Hasil pencarian
9579 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Pemberontakan Terhadap Raja Majapahit
SEMENJAK Jayanagara naik takhta, Majapahit sulit mendapat ketenangan. Pemberontakan silih berganti menggugat pemerintahan yang ketika itu tengah berlangsung. Satu-satunya yang bisa membuat raja bertahan di singgasana mungkin hanyalah sikap pemberani dan keahlian dalam strategi perang. Hal ini dikatakan sejarawan mantan Duta Besar Kanada di Indonesia, Earl Drake dalam Gayatri Rajapatni. Jayanagara menikmati berada di tengah prajuritnya dan di medan tempur. Beberapa kali dia terjun langsung menumpas pemberontakan. “Menurut beberapa sumber, terjadi sebanyak dua belas kali pemberontakan, meski jumlah sesungguhnya sulit dipastikan,” jelas Drake. Di awal pemerintahannya, dia sudah harus melawan Nambi, rakryan mapatih kepercayaan raja terdahulu, Wijaya. Dua tahun kemudian, pada 1318 M, muncul lagi pemberontakan Semi. “Masa-masa kacau penuh pemberontakan dan pertumpahan darah ini disusul oleh letusan besar Gunung Kelud yang memakan banyak korban jiwa. Di mata banyak orang, para dewa sedang murka,” ujar Drake. Mulai saat itu sejumlah bangsawan diam-diam bertanya mengapa mereka harus terus setia pada raja yang tak punya tujuan lain kecuali menumpuk kekuasaan pribadi. Berbeda dari Wijaya, raja baru ini tampaknya sama sekali tak peduli dengan aspirasi dan kebutuhan rakyat. Jayanagara menanggapi kemelut yang terjadi dengan membentuk Pengawal Elit Istana. Pasukan Bhayangkara ini bertugas melindunginya setiap saat. “Prioritas raja berbeda-beda selama masa hidup mereka, Raja Kertanegara mengirimkan nyaris seluruh pasukannya untuk membantu sekutu jauhnya, sekalipun pasukan paling tangguh se-Asia Tengah tengah mengancam,” jelas Drake. Kebijakan baru Jayanagara membentuk pengawal elit pun disusul konsekuensi. Nama Gajah Mada muncul ke tengah-tengah perpolitikan Majapahit. Dia mulai menonjol setelah menyelamatkan raja dalam pemberontakan Kuti, yang meletus setahun usai urusan dengan Semi rampung. Gajah Mada juga yang bakal menentukan nasib tragis sang prabu di kemudian hari. Drake adalah salah satu sejarawan yang percaya kalau Gajah Mada, dengan desakan halus Gayatri, andil dalam kematian Jayanagara. Menurutnya Gayatri, istri Wijaya, ibu Tribhuwana Tunggadewi sekaligus nenek Hayam Wuruk, sudah sejak awal menilai Jayanagara akan menjadi raja yang cacat moral. Anak tirinya itu dianggap tak akan melanjutkan cita-cita Majapahit sebagaimana telah dimulai oleh ayahnya, Kertanegara dan suaminya. “Jelas raja yang sekarang menjabat memang gandrung akan pertumpahan darah dan mengabaikan masalah-masalah ekonomi,” pikir Drake mengenai putra tiri Gayatri itu. Puncaknya adalah ketika Gayatri mengetahui niat Jayanagara terhadap kedua putrinya, Tribhuwana Tunggadewi dan Bhre Daha. Sang raja melarang kedua saudari tirinya itu kawin karena akan diperistri sendiri. Akibatnya, catat Pararaton , tak ada ksatria yang diizinkan datang ke Majapahit. Jika nampak, mereka dibunuh. Sang prabu khawatir mereka menginginkan adik-adiknya. Para ksatria pun menyembunyikan diri. “Rencana busuk ini dirancang agar anak-anak Gayatri tak bisa menikmati perkawinan normal karena raja takut mereka akan menghasilkan pewaris takhta yang waras,” catat Drake. Emosi Gayatri meluap. Dia mengadu pada Gajah Mada. Gajah Mada pun bersiasat. Dia mendekati Tanca, sahabat Kuti yang dihabisi Jayanagara. Tanca termasuk orang dalam yang dekat dengan raja. Kendati begitu Gajah Mada berharap Tanca menyimpan dendam pada sang prabu. Kesempatan datang ketika Jayanagara sakit bengkak. Tanca diantar ke kamar raja untuk menyembuhkannya. Tanca baru berhasil membedah setelah raja melepaskan jimatnya. “Tak lama Tanca merasa terbakar napsunya oleh berita dari Gajah Mada bahwa istri Tanca digoda raja. Lalu Tanca menikam sang prabu. Raja mati di kamar tidurnya. Tanca pun tewas ditikam balik Gajah Mada,” catat Pararaton. Menurut Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakrtagama , Gajah Mada tak suka pada sikap Jayanagara. Dia menggunakan Tanca untuk memusnahkan sang prabu. Untuk menyamarkan perbuatannya, dia segera membunuh Tanca. “Demikianlah rahasia itu tertutup. Orang ramai hanya tahu Gajah Mada membalaskan kematian sang prabu dan menusuk Tanca sampai mati,” catat Slamet Muljana. Jayanagara mungkin bukan raja favorit rakyat Majapahit. Slamet Muljana menyebut sejumlah pemberontakan pada masa pemerintahannya karena tidak puas dengan penobatan Jayanagara menggantikan ayahnya, Wijaya, pada 1309. Pemberontakan Semi dan Kuti pada 1240 Saka (1318 M) dan 1241 Saka (1319 M) dinilai salah satu wujud dari antipati itu. Padahal, Semi dan Kuti merupakan bagian dari tujuh orang dharmaputra yang dibentuk ketika Kertarajasa Jayawardhana atau Wijaya berkuasa. Pararaton memberitakan, maksud dharmaputra ialah pangalasan wineh suka atau pegawai yang diistimewakan. Selain mereka berdua, ada Pangsa, Wedeng, Ra Yuyu, Ra Tanca, dan Ra Banyak. Julukan Kala Gemet yang diberikan rakyat padanya pun menyiratkan hal sama. Setidaknya pengarang Kidung Ranggalawe dan Pararaton memberitakan hal yang serupa soal julukan ini. Dalam Menuju Puncak Kemegahan , Slamet Muljana menjelaskan kata kala berarti penjahat yang mengandung arti ketidaksukaan rakyat atau para pengarang terhadap Jayanagara. “Antipati itu mungkin disebabkan kelakuan tak senonohnya terhadap dua putri keturunan Gayatri,” tulisnya. Sementara kata Gemet adalah bentuk yang berubah dari kata genet dan gamut yang artinya lemah. Pararaton menyebut Jayanagara banyak menderita sakit. “Demikianlah Kala Gemet adalah nama paraben yang mengandung arti ‘penjahat yang lemah’,” lanjut Slamet. Peristiwa Tanca mengakibatkan tewasnya Raja Jayanagara. Baik Pararaton maupun Nagarakrtagama mencatat kematian Jayanagara pada 1250 saka (1328 M).*
