top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Pasukan Khusus Belanda dari Sri Lanka

Belanda membentuk Korps Insulinde di Sri Lanka. Pasukan khusus ini menyusup ke Sumatra yang diduduki Jepang.

12 Jul 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Korps Insulinde, pasukan khusus Belanda, yang dibentuk di Sri Lanka. (svendijkstra.mid-college.nl).

Waktu tentara Jepang menyerang Hindia Belanda, Mayor Fritz Mollinger sudah dua dekade menjadi perwira KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Dia berdinas sejak 1922.


Mayor Mollinger dan Kapten Willem Jan Scheepens, anak Letnan Kolonel Scheepens yang mati di Aceh pada 1917, berhasil kabur ketika Jepang datang. Mereka mengungsi ke Sri Lanka.



Dalam menghadapi Jepang, Mayor Mollinger dan Kapten Scheepens bersama perwira Belanda lain menjalankan Netherlands Special Operation (NSO) atas perintah Laksamana Helfrich, petinggi militer Belanda.


Pada 1 Agustus 1942, mereka membentuk pasukan khusus untuk melakukan operasi penyusupan ke wilayah yang dikuasai Jepang. Mayor Pel mengusulkan nama samaran untuk pasukan khusus itu: Korps Insulinde.



Sebelum Korps Insulinde dibentuk, misi penyusupan pada Mei 1942 yang dipimpin Letnan Wijnmalen gagal total. Biasanya para penyusup dihabisi militer Jepang. Kegagalan menjadi bahan pelajaran bagi perwira Belanda untuk lebih berhati-hati dan terus melatih diri.


NRC Handelsblad, 25 Oktober 1986, menyebut Korps Insulinde berbasis di Kamp D,pinggiran Desa Laksapitiya, 20 km ke selatan kota Colombo, Sri Lanka. Ada 38 orang tentara Belanda yang dipilih mengikuti pelatihan gerilya. Mereka terdiri dari 8 perwira, 12 sersan, dan 18 kopral. Mulanya Korps Insulinde berada dalam komando Inggris, sebelum Laksamana Helfrich membawahkannya.


Pelatihan Korps Insulinde, pasukan khusus Belanda, yang dibentuk di Sri Lanka. (svendijkstra.mid-college.nl).
Pelatihan Korps Insulinde, pasukan khusus Belanda, yang dibentuk di Sri Lanka. (svendijkstra.mid-college.nl).

Setelah pelatihan, Korps Insulide siap untuk diterjunkan. Pasukan gerilya itu melakukan 8 operasi rahasia dan 13 operasi pendaratan di wilayah pendudukan Jepang. Ke-21 misi itu dijalankan selama kurun waktu Desember 1942 hingga Agustus 1945.


Dalam misi pertama pada Desember 1942,pasukan Korps Insulide mendarat di Trumun, sisi barat Pulau Sumatra menggunakan kapal selam O-24 milik Belanda.Mayor Pel dan Kapten Scheepens kemudian mengantar pasukan penyusup itu ke pantai dengan perahu karet.


Orang Indonesia dalam pasukan khusus itu merupakan tenaga potensial operasi penyusupan ke Sumatra. Mereka bertugas mencari data atau informasi terkait militer Jepang dan mencari tahu perekonomian rakyat di daerah pendudukan Jepang. Kapten Scheepens termasuk yang terjun ke daratan Sumatra. Dia pernah menyusup ke Lhokseumawe, Aceh.



Leeuwarder Courant, 21 Oktober 1986, melaporkan, Kapten Scheepens dan Letnan Sisselaar telah menyusup ke Sumatra dengan bantuan orang-orang Indonesia sekitar tahun 1944. Bersama militer Inggris, mereka mencari tahu lokasi yang tepat untuk pendaratan pesawat tentara Sekutu di Aceh. Mau tak mau mereka harus terus mengirim penyusup lewat pantai atau terjun payung.


Pada pertengahan 1945, Letnan Sisselaar dan timnya mendarat di Padang Lawas, Sumatra Utara, untuk mempersiapkan pendaratan pasukan Sekutu dalam jumlah besar ke Sumatra. Pasukan itu susah payah bertahan di hutan Sumatra untuk menjaga komunikasi radio dengan Sri Lanka. Mereka memakai sepatu yang buruk hingga harus berjalan di hutan dengan telanjang kaki.


Mula-mula, Mayor Mollinger yang memimpin Korps Insulinde. Mayor Pel menggantikannya setelah Mollinger dipindahkan ke Suriname.



Jaap de Moor dalam biografi Jenderal Spoor: Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia, menyebut Mollinger lalu ditempatkan di NEFIS (Netherlands Forces Intelligence Service)di Australia. Dia memimpin NEFIS III yang mengurusi pelatihan.


Korps Insulinde dibubarkan setelah tentara Jepang menyerah pada 14 Agustus 1945. Banyak anggotanya yang pulang ke Belanda. Anggota yang tersisa masuk pasukan khusus Depot Speciale Troepen (DST) yang dipimpin Kapten Scheepens. Unit itu kemudian dipimpin Kapten Raymond Paul Pierre Westerling setelah Scheepens terluka. Mollinger belakangan pernah menjadi komandan brigade tentara Belanda di Palembang.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page