top of page

Hasil pencarian

9597 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Sebuah Pamflet, Sebuah Panduan Menghadapi Pandemi

    SEBUAH pandemi penyakit paling ganas dalam sejarah umat manusia terjadi pada 1918-1919. Sekitar 50 juta orang tewas di seluruh dunia. Penyebab pandemi adalah virus influenza A H1N1. Proses penularan virus yang cepat dengan tingkat kematian yang tinggi membuat banyak pihak kewalahan, termasuk pemerintah Hindia Belanda.

  • Mas Slamet Anti Kemerdekaan Indonesia

    SESUDAH proklamasi kemerdekaan timbul masalah kesiapan menerima negara baru. Sejarawan M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern menulis, banyak raja dan kaum ningrat, yang didukung Belanda dan mendapatkan kekayaan darinya, tak mengakui kemerdekaan Indonesia. Mereka sama sekali tak tertarik revolusi, apalagi dengan pemimpin Republik di Jakarta yang radikal. Kaum aristokrat mengganggap mereka tak lebih dari bandit tak beradab yang tak pantas memimpin Republik ini karena tak berdarah biru.

  • Pekik “Merdeka” Sukarno di Singapura

    PASCA Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, setiap kali orang bertemu pasti akan mengucapkan salam “Merdeka”. Bahkan, pekik perjuangan “Merdeka” ditetapkan Maklumat Pemerintahan tanggal 31 Agustus 1945 sebagai salam nasional, yang berlaku mulai 1 September 1945. Caranya ialah dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan “Merdeka”.

  • Ramuan dan Roh Jahat dalam Menghadapi Pandemi

    PADA 1918-1919, kegalauan mengatasi pandemi influenza Flu Spanyol, termasuk pengobatannya, mendorong pemerintah dan masyarakat bereaksi.

  • Skinny Jeans, Punk, dan Rock & Roll

    PERNAHKAH Anda menyaksikan Grease ? Film musikal yang dibuat pada 1978 itu mengisahkan seorang gadis remaja asal Australia, Sandy (Olivia Newton John), jatuh cinta pada Danny (John Travolta), seorang pemuda Amerika.

  • Genosida VOC di Pulau Banda

    PADA 8 April 1608, Laksmana Pieterszoon Verhoeven, bersama 13 kapal ekspedisi tiba di Banda Naira. Perintah Heeren Zeventien, para direktur VOC di Amsterdam, sebagaimana ditulis Frederik W.S., Geschiedenis van Nederlandsch Indie , kepada Laksamana Pieterszoon Verhoeven: "Kami mengarahkan perhatian Anda khususnya kepada pulau-pulau di mana tumbuh cengkeh dan pala, dan kami memerintahkan Anda untuk memenangi pulau-pulau itu untuk VOC, baik dengan cara perundingan maupun kekerasan."

  • Jalan Multatuli Menuju Lebak

    MULTATULI, nama pena Eduard Douwes Dekker, jengah menyaksikan pemerasan dan penganiayaan terhadap rakyat bumiputra oleh penguasa lokal. Sebagai orang Belanda, ia juga tak setuju dengan sikap pemerintah kolonial Belanda yang mendiamkan kezaliman itu.

  • Siapa Peduli Rumah Multatuli?

    RUMAH itu berdiri agak tersembunyi di balik bangunan baru Rumah Sakit Umum Dr Adjidarmo, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Rerumputan tumbuh liar di halaman.  Lantai berdebu, kaca nako merosot hampir lepas dari jepit penyangganya, meja-kursi yang tergeletak tak beraturan menambah kusam penampilan rumah. Rumah itu pun lebih menyerupai kantor yang lama tak digunakan ketimbang bekas kediaman asisten residen yang namanya terkenal ke seantero jagat: Eduard Douwes Dekker alias Multatuli.

  • Lahirnya Max Havelaar, Karya Besar Multatuli

    SETELAH mengundurkan diri sebagai asisten residen Lebak, Multatuli mencari kerja tetapi gagal. Saudaranya, yang sukses berbisnis tembakau, meminjamkan uang untuknya agar pulang dan mencari pekerjaan di Eropa. Istri dan anaknya ditinggalkan di Batavia.

  • Ernest Douwes Dekker, Indo Jadi Menteri

    MULTATULI punya seorang "cucu", yang kelak meneruskan semangatnya, bernama Ernest Douwes Dekker –lebih dikenal dengan nama Danudirdja Setiabudi. Persisnya cucu dari Jan, kakak kandungnya. Nama Setiabudi diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah kota penting di Indonesia.

  • Perkara Naturalisasi Malaysia, Dulu dan Kini

    NEGERI Jiran melawan balik. Federasi sepakbola Malaysia FAM akan mengajukan banding setelah sebelumnya tujuh pemain naturalisasi Timnas Malaysia dianggap ilegal oleh FIFA. Ini bukan kali pertama Malaysia tersandung problem naturalisasi di lapangan hijau.

bottom of page