- Lika-liku Perumusan Kamus Ternama Dunia
SUDAH dua dekade kebuntuan menghinggapi para akademisi Delegasi Agung Oxford University Press dalam menyusun kamus besar bahasa Inggris baru. Hingga akhirnya, mereka bertemu filolog Skotlandia James Augustus Henry Murray (diperankan Mel Gibson) yang mulanya dipandang sebelah mata lantaran tak punya ijazah sarjana, pada suatu pagi tahun 1878. “Kita, delegasi terhormat Oxford meski sudah mengerahkan sepasukan akademisi termasuk saya, hanya jalan di tempat selama 20 tahun. Bisa disebut kita mengalami kemunduran. Perkembangan bahasa bergulir lebih cepat dari usaha kita, terlebih bahasa kita (bahasa Inggris) sudah hadir di seluruh penjuru dunia. Karenanya saya rasa Tuan Murray adalah solusi yang inkonvensional dan tepat bagi kita,” tutur Frederick James Furnivall (Steve Coogan) membela kompetensi Murray. Memang, Murray tak memenuhi standar kualifikasi akademik. Saat masih berusia 14 tahun pun Murray sudah putus sekolah. Namun ia tekun belajar sastra dan ilmu bahasa secara otodidak. Di hadapan para delegasi Oxford, Murray sebelum mengajar mengklaim fasih beragam bahasa: Prancis, Spanyol, Katalan, Latin, Portugis, Voudois, Jerman, Denmark, Belanda, Italia, Aramaik, Arab, Koptik, Ibrani, Provençal, Rusia, hingga Celtic. Jajaran delegasi Oxford pun terkagum-kagum meski segan mengekspresikannya. Murray pun didapuk sebagai editor kepala proyek English Dictionary on Historical Princ i ples yang baru alias Kamus Besar Bahasa Inggris (KBBI) cetakan Oxford. Begitu lika-liku perumusan kamus ternama itu yang diracik sineas Farhad Safinia alias PB Shemran dalam film drama biopik, The Professor and the Madman . Murray memulainya dengan merekrut beberapa relawan dan seorang asisten yang jadi tangan kanannya, Henry Bradley (Ioan Gruffud). Ke-11 anaknya dan istrinya, Ada Murray (Jennifer Ehle), pun turut turun tangan. Segala macam “jurus” dikerahkan Murray. Setiap kata dari A-Z mesti dicari artinya dalam berbagai aspek, mulai dari sejumlah literatur cetak dari abad ke abad terdahulu hingga kata-kata baru yang muncul di akhir abad ke-19 itu. James Augustus Murray bersama istri dan ke-11 anak-anaknya yang turut membantunya menyusun kamus Oxford (Foto: OUP Archives) Murray lantas mengemukakan salah satu solusi. Dia menerbitkan permohonan partisipasi yang dilegitimasi Oxford kepada semua orang yang bernafas di koloni-koloni Kerajaan Inggris. Semua tentu masukan lebih dulu disaring lewat tim yang dibentuk Murray. “Kita akan meminta mereka untuk membaca apapun. Mencari kata-kata yang kita inginkan. Dengan kutipan yang mereka dapatkan serta arti dari kata tersebut dari aktivitas dan profesi mereka sehari-hari, proyek ini bisa rampung lima atau paling lama tujuh tahun,” ujar Murray dalam sebuah makan malam dengan para delegasi Oxford. Awalnya, jurus itu ampuh meski tetap ada sejumlah kata yang belum bisa mereka dapatkan definisi seutuhnya. Di situlah “tangan lain” muncul. Bantuan yang tak disangka datang dari Kapten Dr. William Chester Minor (Sean Penn), tahanan Rumahsakit Jiwa (RSJ) Broadmoor di Crowthorne. Minor adalah mantan perwira menengah Angkatan Darat Amerika Serikat yang tak sengaja membunuh orang yang keliru di Inggris. Kondisi kejiwaan membuat pengadilan memvonisnya ditahan di RSJ. Di masa tahanan, ia gandrung dengan buku hingga jadi salah satu relawan yang berkontribusi buat Murray lewat surat-suratnya. Termasuk terhadap kata-kata yang definisinya sempat bikin frustrasi tim Murray. Total, Minor berkontribusi lebih dari 10 ribu kata plus definisinya, terlepas dari kondisi kejiwaannya yang masih labil. Kendati awalnya sekadar berkorespondensi via surat, Minor akhirnya mendatangi Murray dan menjalin persahabatan. Murray juga yang mendorong Minor berdamai dengan hatinya agar mau bertemu Eliza Merret (Natalie Dormer), di mana sebelumnya Minor sangat enggan bertemu saking merasa bersalahnya. Eliza merupakan janda George Merret, pria yang tak sengaja ditembak Minor. Minor mengaku keliru melihat George dengan seorang misterius yang pernah meneror hidupnya. Asmara lalu menghinggapi Minor dan Eliza. Di sisi lain, kontribusi Minor akhirnya jadi bahan polemik setelah suratkabar South London Chronicle membocorkannya. Situasi jadi lebih runyam setelah Murray mengundurkan diri gara-gara delegasi Oxford ogah mengakui kontribusi Minor dan membantunya keluar dari penahanan. Pasalnya kondisi kejiwaan Minor perlahan memburuk setelah menjalani perawatan ekstrem. Adegan James Murray mengemukakan salah satu jurus merumus kamus Oxford (Foto: eaglepictures.com) Kesadaran Minor baru pulih setelah Murray dan Eliza memaksa menjenguk Minor meski sempat ditolak kepala perawatan Dr. Richard Brayne (Stephen Dillane). Keputusan Peninjauan Kembali (PK) kasus Minor nyaris bikin Murray frustrasi akan nasib sahabatnya. Upaya terakhir dilakoninya dengan menemui Menteri Dalam Negeri Inggris Winston Churchill (Brendan Patricks). Bagaimana kelanjutan ceritanya? Apakah Murray bisa menyelamatkan nasib sahabatnya itu? Bagaimana pula akhir kisah cinta Minor dan Eliza? Tidak ketinggalan, seperti apa jadinya proyek kamus ternama itu? Baiknya saksikan sendiri The Professor and the Madman yang sudah rilis di berbagai bioskop sejak 10 Mei 2019. Obsesi