ini dapat memperkaya pengetahuan sejarah dan budaya kuliner Indonesia. “Serta dapat menyadarkan berbagai pihak, termasuk elemen pemerintah selaku pengambil kebijakan, agar lebih memantapkan strateginya dalam memberdayakan potensi pangan nasional demi memajukan citra kuliner dalam lingkup global,” ungkap Fadly.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page