top of page

Sejarah Indonesia

Sapi Yang Tercemar

Sapi yang Tercemar

Sapi yang disucikan tercemar ketika masuk ranah politik menjadi politik dagang sapi.

3 Juni 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Seorang lelaki memegang tali yang mengikat sapi di Bali, antara tahun 1907 dan 1931. (Tropenmuseum/Wikimedia Commons).

Seorang lelaki memegang tali yang mengikat sapi di Bali, antara tahun 1907 dan 1931. (Tropenmuseum/Wikimedia Commons).


Selain sapi, sebutan untuk hewan penghasil daging dan susu ini adalah lembu. Namun, di Indonesia lema sapi lebih populer ketimbang lembu. Bahkan, daging impor berarti daging sapi impor. Ini ada ceritanya.


Dianto Bachriadi dan Anton E. Lucas dalam Merampas Tanah Rakyat: Kasus Tapos dan Cimacan menjelaskan, pada akhir 1975 sejumlah kapal pendarat Angkatan Laut diperintahkan melanjutkan perjalanan ke Australia setelah mendaratkan pasukan penyerbu di Timor Timur. Tujuannya untuk menjemput sapi-sapi yang dipesan Presiden Soeharto tatkala dia berkunjung secara informal ke Australia awal April 1975. Sapi-sapi impor itu untuk mengisi ranch di Tapos, Bogor, Jawa Barat, milik keluarga Soeharto.


Ranch adalah peternakan sapi modern dengan tempat khusus penyilangan ternak, lahan untuk menanam pakan ternak dan bangunan untuk mengolahnya, serta tempat beristirahat bagi pemilik dan keluarga. Ternak unggul hasil persilangan kemudian disalurkan ke peternak kecil di berbagai daerah lewat program Sapi Bantuan Presiden (Sapi Banpres).


Baca juga: Kon(sapi)rasi


Dalam otobiografinya, Soeharto mengeklaim sampai pertengahan 1985 sudah 2.000 bibit unggul Sapi Banpres disebarluaskan kepada peternak di berbagai daerah.


Sapi Banpres pun masuk dalam A Comprehensive Indonesian-English Dictionary karya Alan M. Stevens dan A. Ed Schmidgall-Tellings sebagai: “sapi ternak yang biasanya diimpor pemerintah Indonesia dari Australia dan didistribusikan kepada peternak dengan dana khusus yang disediakan presiden.”


Jika “sapi impor” berarti sapi dari Australia, adakah sapi asli Indonesia?

Suprio Guntoro dalam Membudidayakan Sapi Bali menyebut bahwa sapi asli Indonesia adalah sapi Bali (Bos sondaicus) yang diduga hasil domestikasi (penjinakkan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi Bali.



Menurut Anthony Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, hewan liar (banteng atau Bos sondaicus) yang asli berasal dari Jawa, Bali, Borneo, dan Indocina diburu dan dagingnya dimakan.


“Hanya di Bali yang kepadatan penduduknya telah mengakibatkan pembabatan hutan-hutan yang tiada taranya, hewan itu diternak untuk dijadikan penghasil daging sapi tropis yang istimewa –meskipun setidak-tidaknya pada abad ke-19 orang Hindu Bali sendiri tidak memakannya,” tulis Reid.


Bagi agama Hindu, sapi adalah hewan suci. Sebab, inkarnasi (perwujudan) Vishnu yang paling terkenal adalah Khrisna, yang digambarkan sebagai anak kecil atau pemuda berwarna hitam atau biru tua, bermain seruling, dan ditemani sapi. Di antara berbagai nama dan gelar Khrisna, yang terkenal adalah Gowinda (penggembala sapi) atau Gopala (pelindung para sapi).


“Kedudukan Khrisna menjelaskan mengapa sapi merupakan binatang suci bagi orang Hindu sehingga tidak pernah disembelih,” tulis Michael Keene dalam Agama-Agama Dunia.



Sementara itu, dalam mitologi Jawa, penguasa para dewa, Batara Guru, melanglang buana bersama permaisurinya, Dwi Uma, dengan menunggangi sapi.


“Mereka berpesiar dengan naik kendaraan Batara Guru, Lembu Andini, lembu sakti yang bisa terbang mengarungi angkasa raya,” tulis Shindunata dalam Kambing Hitam: Teori René Girard.

Tersebab sapi atau lembu adalah binatang suci, maka lembu dipinjam sebagai nama orang besar. Sebut saja, Lembu Mangkurat atau Lambung Mangkurat dalam pengucapan orang Banjar, raja Kerajaan Negara Dipa (cikal bakal Kesultanan Banjar); Lembu Sora, patih Kediri yang kemudian diangkat menjadi demang pada masa Raja Kertarajasa memerintah Kerajaan Majapahit; dan Lembu Peteng, Raja Brawijaya VI (dari garis ibu, Lembu Peteng adalah leluhur KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama).


Selain lembu, nama hewan lain yang dipinjam untuk dijadikan nama adalah gajah, hayam, bango, kebo, dan mahesa (kerbau): Gajah Mada, Hayam Wuruk, Bango Samparan, Kebo Ijo, dan Mehesa Jenar.



Makna sapi yang suci kemudian tercemar setelah masuk ranah politik. Dalam politik terkenal istilah “politik dagang sapi” dan “sapi perahan.”  


Kwik Kian Gie dalam Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Nalar menjelaskan, politik dagang sapi adalah terjemahan harfiah dari bahasa Belanda, koehandel: koe (sapi) dan handel (dagang). Istilah “dagang sapi” sebenarnya netral karena tiada lain adalah kesepakatan atau perjanjian yang dalam prosesnya selalu diwarnai give and take.


"Walaupun deskripsinya netral, istilah koehandel mempunyai arti negatif, karena dalam praktik koehandel berarti menukarkan prinsip dan nilai luhur dengan uang. Inilah yang kita kenal dengan istilah money politics," tulis Kwik Kian Gie.


Selain "politik dagang sapai", istilah lain yaitu “sapi perahan”. Ini adalah kiasan untuk orang yang diperas tenaganya (penghasilannya, dsb.) oleh orang lain; orang yang dimanfaatkan secara terus-menerus oleh orang lain.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto kian santer. Dinilai sebagai upaya pengaburan sejarah dan pemutihan jejak kelam sang diktator.
Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

ASEAN bungkam saat Indonesia melancarkan operasi militer ke Timor Timur. Di kemudian hari, Indonesia yang mendorong Timor-Leste jadi anggota keluarga besar ASEAN.
Revolusi Indonesia yang Memantik Gerakan Dekolonisasi

Revolusi Indonesia yang Memantik Gerakan Dekolonisasi

Sukarno menginginkan dunia tanpa kolonialisme dan imperialisme. David van Reybrouck hadir di Jakarta untuk menyalakan kembali semangat anti-penjajahan itu.
Guru Sains Menyambi Jadi Presiden

Guru Sains Menyambi Jadi Presiden

Guru Matematika di Jakarta semasa pendudukan Jepang, Ir. J.A. Manusama kemudian jadi presiden Republik Maluku Selatan (RMS) di pengasingan.
bottom of page