top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Soeratman Keluarga Anggar

Soeratman menjadi pelatih anggar sejak bertugas dalam tentara kolonial. Anak-anaknya mengikuti jejaknya.

21 Jun 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Soeratman sedang melatih anggar. (Retty Hakim/Kompasiana.com).

Pada suatu pagi, 1 September 1937, seorang serdadu mengamuk di tangsi batalion infanteri ke-8 tentara kolonial Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (KNIL) di Rampal, Malang. Dia memegang klewang yang biasa dipakai serdadu KNIL. Setelah merobohkan istrinya, dia mengancam anak-anak dan perempuan lain. 


Seorang sersan Jawa kemudian mengambil sebilah besi dari pagar. Dengan besi dan kemampuan teknik bermain anggar, dia berhasil merobohkan serdadu mengamuk itu.

Kejadian itu tercatat dalam koran-koran Belanda, seperti De Locomotief dan De Indische Courant edisi 17 Maret 1939. Koran tersebut menyebut, atas kejadian itu, sersan Jawa kelas satu bernama Soeratman dianugerahi penghargaan medali kehormatan Orde Oranje Nassau perak dan pedang. Bintang itu diberikan kepadanya dalam sebuah upacara militer yang mana atasannya memujinya.


Para serdadu di batalion itu tidak heran dengan kemampuan Soeratman. Sebab, dia adalah pelatih anggar yang dianggap master anggar.


Dari Malang, Soeratman pindah tugas ke Makassar. Di sana, dia juga mengajar anggar. Setelah KNIL bubar, dia menjadi pelatih anggar anggota TNI.



Soeratman, pelatih anggar. (Retty Hakim/Kompasiana.com).
Soeratman, pelatih anggar. (Retty Hakim/Kompasiana.com).

Pada 1951, tim anggar Sulawesi Selatan tergolong yang terkuat. Salah satu atletnya Kolonel Alex Kawilarang, perwira militer penting di Sulawesi Selatan. Dia bermain anggar sejak tahun 1940-andi Bandung. Pelatihnya Sangkey, mantan anggota KNIL.


Kawilarang mengaku mulanya ingin ikut nomor sabel, namun karena tidak ada waktu untuk latihan, makadia memilih floret. “Dan itu juga atas saran Soeratman, seorang ahli pemain anggar dan instruktur,” kata Kawilarang dalambiografinya Untuk Sang Merah Putih. Tim Sulawesi Selatan berada di urutan ketiga dalam Pekan Olahraga Nasional 1951 di Jakarta. Kawilarang sendiri menjadi juara dalam nomor floret.



Anak-anak Soeratman juga juara anggardi era 1950-an. Pada 1955, seperti diberitakan De Nieuwsgier, 29 November 1955, Vic Soeratman juara dua di nomor floret dan Tik Soeratman juara dua di nomor degen. Keduanya mewakili Sulawesi Selatan.


Di era 1970-an, Soeratman, yang dikenal sebagai Soeratman Agam, masih dikenal orang sebagai master anggar. Keluarganya tersohor dalam olahraga anggar. Majalah Tempo, 6 Agustus 1977, menyebut Tic adalah manajer tim anggar Sulawesi Selatan dalam PON ke-9 tahun 1977. Namun, tim anggar Sulawesi Selatan hanya mendapat empat perunggu.


Sekitar tahun 1978, Panglima ABRI Jenderal TNI M. Jusuf melakukan kunjungan ke ksatrian Kopassandha (nama lama Kopassus) di Kandang Menjangan, Kartasura, Jawa Tengah. Jusuf memperhatikan satu persatu perwira di sana. Sampai akhirnya matanya tertuju pada seorang letnan yang masih muda.


“He, kamu anaknya Soeratman yang pelatih anggar itu ya?” tanya Jusuf dalam biografinya, Panglima Para Prajurit. Jusuf mengingat Soeratman sebagai pelatih anggar Kodam Hasanuddin Sulawesi Selatan dan Tenggarapada 1950–1960-an.


“Siap, jenderal,” jawab letnan muda itu.



Letnan muda itu bernama Valentinus Suhartono Suratman yang lahir di Makassar pada 16 September 1952. Orang mengenalnya sebagai Tono Suratman. Dalam militer, dia jauh melebihi ayahnya. Di zaman ayahnya, jadi sersan KNIL sudah pencapaian luar biasa untuk orang Indonesia.


Sementara pangkat Tono Suratman sampai mayor jenderal. Dalam dinas militer, Tono pernah menjadi Panglima Daerah Militer VI/Tanjung Pura, Kalimantan pada 2008–2010, kemudian menjabat Asisten Operasi Panglima TNI pada 2012.


Dalam dunia anggar,selain sebagai atlet, Tono juga pernah menjadi ketua Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI) dan ketua umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Saat ini, Tono menjabat Kepala SMA Taruna Nusantara, Magelang.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page