Mel Gibson & Fakta Sejarah Film berdurasi 124 menit ini diangkat dari novel best-seller karya Simon Winchester bertajuk The Surgeon of Crowthorne: A Tale of Murder, Madness and the Love of Words. Hak tayang filmnya sudah dibeli Icon Entertainment International, rumah produksi kepunyaan Mel Gibson, sejak 1998. Kisah itu memang sudah lama jadi obsesi Mel Gibson walau penggarapannya baru bisa dimulai pada 2016. Sedari awal hingga akhir, pengambilan gambarnya dilakukan dan diproses dengan presisi oleh editor Dino Jonsater, diiringi lantunan-lantunan musik klasik dari komposer Bear McCreary. Tak mengherankan bila penonton bakal terbawa ke suasana London akhir 1800-an. Terlepas dari adanya konflik antara rumah produksi milik Gibson dan distributor Vertical Entertainment, film ini jadi pengetahuan bagaimana lika-liku perumusan kamus sastra kenamaan Inggris itu dibuat di mana setiap kata tak hanya punya satu definisi. Selama ini publik hanya tahu menggunakannya saja untuk berbagai keperluan literasi. Namun, beberapa kritikus menyebut alur filmnya membosankan. Beberapa adegan juga tak sesuai fakta sejarah. Bisa dimaklumi lantaran film ini dibuat hanya dari sumber novel. Padahal, kisah tentang proyek kamus serta duet figur sohor ini sebelumnya juga diangkat oleh sejumlah penulis. Sebut saja Caught in the Web of Words: James Murray and the Oxford English Dictionary oleh KM Elisabeth Murray, Words of the World: a Global History of the Oxford English Dictionary oleh Sarah Ogilvie, atau Murray the Dictionary Maker: A Brief Account of Sir James A.H. Murray yang ditulis salah satu putra Murray, Wilfrid George Ruthven Murray. Maka, beberapa hal dalam film ini pun melenceng dari sejarahnya. Yang sangat terlihat adalah soal kata-kata “The Professor” dalam judulnya. Tentu titel ini merujuk pada Murray yang nyatanya tak pernah diangkat jadi profesor. Saat menyelesaikan edisi pertamanya pun, dikutip dari catatan putranya, Murray hanya dianugerahi titel “doktor” oleh Oxford setelah pada 1 Februari 1884 merampungkan volume pertama kamusnya bertajuk A New English Dictionary on Historical Principles; Founded Mainly on the Materials Collected by The Philological Society setebal 352 halaman. Tahanan RSJ William Chester Minor memberi kontribusi terbesar dalam kamus Oxford (Foto: Wikimedia) Adegan-adegan lain yang tak sesuai fakta sejarahnya adalah kisah asmara Minor dan Eliza. Saking bersalah dan merasa takkan diampuni dosanya jika ia terlibat cinta dengan Eliza, Minor sampai melakoni autopenectomy atau memotong penisnya sendiri. Menukil Mark Forsyth dalam The Etymologicon: A Circular Stroll through the Hidden Connections of English Language , Minor di dunia nyata memang melakukannya tapi bukan karena alasan asmara dengan Eliza yang dalam film merupakan karakter fiktif. Alasannya karena pada 1902 Minor mengalami gangguan delusi, di mana ia diculik ke Istanbul oleh orang misterius dan dibawa ke sebuah kamar untuk dipaksa mencabuli anak-anak. Akhir hidup Minor lantas hanya diterangkan lewat narasi tertulis, di mana ia mengembuskan nafas terakhirnya dalam kesendirian di Hartford, Connecticut akibat pneumonia.
- Menteri Cantengan
SOEBANDRIO barangkali satu-satunya menteri luar negeri yang memakai sandal dalam suatu perundingan formal bilateral. Ceritanya bermula ketika Soebandrio berangkat ke Amerika Serikat pada 18 Juli 1962. Presiden Sukarno mengutus Soebandrio berunding dengan pihak Belanda agar menyerahkan wilayah Irian Barat. “Sudah jelas Presiden Sukarno berulang-ulang berkata bahwa: ‘Penyerahan kekuasaan Irian Barat harus berlangsung pada tahun 1962, sebelum ayam jantan berkokok tahun 1963’,” kenang Soebandrio dalam Meluruskan Sejarah Perjuangan Irian Barat . Soebandrio memimpin delegasi Indonesia. Turut mendampinginya Letnan Jendral Hidayat Martaatmadja dan Juru Bicara Depertemen Luar Negeri, Ganis Harsono. Sementara pihak Belanda diwakili oleh Herman van Rooijen, duta besar Belanda untuk PBB. Setibanya di Washington D.C., Soebandrio tak segera menunaikan amanat sang presiden. Perundingan itu molor dan baru terlaksana seminggu kemudian. Tempat perundingan sedianya diselenggarkan di Wisma Hunstland, masuk kota Middleburg yang tidak jauh dari Washington. Namun kali ini harus diselenggarakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington. Apa yang terjadi? “Tanggal 25 Juli 1962 van Rooijen datang ke Kedutaan Besar Indonesia di Washington, guna melaksanakan perundingan kedua. Saya pada waktu itu menderita infeksi luka, hampir tidak dapat berjalan. Syukur bahwa van Rooijen bersedia datang ke Kedutaan Besar Indonesia,” tutur Soebandrio. Informasi mengenai luka yang dialami oleh Menteri Soebandrio itu termuat dalam warta Suluh Indonesia , 27 Juli 1962. Diberitakan bahwa pada 24 Juli, Subandrio menjalani operasi kecil pada jempol kakinya yang terkena infeksi kuku. Infeksi ini bagi orang awam lazim disebut dengan penyakit cantengan. Gejala cantengan adalah bengkak pada ujung kuku jari yang biasanya bernanah. Akibat kondisi fisiknya tersebut, Subandrio jalan tertatih-tatih. Soebandrio pun terpaksa harus mengenakan sendal saat perundingan berlangsung di hadapan delegasi Belanda dan kelompok mediator dari Amerika Serikat. Beruntunglah, van Rooijen - yang merupakan "lawan" Soebandrio - berbaik hati untuk mau bertandang ke markas Indonesia. Perundingan yang akan menentukan masa depan wilayah yang kini bernama Papua itu pun dapat dilanjutkan. Perundingan berjalan alot dan sengit yang berakhir dengan kemenangan bagi Indonesia.
