top of page

Sejarah Indonesia

Usaha Seato Membegal

Usaha SEATO Membegal KAA

Amerika Serikat jadi sponsor pakta pertahanan negeri-negeri Asia Tenggara tapi hanya dua negara Asia Tenggara yang jadi anggotanya. Kalah pamor dari KAA.

21 April 2015

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Delegasi Thailand sebagai tuan rumah konferensi SEATO di Bangkok, 1955. Thailand juga mengirimkan delegasinya ke KAA. (National Archives/photius.com).

Diperbarui: 8 Sep

PRANCIS terdesak dalam perang Indocina pada Maret 1954. Pasukan Uni-Soviet dan Tiongkok bergabung dengan orang-orang Ho Chi Minh. Khawatir Prancis kalah dan komunisme menjalar dari Indocina ke Asia Tenggara, AS membantu Perancis. Demi membendung komunisme di Asia Tenggara, AS menggagas SEATO (South East Asia Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Asia Tenggara.


Gagasan AS mendapat tentangan dari Burma, Pakistan, Srilanka, India, dan Indonesia. Perdana Menteri (PM) dari lima negara tersebut lalu menggelar pertemuan di Kolombo pada 28 April-2 Mei 1954 untuk mencari solusi Indocina. Mereka memandang gagasan AS lebih mengarah ke perang, ketimbang mewujudkan perdamaian. Mereka juga menegaskan tak ingin bergabung ke salahsatu blok, baik Barat maupun Timur.


Menyadari campurtangan blok Barat dan Timur tak hanya terjadi di Indocina, Ali Sastroamidjojo, PM Indonesia, mengusulkan penyelenggaraan konferensi lebih besar dengan melibatkan lebih banyak negara di Asia-Afrika. Dia berusaha menghimpun negara di Asia-Afrika untuk bersama-sama meredakan ketegangan dunia.


John Foster Dulles, Menteri Luar Negeri AS, mengecam ketidakberpihakan negara-negara tersebut. “Kebijakan tersebut sebagai tindakan immoral,” kata Dulles, dikutip Ide Anak Agung Gde Agung dalam Twenty Years of Indonesian Foreign Policy.


Tanpa memerhatikan keberatan Indonesia dan Burma, AS membentuk SEATO pada 8 September 1954 di Manila, Filipina. SEATO terdiri dari AS, Perancis, Inggris, Australia, Pakistan, Thailand, dan Filipina.


“Kedelapan negara tersebut di atas telah bersepakat bahwa suatu serangan bersenjata atas daerah perjanjian akan membahayakan perdamaian serta keamanan negara-negara merdeka; karenanya mereka akan mengambil tindakan untuk menentang bahaya bersama tadi,” tulis Dunia Internasional, Desember 1954.


Keterlibatan Pakistan menyentak negara peserta pertemuan Kolombo, terutama India. Apalagi Pakistan bisa-bisanya mengusulkan perubahan tujuan awal SEATO: dari upaya membendung komunisme menjadi aksi bersama melawan negara penyerang anggota SEATO, tanpa menimbang keberpihakan negara penyerang.


Karuan reaksi negara peserta Konferensi Kolombo makin keras terhadap SEATO. Mereka bulat menilai negara-negara kuat di SEATO lagi memecah-belah persatuan negara di Asia-Afrika.


“Bagi Nehru (PM India-Red) Perjanjian Manila yang istimewa ini adalah berbahaya, karena melihat akan suasana pengaruh negara-negara kuat, yang akan memperalat SEATO bagi kepentingan mereka,” tulis Dunia Internasional. Nehru yakin keputusan dalam SEATO lebih banyak berasal dari tekanan negara kuat ketimbang negara Asia.


Berpikir SEATO ancaman nyata bagi persatuan negara di Asia dan Afrika, negara peserta pertemuan Kolombo tak mengucilkan Pakistan, Thailand, dan Filipina. Mereka sepakat tetap mengikutsertakan Pakistan dalam Konferensi Pancanegara (KPN) di Bogor pada 28-29 Desember. Hasil KPN berupa rencana menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada April di Indonesia. Panitia bakal mengundang pula Thailand dan Filipina.


Harian People’s World di San Francisco menyambut baik rencana KAA. “Pendek kata, konferensi bangsa Asia dan Afrika bermaksud untuk menyelesaikan mereka punya masalah-masalah yang bersifat baik, lebih dari pada bikinan angan-angan Dulles,” tulis People’s World, 30 Desember 1954.


Dulles belum mau menyerah. Dia berupaya menghambat rencana KPN menggelar KAA dengan mengadakan pertemuan anggota SEATO di Bangkok, Thailand, pada 23 Februari 1955. Dulles juga mendekati Indonesia dan Burma agar bergabung ke SEATO. Ajakan Dulles tak menarik bagi Indonesia dan Burma.


KAA tetap terselenggara. Bahkan Pakistan, Thailand, dan Filipina ikut menghadiri. Dulles pun kecut dan mengubah pandangannya pada negara di Asia-Afrika. “Amerika Serikat senantiasa mempunyai sikap yang simpatik terhadap Konferensi Bandung,” kata Dulles, dikutip Sunday Courier, awal Mei 1955.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto kian santer. Dinilai sebagai upaya pengaburan sejarah dan pemutihan jejak kelam sang diktator.
Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

ASEAN bungkam saat Indonesia melancarkan operasi militer ke Timor Timur. Di kemudian hari, Indonesia yang mendorong Timor-Leste jadi anggota keluarga besar ASEAN.
Revolusi Indonesia yang Memantik Gerakan Dekolonisasi

Revolusi Indonesia yang Memantik Gerakan Dekolonisasi

Sukarno menginginkan dunia tanpa kolonialisme dan imperialisme. David van Reybrouck hadir di Jakarta untuk menyalakan kembali semangat anti-penjajahan itu.
Guru Sains Menyambi Jadi Presiden

Guru Sains Menyambi Jadi Presiden

Guru Matematika di Jakarta semasa pendudukan Jepang, Ir. J.A. Manusama kemudian jadi presiden Republik Maluku Selatan (RMS) di pengasingan.
bottom of page