top of page

Sejarah Indonesia

Perintah Receh Jenderal Panggabean

Perintah Receh Jenderal Panggabean

Ulah menjengkelkan dari Maraden Panggabean membuat Kolonel Sayidiman tidak bisa menyelesaikan tugas sebagaimana semestinya.

7 Februari 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi Jenderal Maraden Panggabean, panglima ABRI 1973--1978.

Kolonel Sayidiman Suryihadiprodjo seyogianya merampungkan kunjungan dinasnya di Sulawesi Selatan. Bersama Mayor Jenderal Askari, Panglima Komando Antar Daerah Indonesia Timur (KOANDA-IT), Sayidiman selaku utusan pusat mengadakan sidak operasi penyelesaian sisa-sisa pemberontakan Darul Islam. Namun di tengah perjalanan dari Makassar menuju Paloppo, ada panggilan dari Jenderal Maraden Panggabean yang disambungkan lewat radio. Sayidiman diminta kembali ke Jakarta. Segera.


“Memang sudah sejak tahun 1965 ketika beliau diangkat menjadi Deputi Pembina TNI-AD, Pak Panggabean sering kali memberikan penugasan langsung kepada saya,” tutur Sayidiman dalam otobiografinya Sayidiman: Mengabdi Negara sebagai Prajutit TNI.


Selain menjabat Deputi Pembina, Panggabean juga merangkap Deputi Operasi. Sementara Sayidiman merupakan perwira diperbantukan (Paban) bidang operasi. Itu berarti, Panggabean adalah atasan langsung Sayidiman. Perintah dari Panggabean membuat Sayidiman sukar menunaikan tugasnya di Sulawesi.


Sayidiman khawatir ada hal serius sehubungan dengan perkembangan di Jakarta. Pun sebelum berangkat, Sayidiman lapor dulu kepada Panggabean untuk izin dinas selama seminggu. Dalam benaknya, tentu terjadi hal yang tidak beres sehingga diperintahkan lekas kembali. Maka tanpa pikir panjang, Sayidiman membatalkan perjalanan ke Palopo.

 

Setelah pamit kepada Askari, Sayidiman bergegas pulang. Yang jadi persoalan, akses perhubungan di Sulawesi terbilang sulit. Infrastruktur jalan dan kendaraan masih belum banyak. Jumlah penerbangan pun terbatas. Sayidiman menunggu sampai sore hingga seorang perwira Kodam XIV/Hasanuddin yang sedang melintas menuju Makassar bersedia ditumpangi. Keesokan harinya, Sayidiman langsung mengambil rute pesawat tercepat menuju Jakarta.


Setiba di Jakarta, Sayidiman menghadap Panggabean ke rumahnya. Ternyata sama sekali tidak ada masalah urgen yang mesti diselesaikan. Menurut Sayidiman, Panggabean kurang percaya dengan orang-orang lain yang bersangkutan dengan pengendalian operasi. Sayidiman mendongkol dalam hati karena hal sepele jadi tidak dapat melaksanakan tugasnya di Sulawesi.


 “Akan tetapi begitulah kehidupan tentara mana pun di dunia,” kenang Sayidiman. “Ini masih baik bahwa saya dipanggil karena dipercaya oleh atasan.”


Walau begitu, insiden perintah receh ini tidak sampai membuat Sayidiman dan Panggabean berkonflik. Malahan keduanya tetap akur secara pribadi bahkan berlanjut dalam pekerjaan. Ketika Panggabean menjadi Ketua Dewan Jabatan dan Kepangkatan Perwira Tinggi (Wanjakti), Sayidiman mendampingi sebagai sekretaris. Munculah pendapat di kalangan Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) bahwa Sayidiman perwira kesayangan Panggabean.


“Meskipun saya selalu berusaha untuk bersikap baik terhadap orang lain, namun tak dapat dicegah timbulnya anggapan bahwa saya ‘anak emas’,” ujar Sayidiman mengungkapkan relasinya dengan Panggabean.   


Pada 1973, Sayidiman dan Panggabean sama-sama menggapai karier tertinggi mereka sebagai tentara. Panggabean mencapai puncak paripurna sebagai Panglima ABRI yang membawahi semua matra. Sementara itu, Sayidiman menjabat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page