- Sejarah Gedung KPU
Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) terletak di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Pada masa kolonial Belanda, jalan itu bernama Nassau Boulevard termasuk dalam kawasan Nieuw Gondangdia (sekarang Menteng). Pembangunan jalan ini bermula dari pengembangan Batavia ke wilayah Selatan, yaitu Weltevreden yang meliputi Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng) dan Koningsplein (sekarang Gambir dan Medan Merdeka) pada akhir abad ke-18. “Di mana banyak terdapat kantor dan bangunan pemerintah,” tulis Mona Lohanda dalam Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia. Pegawai kantor pemerintah memerlukan tempat tinggal. Hunian ini mengambil lokasi tak jauh dari Weltevreden. Menteng nama lokasi itu. Masih berupa tanah partikelir milik saudagar asal Hadramaut. Dirancang Moojen Kepemilikan wilayah Menteng beralih ke perusahaan De Bouwploeg, bergerak di bidang Real Estate, pada 1908. Perusahaan itu membeli tanah seluas 295 rijnlandsche roeden atau setara 69 hektar dengan harga f. 238.870. “Supaya tanah yang baru diperoleh ini digunakan untuk daerah pemukiman bagi masyarakat golongan atas, yang semakin banyak berkedudukan di Batavia dan mencari rumah-rumah yang sesuai dengan kemampuan finansial mereka,” tulis Adolf Heuken dalam Menteng: Kota Taman Pertama di Indonesia . Selain Menteng, peralihan kepemilikan juga terjadi pada wilayah Gondangdia. Wilayah ini bertetangga dengan Menteng. Tadinya dimiliki oleh orang kaya berkebangsaan Belanda. Tetapi pada 1910, Gondangdia dibeli oleh Bouw- en Cultuurmaatschappij Gondangdia senilai f. 217.724 untuk luas 315 rijnlandsche roeden atau setara 73 hektare. Setelah urusan pembelian tanah kelar, pemerintah Kotapradja Batavia membentuk kondangdia-comissie untuk merancang wilayah Menteng. Saat itu Menteng bernama Nieuw-Gondangdia. Seorang arsitek bernama P.A.J. Moojen termasuk menjadi anggotanya. Dia memelopori gaya bangunan indische bouwstjil baru. Indische bouwstijl ala Moojen memiliki ide bahwa gaya bangunan bergantung pada iklim, tempat, bahan bangunan tersedia, dan tenaga kerja setempat. Ini pandangan baru dalam arsitektur di Hindia Belanda. “Sebelum abad ke-20 tidak ada arsitek profesional yang datang ke Hindia. Orang-orang Eropa hanya mengaplikasikan apa yang mereka kenali dari Eropa,” tulis Mohamnmad Nanda Widyarta dalam “Tampilan Hindia Melalui Arsitektur” termuat di Tegang Bentang Seratus Tahun Perspektif Arsitektural di Indonesia . Moojen juga menghadirkan gagasan baru dalam perancangan wilayah di Hindia Belanda. “Untuk pertama kalinya di Indonesia perluasan sebuah kota dilakukan dengan perencanaan yang matang,” tulis Adolf Heuken. Moojen merancang Nieuw Gondangdia dengan suatu boulevard atau jalan lebar berbentuk radial. Jalan itu mengelilingi sebuah lapangan bundar di tengahnya. Kelak lapangan ini bernama Taman Suropati. Di depan Taman Suropati inilah membentang sebuah boulevard radial dari timur ke barat. Boulevard itu terbagi atas dua seksi: Oranje Boulevard (sekarang Jalan Diponegoro) di timur dan Nassau Boulevard (sekarang Jalan Imam Bonjol) di barat. Dua jalan ini dirancang sebagai satu kesatuan yang serasi. Pohon-pohon besar tertanam di tengah Boulevard dan kelak deretan rumah bertingkat berada di sepanjang tepi jalannya dengan kebun luas. Bentuk rumah itu menyesuaikan iklim tropis. “Sehingga menciptakan suasana rapi dan asri pada beberapa jalan di Menteng,” lanjut Adolf. Gedung KPU Tetapi hingga sebelum Perang Dunia II, bangunan di Nassau Boulevard kalah ramai oleh jalan-jalan lainnya di kawasan Nieuw Gondangdia. Nassau Boulevard mulai ramai bangunan memasuki dekade 1950-an. Ketika itu namanya telah berubah jadi Jalan Imam Bonjol. “Maka di Jalan Imam Bonjol cukup banyak bangunan baru didirikan pada tahun 1950-an, namun dalam gaya bangunan pra-perang. Diantaranya terdapat rumah kopel, yang walaupun besar agak sederhana perancangan serta pelaksanaannya,” tulis Adolf Heuken. Selain rumah kopel, berdiri juga sebuah bangunan milik Perkebunan Negara pada 1955. Gedung ini hasil rancangan arsitek Belanda bernama A.W. Gmelig Meyling. Dia bekerja sebagai wakil direktur di biro Ingeneren-Vrijburg NV (BIV) di Bandung. Meyling sempat ditahan pada masa pendudukan Jepang. Kemudian dibebaskan setelah kemerdekaan dan menjadi profesor luar biasa di Institut Teknologi Bandung. Dia berpraktik di Indonesia hingga 1957. Sentuhan Meyling pada Gedung Pusat Perkebunan Negara memiliki ciri khas unsur kubistis kuat. “Seluruh tampak muka dirancang dengan pembias ( louvre ) untuk mencegah sinar matahari masuk ruang-ruang kerja,” tulis Adolf Heuken. Ciri ini tampak pula dalam gedung Societeit Country Club Concordia di Bandung dan Gedung Kantor GEBED di Sukabumi. Gedung Pusat Perkebunan Negara (PPN) kemudian beralih fungsi menjadi kantor Lembaga Pemilihan Umum (LPU) pada 1987. LPU tadinya berkantor di Jalan Matraman Raya No. 40, Jakarta Timur. Tapi Kantor di Matraman itu sudah tidak layak lagi untuk mendukung pekerjaan staf LPU. “Dalam pada itu LPU harus pindah dari Jl. Matraman Raya 40 ke Jl. Imam Bonjol, bekas gedung PPN,” tulis buku Lampiran VI Pemilihan Umum 1987 . Sejak itulah Jalan Imam Bonjol sering jadi pusat perhatian orang saban Pemilu. Setelah Reformasi, berbagai demonstrasi kerap kali terjadi di Jalan Imam Bonjol, depan gedung KPU.
