top of page

Sejarah Indonesia

Ritual Pengorbanan

Ritual Pengorbanan Manusia

Penelitian terbaru menemukan alasan kenapa masyarakat pada zaman kuno melakukan ritual pengorbanan manusia.

Oleh :
13 Juni 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kapten James Cook menyaksikan ritual pengorbanan manusia di Tahiti. Foto: Wikimedia Commons.

Di Mesir Kuno dan Cina, banyak budak dikubur hidup-hidup. Mereka dikubur bersama majikannya yang mati lebih dulu. Mereka tetap harus menjadi pelayan sang majikan bahkan hingga ke alam baka.


Pengorbanan manusia lumrah dijumpai di Pasifik Selatan, Jepang kuno, Asia Tenggara awal, Eropa Kuno, wilayah Amerika tertentu, Mesoamerika, Yunani, Romawi, hingga di antara peradaban besar dunia kuno. Mereka dijadikan tumbal demi menenangkan dewa-dewa tertentu.


Namun, belakangan keraguan atas alasan itu muncul. Pertanyaan seperti bagaimana jika itu hanya pembenaran? Bagaimana jika ritual itu memiliki tujuan politik? Pertanyaan itu dilontarkan sejumlah peneliti sebelum akhirnya mereka menemukan bahwa ritual persembahan manusia mungkin merupakan bagian dari rancangan yang lebih jahat.


Sebuah studi menarik mengenai ini pernah dipublikasikan jurnal Nature pada April tahun lalu. Joseph Watts, psikolog dan mahasiswa doktoral evolusi kebudayaan dari University of Auckland, Selandia Baru, memimpin penelitian bersama timnya, yang juga bekerjasama dengan Victoria University, Selandia Baru. Mereka pun menemukan bukti yang bisa mendukung gagasan itu.


Para ilmuan itu, sebelumnya berpikir pemimpin pada masa kuno menggunakan upacara persembahan sebagai jalan untuk memperkuat pengaruhnya. Mereka melakukannya dengan berperan sebagai perantara Yang Mahakuasa, lalu berlagak sebagai penerjemah keinginan Dewa, dan karenanya mendapatkan legitimasi kekuasaan. Dengan cara itu, mereka membangun ketakutan bagi mereka yang berniat melawan penguasa.


Seperti dilansir dari laman bigthink.com (23/2/2017), peneliti itu mengevaluasi 93 kebudayaan bangsa Austronesia dan menemukan sekira 40 alasan berbeda dalam melakukan praktik pengorbanan manusia.


“Watts dan rekannya ingin tahu apakah ada dampak antara ritual pengorbanan manusia dengan stratifikasi sosial tertentu,” tulis laman itu.


Mereka pun menggunakan teknik yang disebut analisis filogenetik. Biasanya, analisis ini digunakan untuk mengikuti lika-liku evolusi pada suatu spesies. Namun, sosiolog mengadopsi teknik ini demi mempelajari perkembangan bahasa. Fungsinya untuk merencanakan hubungan antara budaya yang berbeda yang dipelajari.


Dari studi itu, Watts dan rekannya menemukan bukti bahwa persembahan manusia adalah perangkap kekuasaan. Itu adalah cara untuk mempertahankan kontrol sosial. Berdasarkan data yang didapat dari catatan sejarah etnografi, tujuan dari pelaksanaan ritual selalu sama, yaitu untuk menguatkan kekuasaan.


“Terlebih lagi, korban cenderung sama, seseorang dengan status sosial rendah, seperti budak atau tahanan perang,” kutip bigthink.com.


Menurut Watts, penelitian itu pun kemudian menunjukkan betapa agama dapat dimanfaatkan oleh kaum elite sosial untuk keuntungan pribadi. Kondisi masyarakat yang makmur, membuat para pemimpin butuh metode pengendalian sosial yang efektif. Teror pun dimaksimalkan demi mendapatkan efek yang didambakan.


Namun, meski temuan ini dianggap memprovokasi, beberapa ahli bertanya-tanya apakah analisis filogenetik membuktikan adanya hubungan kausal atau hanya mengisyaratkannya. Ritual persembahan mungkin bukan satu-satunya alasan masyarakat menjadi begitu hierarkis dan kompleks. Hierarki seperti pada masa kuno hingga kini pun masih bisa dijumpai.


“Meski agama modern telah menyingkirkan praktik yang membantu mewujudkannya,” ungkap Watts.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Gelar Pahlawan Presiden Soeharto

Gelar Pahlawan Presiden Soeharto

Rencana penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional menimbulkan diskursus masyarakat. Ada yang mendukung, tetapi juga banyak yang menolak.
Badan-Badan Otonom NU

Badan-Badan Otonom NU

Nahdlatul Ulama memiliki badan-badan otonom dalam berbagai bidang untuk menandingi gerakan organisasi-organisasi massa PKI.
Dari Gas hingga Listrik

Dari Gas hingga Listrik

NIGM adalah perusahaan besar Belanda yang melahirkan PLN dan PGN. Bersatunya perusahaan gas dan listrik tak lepas dari kerja keras Knottnerus di era Hindia Belanda.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
bottom of page