top of page

Sejarah Indonesia

Kisah Lucu Di Sungai Pakuanan

Kisah Lucu di Sungai Pakuanan

Kedua komandan itu sama-sama hanya memakai celana dalam saat melapor dan dilapori.

Oleh :
24 Agustus 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Alex Kawilarang dan Maraden Pangabean. Foto:i Buku 30 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Suatu hari di tahun 1949, Komandan Sektor IV Sub Teritorium VII Sumatera Mayor Maraden Pangabean sedang mengunjungi pos-pos terdepan pasukannya di wilayah antara Hubu dan Saur Matinggi, pelosok Sumatera Utara. Di tengah kunjungan tersebut, ia mendapat informasi bahwa Letnan Kolonel A.E. Kawilarang (Komandan Sub Teritorium VII Sumatera) sedang menuju markas Sektor IV di tepi sungai Pakuanan.


Tanpa menunggu lama, Mayor Maraden lalu memutuskan untuk berbalik lagi menuju markasnya itu. Hari sudah mulai remang, saat sang mayor melewati anak sungai sebelum mencapai markas yang berupa bunker tersebut. Menurut kebiasaan, di tempat ini celana harus dicopot karena menghindar basah (maklum celana cuma satu-satunya).


“Jadi saat itu saya hanya mengenakan baju dan celana dalam saja,” ujar Maraden dalam biografi yang ditulisnya, Berjuang dan Mengabdi.


Begitu sampai di seberang sungai, ia lantas memanggil salah seorang perwira bernama Letnan Mulatua Purba, tujuannya: ingin menanyakan kebenaran akan kedatangan Letnan Kolonel Kawilarang itu.Belum terlontar pertanyaan tersebut, tiba-tiba Letnan Purba muncul dari arah bunker di seberang sungai, menghormat dan langsung berseru dalam bahasa Belanda: “Mayor! Letnan Kolonel Kawilarang sekarang berada di sini, beliau ingin bertemu dengan Mayor dan mengetahui kondisi sektor kita.”


Kawilarang kemudian muncul dari bunker sambil tersenyum dan mengangkat tangan kanan. Melihat kehadiran atasannya itu, Mayor Maraden yang sudah kadung ada di tengah sungai untuk menyebrang lantas mengambil sikap sempurna sambil berseru lantang: “ Lapor! Mayor Maraden Pangabean, Komandan Sektor IV Sub Teritorium VII Sumatera beserta seluruh pasukan Sektor IV dalam keadaan aman! Siap menunggu dan melaksanakan perintah Komandan Sub Teritorium VII Sumatera!”


Sang Letnan Kolonel yang tadinya tidak bermaksud formil-formilan, terpaksa juga mengambil sikap sempurna, membalas penghormatan dan menerima laporan Mayor Maraden. Usai sesi formil-formilan tersebut, sambil tersenyum lebar, Kawilarang masuk ke dalam sungai dan membentangkan tangannya. Mereka berdua lantas berpelukan.


“Saat itulah kami baru sadar bahwa pada upacara pelaporan tersebut, kami sama-sama hanya mengenakan celana dalam saja karena waktu saya datang, Pak Kawilarang lagi mengeringkan kakinya di atas batu seusai berenang di sungai,” kenang Maraden Pangabean.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Setelah menumpas PKI, rezim Orde Baru kemudian menghabisi PNI dan NU. Dengan begitu Soeharto dapat berkuasa selama tiga dekade.
Mengenal Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyah

Mengenal Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyah

HR Rasuna Said turut berguru pada Rahmah El Yunusiyah. Universitas Al-Azhar di Kairo terinspirasi membuka kampus khusus perempuan darinya.
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto kian santer. Dinilai sebagai upaya pengaburan sejarah dan pemutihan jejak kelam sang diktator.
Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

ASEAN bungkam saat Indonesia melancarkan operasi militer ke Timor Timur. Di kemudian hari, Indonesia yang mendorong Timor-Leste jadi anggota keluarga besar ASEAN.
bottom of page