- Bangsawan Aceh dan Piagam Jakarta
MOHAMMAD HATTA, wakil ketua PPKI kepayahan menghadapi lawan debatnya, Ki Bagus Hadikusumo, Menjelang sidang PPKI, ulama Muhammadiyah dari Yogyakarta itu bersikukuh agar dalam rancangan mukadimah Undang-Undang Dasar, dan Pasal 29, Ayat 1, ditambahkan kalimat, “Dengan kewajiban melaksanakan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, sebagaimana isi Piagam Jakarta.Dengan kata lain, Ki Bagus menghendaki sistem negara bercorak agama (baca:Islam). “Karena begitu serius rupanya, esok paginya, tanggal 18 Agustus 1945, sebelum sidang Panitia Persiapan bermula, kuajak Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo dan Teuku Hasan dari Sumatera mengadakan rapat pendahuluan untuk membicarakan masalah itu,” tutur Bung Hatta dalam otobiografinya Untuk Negeriku: Menuju Gerbang Kemerdekaan . Dua nama pertama, Wahid Hasyim (NU) dan Kasman Singodimedjo (Muhammadiyah) merupakan tokoh dari kalangan Islam. Sementara Teuku Mohammad Hasan berasal dari golongan berbeda. Hasan seorang putra uleebalang (bangsawan Aceh) dan juga ahli hukum tamatan dari Universitas Leiden, Belanda. Hatta kenal baik dengan Hasan sewaktu keduanya sama-sama menuntut ilmu di negeri Belanda. Menurut Hatta, meski bukan mewakili golongan Islam, Hasan berasal dari Aceh, wilayah dengan kultur Islam yang kental. Dan lagi, Hatta tahu persis bahwa Hasan seorang yang taat beragama. Percaya dengan kapasitas intelektual dan religinya, Hatta menunjuk Hasan untuk melobi Ki Bagus. Dalam memoarnya, Hasan mengisahkan pertemuannya dengan Ki Bagus Hadikusumo. Hatta mengantarkan Hasan ke ruangan kamar tempat Ki Bagus dikarantina. Di tempat itulah Hasan berkenalan dengan Ki Bagus. Saat itu, Hasan masih berusia 39 tahun sedangkan Ki Bagus sudah berumur 54 tahun. Hatta membuka pembicaraan dengan mengucap Bismillah . Namun Hatta hanya berbicara sejenak karena menghadapi sanggahan demi sanggahan dari sang ulama. Ki Bagus enggan mengubah pendiriannya. Hasan lantas mengambil alih percakapan. Perdebatan sengit pun terjadi antara Ki Bagus yang kelahiran 1890 dengan Hasan yang kelahiran 1906. “Dalam perjuangan menuntut kemerdekaan Tanah Air perlu persatuan yang bulat dari semua golongan untuk menghadapi musuh bersama, jangan sampai Belanda memecah belah kita sama kita dan mempergunakan golongan Kristen dan lain-lain melawan golongan Islam dan sebagainya,” kata Hasan kepada Ki Bagus sebagaimana terkisah dalam memoar Mr. Teuku Mohammad Hasan: Gubernur Sumatera, dari Aceh ke Pemersatu Bangsa . Menurut Hasan, persatuan adalah senjata utama mencapai kemerdekaan yang telah di depan mata. Sebaliknya, tuntutan sebagian golongan dengan menafikan kelompok lain akan dapat digunakan Belanda untuk memecah belah bangsa Indonesia. Kekhawatiran Hasan cukup beralasan. Orang-orang Kristen yang berbasis di Tanah Batak, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur punya ikatan dengan Belanda melalui pendidikan dan lembaga gereja. Belanda bisa saja menggunakan sentimen agama guna memukul perjuangan Republik dari dalam. “Apabila kita terus mempertahankan kepentingan sepihak, bisa-bisa orang Kristen dapat dipersenjatai oleh Belanda. Padahal kita kan maunya merdeka, bukan berperang,” pungkas Hasan. Mendengar penjelasan Hasan, Ki Bagus agak tertohok. Dia melunak dan bersedia memikirkan ulang usulannya. Hasan kembali meyakinkan Ki Bagus agar tetap berbesar hati. Katanya, “Umat Islam tidak perlu takut mengingat populasinya yang berjumlah 90% dari keseluruhan rakyat Indonesia. Kalau kita banyak, kita tidak perlu cemas. Yang penting merdeka dulu. Setelah itu terserah kita mau dibawa ke mana negeri ini.” “Rupa-rupanya kata-kata Mohammad Hasan mengena di hati dan di terima oleh Ki Bagus,” tulis Dwi Purwoko dalam Dr. Mr. T.H. Moehammad Hasan: Salah Seorang Pendiri Republik Indonesia dan Pemimpin Bangsa. Secara diplomatis, Hasan berhasil membujuk Ki Bagus untuk membatalkan niatannya. Perubahan sikap Ki Bagus dilaporkan Hasan kepada Hatta. Hatta kemudian melaporkan kepada Sukarno, selaku ketua PPKI. Masalah syariat Islam selesai dengan kata mufakat. Maka sidang pun berlanjut ke agenda inti: memilih presiden dan wakil presiden. “Pada waktu itu kami dapat menginsafi bahwa semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan menghilangkan perkataan 'Ke Tuhanan dengan kewjiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dan menggantinya denga 'Ke Tuhanan Yang Maha Esa',” ujar Hatta. Polemik sengit dalam perumusan dasar negara itu pungkas dengan keberhasilan mewadahi kepentingan bersama dari berbagai golongan. Sikap Hasan yang tenang dan mengedepankan dialog, alih-alih konfrontrasi, membuat proses negosiasi berjalan dengan baik. Hasan sendiri kelak menjadi gubernur provinsi Sumatera yang pertama dan terakhir.
