top of page

Sejarah Indonesia

Saat Jakarta Dikepung Banjir

Saat Jakarta Dikepung Banjir

Di awal tahun 2020 Jakarta kembali dikepung banjir. Sebuah permasalahan rumit yang belum ada solusinya sejak dulu.

12 Januari 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Siswa sekolah dasar berusaha melewati banjir di kawasan Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Warga Jakarta memasuki tahun baru 2020. Tapi bertemu lagi dengan masalah klasik: banjir. Jakarta dan air ibarat musuh bebuyutan. Tak pernah sampai pada titik temu, tak pernah ada solusi. Gubernur silih berganti, tapi kota ini tetap takluk oleh air.

Seorang pemulung berusaha melewati banjir di Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Seorang pemulung berusaha melewati banjir di Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Banjir Jakarta telah menggenangi catatan sejarah berabad lamanya. Jauh hari sebelum dihuni manusia, Jakarta merupakan dataran rendah. Sebagian daerahnya bahkan lebih rendah daripada permukaan laut. Dengan demikian, banjir di Jakarta sebelum berpenghuni merupakan peristiwa lumrah. Tak ada yang dirugikan. Tapi begitu manusia menghuni wilayah ini, lain ceritanya.


Anak-anak bermain saat banjir di kawasan Mangga Dua, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Anak-anak bermain saat banjir di kawasan Mangga Dua, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Seorang warga berusaha menghindari banjir. (Fernando Randy/Historia).
Seorang warga berusaha menghindari banjir. (Fernando Randy/Historia).

Masa VOC bercokol di Batavia, nama lama Jakarta, banyak Gubernur Jenderal mencoba aneka cara untuk menanggulangi banjir. Jan Pieterszoon Coen (menjabat 1619—1623 dan 1627—1629) misalnya, mulai membuat sejumlah kanal untuk mengendalikan air dari sungai-sungai yang membelah Jakarta. Antara lain Sungai Ciliwung, sungai utama di Batavia. 


Para warga berusaha melewati banjir di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Para warga berusaha melewati banjir di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Namun upaya tersebut tak sepenuhnya berhasil. Seiring masa, kanal-kanal yang dibuat oleh Coen tidak berfungsi dengan baik. Kanal penuh dengan sampah pabrik gula atau tebu. Laju air tersendat. Banjir pun mendera dan menenggelamkan sebagian wilayah Batavia. 


Suasana banjir di kawasan Mangga Dua, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Suasana banjir di kawasan Mangga Dua, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Ratusan tahun kemudian wilayah Batavia meluas dengan pesat. Hutan berganti oleh hunian manusia. Tapi masalah kota ini tetap sama. Bahkan hingga masuk masa merdeka, Jakarta masih dijajah banjir. Tak jarang cakupan wilayah terdampak banjir begitu luas. Seperti banjir pada 1960-an yang melanda Grogol.


Berbagai kendaraan berusaha menerobos banjir di Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Berbagai kendaraan berusaha menerobos banjir di Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Edi Sedyawati dkk. dalam Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 menyatakan, masalah banjir adalah masalah utama Jakarta. Penyebabnya, Jakarta tak pernah punya sistem tata kelola air yang memadai. Padahal kota ini terbelah oleh hingga sepuluh sungai. Tapi sebab terpenting adalah cara pandang dan perilaku warga kota yang tak pernah mengganggap alam sebagai sahabat. Hingga enak saja membuang sampah. 


Warga menggunakan perahu karet di kawasan banjir Kelapa Gading, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Warga menggunakan perahu karet di kawasan banjir Kelapa Gading, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Banjir tak pernah pandang bulu mendera warga. Kawasan mewah seperti Kelapa Gading pun tak luput dari banjir. Warga perumahan elite yang biasanya berseliweran di mal-mal Kelapa Gading, awal tahun baru lalu justru sibuk menyelamatkan barang-barang berharga di rumahnya.


Ratusan warga yang terjebak banjir di Jakarta Utara. (Fernando Randy/Historia).
Ratusan warga yang terjebak banjir di Jakarta Utara. (Fernando Randy/Historia).

"Saya sudah lama tinggal di Kelapa Gading. Banjir parah tahun 2004, lalu 2007 dan kini tidak menyangka baru awal tahun 2020 kami sudah dilanda bencana. Semoga ini cepat berlalu," ujar Weni (32), warga kompleks Janur Asri, Kelapa Gading. 



Pesatnya pembangunan di Jakarta tidak dibarengi dengan perbaikan tata kelola air. Semua membangun, tapi tidak membaik. Ditambah lagi kota ini tak siap dengan perubahan iklim akibat pemanasan global. Tapi belum terlambat untuk memperbaiki cara pandang dan perilaku semua orang di kota. Semua orang masih terus berupaya menemukan inovasi baru untuk menanggulangi banjir. Karena apabila tak ada perbaikan, bukan tidak mungkin Jakarta akan tenggelam.


Warga melintasi banjir di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).
Warga melintasi banjir di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page