- Dari Arena ke Layar Kaca
DI mana ada siaran bulutangkis di televisi, di situ ada Yuni Kartika. Di antara para host dan komentator olahraga tepok bulu, nama Yuni salah satu yang paling dinanti. Yang berkesan darinya tentu bukan semata komentar hebohnya tapi juga pengetahuannya yang dalam terkait teknis permainan maupun profil para pemain yang tengah bertarung. Komentar-komentar Yuni kembali nyaring saat TVRI mulai menyiarkan Piala Sudirman 2019 yang digelar di Nanning, China pada 19 Mei lewat. Kala itu, Gregoria Mariska Tunjung sedang meladeni tunggal putri Inggris Abigail Holden yang akhirnya dimenangi Gregoria straight set , 21-10 dan 21-13. Secara keseluruhan, tim Indonesia menang 4-1 atas Inggris di laga pembuka Grup 1-B. Saat laga kedua Grup 1-B kemarin, Rabu (22/5/2019), kala tunggal putri Indonesia Fitriani berlaga kontra Mia Blichfeldt asal Denmark, Yuni kembali membimbing para pemirsa memahami pertandingan. Sejak pensiun pada 1995, Yuni memang memutuskan untuk menjadi komentator siaran olahraga ( sportscaster ). “Saat menjelang akhir karier, saya berpikir apa ya bidang yang tetap in-line dengan badminton tapi enggak di lapangan. Karena saya merasa seluruh hidup saya sudah di lapangan. Dari kecil umur lima tahun sampai besar di lapangan. Jadi kalau saya harus jadi pelatih lagi atau buka toko olahraga, saya akan ada di lapangan lagi. Kayaknya enggak gitu kepenginan saya. Saya pingin yang lain tapi tetap tidak ingin meninggalkan badminton, gimana caranya,” tutur Yuni saat ditemui Historia . Pikiran Yuni lantas tertuju pada dunia broadcast . Tujuannya, ia ingin mengedukasi masyarakat lebih dalam soal bulutangkis lewat layar kaca. “Caranya bisa mengedukasi tentu dengan mantan pemain yang bisa ngomong (di depan kamera). Tentang apa yang terjadi, bagaimana susahnya, struggle- nya main badminton. Kalau lagi mau apa yang dipikirkan. Mereka enggak tahu di belakang kayak apa. Itu yang membuat saya memutuskan bahwa next step saya akan lari ke dunia broadcast ,” sambungnya. Petaka Keluarga Hentikan Kariernya Yuni mengenal bulutangkis sejak usia lima tahun. Srikandi cantik kelahiran Semarang, 16 Juni 1973 itu dikenalkan olahraga tepok bulu oleh ayahnya, Tjoa Soe Sien, yang kerap mengajak Yuni saat bermain dengan para sejawatnya. “Saya kecil di Pekalongan dan mulanya serius bulutangkis masuk PB Praba Jaya. Terus pas saya kelas 6 SD ada pembukaan untuk PB Djarum. Tapi saya masuk audisinya lewat PB Djarum di Jakarta. Empat kali bolak-balik Pekalongan-Jakarta untuk ikut tes psikologi, tes IQ, hingga tes tanding. Waktu itu masih teringat angkatan saya audisi ada Ade Rai (binaragawan), Zarima Mir (ratu ekstasi), Ardy Wiranata, Jean Pattikawa,” kenang Yuni. Yuni Kartika (berdiri paling kanan) bersama para rekan sejawat angkatannya kala mengasah karier di PB Djarum (Foto: Twitter @YuniKartika73) Nama Yuni kemudian melejit sebagai salah satu andalan Pelatnas PBSI di sektor tunggal putri. Mengutip Arie MP Tamba dan TB Ahmad Fauzi Supri dalam Setengah Abad PB Djarum: Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia , Yuni meraup titel German Open Junior 1990, jadi finalis Malaysia Open 1992, dan masuk tim Uber Cup 1992 di mana Indonesia tersisih di semifinal. Di peringkat dunia tunggal putri, puncak karier Yuni pernah menjejak urutan 10 pada 1992. Tapi tiga tahun kemudian, Yuni memutuskan gantung raket. Dia merasa tak lagi bisa bersinar. Fokusnya gampang goyah pasca-petaka kecelakaan keluarganya tiga tahun sebelumnya. “Itu sedang di puncak karier saya. Saat saya lagi bertanding di Thailand, terus satu keluarga saya kecelakaan. Ibu saya (Sri Hartati, red. ) meninggal, lalu kakak dan ayah saya kritis. Itu hal yang benar-benar membuat saya sulit ya. Kesan pahit sepanjang karier saya,” tuturnya dengan nada lirih. Kabar duka itu, sambung Yuni, mulanya diterima pelatih dan manajer tim. Namun kabar itu di- pending sampai Yuni selesai berlaga. Hatinya teriris begitu mendengarnya. Meski kemudian kakak dan ayahnya pulih, Yuni tetap mendapati ibundanya tiada. “Hidup rasanya seperti dibalik. Ibu saya itu orang paling dekat dengan saya. Sempat kita teleponan saat saya sudah di Thailand. ‘Ayo pulang,’ katanya. Gimana, saya lagi bertanding disuruh pulang. Saya enggak tahu bahwa itu akan jadi percakapan terakhir. Dari situ juga titik balik prestasi saya enggak bisa balik lagi dari yang saya capai sebelumnya,” tambah Yuni. Yuni akhirnya memilih gantung raket dan beralih ke layar kaca sebagai sportcaster . Ia memulainya dengan masuk kursus presenter. hingga magang di TVRI . “Magang pertama di TVRI sampai akhirnya bisa punya kemampuan untuk jadi host dan komentator. Jadinya saya tetap punya sumbangsih buat badminton tapi dengan cara yang saya pikir bagus untuk mendukung badminton Indonesia,” sambung perempuan yang sehari-harinya juga berkarya di Djarum Foundation itu. Hingga kini, hampir di setiap siaran bulutangkis, Yuni selalu jadi host maupun komentator andalan, lengkap dengan penampilan nyentrik rambut pendek dan pirangnya. “Gaya rambut seperti ini memang baru pas jadi sportcaster. ” tutupnya.
- Peta dan Cara Manusia Memandang Dunia
Ada suatu masa di mana sebuah pulau bernama Lixus tergambar di peta dunia. Konon, di sana pohon-pohonnya berbuah emas. Lalu ada Pulau Susu, di mana susu mengucur dari buah-buah anggur. Kini jika ingin mencari letak pulau-pulau itu mungkin akan ditertawai banyak orang. Namun, si pembuat peta pada masa itu bukannya sengaja ingin terlihat bodoh. “Mereka hanya ingin menampilkan dunia sebagaimana yang mereka tahu. Pengetahuan orang-orang dulu lahir dari kisah, kepercayaan, dan imajinasi,” tulis Yvette La Pierre dalam Mapping a Changing World. Sudah ribuan tahun manusia menggambar peta. Wujud dunia dalam peta terus berubah seiring mereka mempelajarinya, baik lewat penjelajahan dan penemuan ilmiah maupun petualangan mencari dunia baru. Terutama pada abad ke-16, bumi seperti dunia bagi para pengembara. Relief peta terukir di koin Yunani Kuno. Peta-peta dibuat di tongkat, batu, uang perak, dan kulit anjing laut. Gambar-gambar aneh seperti manusia berkepala anjing, monster laut, dan lumba-lumba sebesar paus menghiasi lembarannya. Pada akhirnya peta lebih dari sekadar alat yang memberi tahu apa yang ada di balik gunung, di seberang lautan, dan di mana seseorang berada saat itu. “Ia dapat mencerminkan bagaimana manusia hidup dan berpikir, sekaligus apa yang ia ketahui dan percayai tentang dunia,” tulis La Pierre. Kendati sejauh ini peta dari Babilonia yang tertua di dunia, menurut La Pierre, manusia sudah mulai membuat peta jauh sebelum itu. Sayangnya tak diketahui kapan dan di mana pertama kali manusia mendapatkan ide untuk menggambarkan lokasi. Namun yang jelas, manusia selalu penasaran tentang di mana mereka berada dan bagaimana mencapai suatu tempat. “Lebih mudah menggambar peta daripada menjelaskan dalam kata-kata. Faktanya, peta lebih dulu ada dibanding tulisan. Peta pun menjadi salah satu bentuk komunikasi tertua yang pernah ada,” jelas La Pierre. Peta Tablet Ilustrasi Peta Tablet Ini adalah peta tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Orang-orang Babilonia yang hidup di Mesopotamia (kini Irak), membuat peta sejak sekira 500 SM. Mereka memahatnya pada tablet tanah liat kecil yang tak lebih besar dari tangan orang dewasa. Peta itu melukiskan kepercayaan orang Babilonia bahwa dunia seperti kepingan CD. Di bagian atas lingkaran mirip CD itu terdapat garis lingkar yang menyimbolkan gunung. Dua garis menurun dari arah gunung di dalam lingkaran, mungkin menyiratkan Sungai Eufrat dan Tigris. Bentuk persegi yang menyeberangi simbol sungai menunjukkan pusat kota Babilonia. Kota-kota penting lainnya ditandai dengan lingkaran-lingkaran kecil. Hanya satu yang dinamai, Deri. Pembuat peta itu juga menggunakan lingkaran untuk menunjukan wilayah lainnya. Armenia di atas dan di kanan letak Babilonia. Assyria agak di bawah Armenia. Habban di kiri Babilonia. Lingkaran itu dikelilingi lautan. Di luar lautan yang melingkari pulau-pulau adalah segala macam monster imajiner yang ditandai bentuk segitiga. Peta Papirus Lembaran papirus ini memperlihatkan bagian barat dan timur Danau Moeris. (ReproThe Book of the Faiyum) Orang Mesir Kuno juga sudah mulai menggambar lokasi pada selembar kertas papirus. Salah satunya dibuat pada sekira 330 SM. Peta ini dipercaya menunjukkan tempat yang benar-benar ada, yaitu Danau Moeris, yang dulunya menutupi sebagian besar wilayah Kota Fayum di Mesir Utara. Sekarang menjadi kota gurun pasir. Di dalamnya tergambar pula makhluk-makhluk setengah manusia, dewa-dewa Mesir Kuno, seperti Sobk, dewa berwujud buaya, yang dipercaya mendiami wilayah itu. Orang Mesir juga menggambarkan peta menuju alam baka yang tergambar pada dinding-dinding makam. Peta Sutra eta sutra yang memperlihatkan topografi wilayah Dinasti Han dan Kerajaan Nanyue sekira 168 SM. (Wikimedia Commons) Peta tertua dari Tiongkok yang masih bisa diselamatkan terbuat dari sutra. Ia tersegel di dalam makam di Provinsi Gunan pada 168 SM. Peta ini baru ditemukan pada 1973. Peta itu lebih detail dan akurat dibandingkan peta-peta kuno lainnya. Pembuat peta menggunakan simbol untuk menunjukkan desa dan provinsi, sungai, dan jalan, pegunungan, dan benteng militer. Garis bergelombang menunjukkan gunung, garis tipis menunjukkan sungai, garis lebih tebal menunjukkan ukuran dan aliran sungai. Peta Koin Perak Ilustrasi Peta Koin Perak Salah satu peta milik orang Yunani yang tertua tercetak di balik koin perak. Berasal dari abad ke-4 SM, koin itu menggambarkan lokasi yang benar-benar ada, yaitu Ephesus (kini bagian dari Turki). Permukaan koin itu menunjukkan daerah-daerah terangkat yang menunjukkan rentang pegunungan. Mereka dibagi oleh lembah-lembah sungai, seperti halnya peta timbul modern. Peta Grafik Batang Ilustrasi Peta Grafik Batang Sebelum orang-orang Eropa menggapai wilayah Pasifik Selatan, orang-orang dari Kepulauan Marshall di wilayah Pasifik Selatan membuat peta untuk berlayar dengan serat daun palem dan kerang. Petanya menyerupai grafik batang. Mereka ikat batang-batang itu dengan sabut untuk menunjukkan pola gelombang air laut dan angin. Lalu ditambahkan kerang atau potongan karang sebagai simbol pulau. Hanya pelayar berpengalaman yang mampu membuat peta ini. Keahlian ini diturunkan dari ayah ke anak. Claudius Ptolemeus, Bapak Geografi Ilustrasi Claudius Ptolemeus, Bapak Geografi Ptolemeus seorang astronom sekaligus peramal bintang dari Alexandria yang hidup pada abad ke-2. Dia terobsesi membuat horoskop yang akurat dan mengharuskan menempatkan kota kelahiran seseorang di peta dunia. Dia menemukan cara untuk membuat planet ini seolah rata ke peta dua dimensi. Seperti kebanyakan orang Yunani dan Romawi, dia yakin bumi itu bundar. Dia pun menyebut teknik barunya dengan istilah: geografi. “Dia menemukan geografi, tetapi itu hanya karena dia ingin membuat horoskop yang lebih akurat,” kata Matthew Edney, profesor kartografi di University of Southern Maine, dikutip smithsonian . Ptolemeus mengumpulkan dokumen yang merinci lokasi kota, dan menambah informasi itu dengan dongeng para pelancong. Dia menyusun sistem garis lintang dan bujur, dan membubuhkan sekira 10.000 lokasi, dari Inggris ke Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Namun, semua benua versinya tak mirip kondisi asli. Afrika yang paling aneh. Ia digambar membentang jauh ke selatan. Kemudian ujungnya membelok ke kanan dan terhubung dengan Asia. Itu membuat Samudera Hindia terkurung daratan dan tidak mungkin melayari lautan di selatan Afrika. Padahal orang-orang Mesir Kuno sudah mengirim ekspedisi untuk memutari Afrika. Gagasan ini pun mengecilkan hati pelaut Eropa awal yang ingin berlayar menyusuri pantai barat Afrika, menuju timur ke Asia. Meski bentuknya aneh, peta dunia versi Ptolemeus berisi ide-ide dan teknik pembuatan peta yang hingga kini masih dirujuk. T-O maps Ilustrasi T-O maps Isidore of Seville, sarjana dan Uskup Agung Seville, selama lebih dari tiga dekade, menggambar dunia berbentuk lingkaran. Dalam petanya, Samudera dibuat berbentuk O dan mengelilingi seluruh bumi. Di dalam bentuk O, ada tiga benua, Asia, Afrika, dan Eropa. Benua-benua ini terbagi oleh aliran Sungai Don dan Sungai Nil (bagian horizontal), serta Laut Mediterania (bagian vertikal), sehingga berbentuk seperti huruf T. Alih-alih menunjukkan bentuk dunia yang sesungguhnya, peta ini dimaksudkan untuk menunjukkan tatanan umum dunia. Peta dari abad ke-6-7 M itu kemudian menjadi model populer bagi peta-peta abad pertengahan (sampai abad ke-15 M), termasuk Psalter map, sebutan bagi peta-peta yang ada di dalam Kitab Mazmur . Tabula Rogeriana Ilustrasi Tabula Rogeriana Tabula Rogeriana atau Kitab Rudjdjar (Kitab Roger) adalah peta dunia yang digambar oleh pakar geografi Arab, Al-Sharif al-Idrisi pada 1154. Peta itu dibuat untuk Raja Roger II dari Sisilia, setelah delapan belas tahun al-Idirisi menetap di istananya. Al-Idrisi menggabungkan pengetahuan dari Afrika, Samudera Hindia, dan Timur Jauh yang dikumpulkan para penjelajah dan pedagang Islam, juga dari pelayar-pelayar Normandia. Peta dengan legenda berbahasa Arab itu menampilkan daratan Eurasia secara keseluruhan dan sebagian kecil bagian utara benua Afrika dengan sedikit detail pada Tanduk Afrika dan Asia Tenggara. Peta itu kemudian menjadi peta dunia paling akurat hingga tiga abad setelahnya. Al-Idrisi sendiri merupakan keturunan para penguasa Idrisiyyah di Maroko, yang merupakan keturunan Hasan, putra Ali dan cucu Nabi Muhammad. Al-Idrisi adalah sosok kunci kelahiran globe. Dari 70 lembaran peta datar yang dibuatnya, dia sambungkan dalam simpul melingkar koordinat astronomi. Kemudian dituangkannya ke dalam bola perak yang beratnya sekira 400 kg berdiameter sekira 80 inci. Di dalamnya terdapat tujuh benua. Tergambar juga rute perdagangan, danau, sungai, dataran tinggi, dan pegunungan. Globe tersebut dapat diputar 180 derajat. Namun bagian utaranya dia buat berada di bawah. Tak seperti Ptolemeus, al-Idrisi membuat Samudera Hindia terbuka. Jadi, benua Asia dan Afrika tak menyambung. Peta dunia tersebut menjadi bagian dari kemajuan sains tertua di era pramodern. Catalan Atlas Ilustrasi Catalan Atlas Ini adalah peta terpenting berbahasa Catalan dari abad pertengahan. Dibuat pada 1375 oleh Abraham Cresques atau yang nama aslinya, Cresques putra Abraham, bersama anaknya, Jehuda Cresques. Abraham Cresques adalah kartografer Yahudi. Asalnya dari Palma, Majorca, yang waktu itu bagian dari Aragon. Peta buatannya awalnya terdiri dari enam lembar selebar 65-50 cm yang dilipat secara vertikal. Ia dicat warna-warni, termasuk emas dan perak. Dua lembar pertama berisi teks berbahasa Catalan, mencakup kosmografi, astronomi, dan astrologi. Teks ini disertai ilustrasi. Mereka juga memberikan informasi kepada pelaut soal pasang surut air laut. Empat lembar lainnya memuat peta yang sebenarnya. Yerusalem diletakkan dekat di pusat. Ia menggambarkan dunia timur, Eropa, dan Afrika Utara. Peta menunjukkan pula ilustrasi banyak kota. Kota-kota Kristen disimbolkan dengan salib, kota-kota lain dengan kubah. Sementara kesetiaan politik disimbolkan dengan bendera. Garis vertikal biru digunakan sebagai lambang lautan. Di peta itu disertakan pula letak pelabuhan-pelabuhan penting dengan simbol warna merah. Sementara pelabuhan lainnya hitam. Menggambar Benua Amerika Ilustrasi Menggambar Benua Amerika Kendati belum sepenuhnya tergambar sempurna, benua Amerika akhirnya menemukan bentuknya dalam peta. Di antara peta penting dalam Cosmographia adalah peta “Tabula novarum insularum”, sebagai peta pertama yang menunjukkan benua Amerika terpisah secara geografis. Sebastian Münster, kartograf Jerman yang membuat peta ini. Petanya pertama kali dipublikasikan pada 1540, 50 tahun setelah Columbus menjejakkan kaki di benua tak bernama itu. Di peta ini, untuk pertama kali Amerika Utara dan Selatan dibuat saling menyambung dan terpisah dengan Asia. Peta ini menandai kemajuan pesat dibanding peta-peta pada masanya. Meskipun 25 tahun berikutnya beberapa pembuat peta masih melakukan sebaliknya. Cosmographia pada 1544 adalah deskripsi dunia berbahasa Jerman yang paling awal. Salah satu karya paling sukses dan populer di abad ke-16. Karya ini dicetak ke-24 edisi dalam 100 tahun. Ia memiliki banyak versi dalam berbagai bahasa, termasuk Latin, Prancis, Italia, Inggris, dan Ceko. Proyeksi Mercator Ilustrasi Proyeksi Mercator Perjalanan laut menjadi lebih mudah setelah 1569 karena Gerardus Mercator, kartografer Belgia, meluncurkan inovasi terbesar dalam pemetaan setelah Ptolemeus: Proyeksi Mercator. Mercator menemukan trik terbaik untuk mewakili permukaan bola dunia pada peta. Sebagai ahli matematika, dia mengembangkan proyeksi pemetaan berdasarkan keahliannya. Hasilnya jauh lebih akurat daripada peta lain pada masanya. Secara bertahap, di peta itu Mercator memperluas daratan dan lautan. Semakin jauh ke utara dan selatan semakin jauh mereka muncul di peta. Ini adalah bantuan besar untuk navigasi, tetapi juga secara halus mengubah cara melihat dunia. Negara-negara yang dekat dengan kutub, seperti Kanada dan Rusia, diperbesar secara artifisial, sementara daerah-daerah di Equator, seperti Afrika, menyusut. Atlas Modern Ilustrasi Atlas Modern Makin banyak peta yang dibuat pada abad ke-16. Pada 1570, atlas modern pertama diterbitkan oleh Abraham Ortelius, seorang kartografer asal Antwerp, Belgia. Ortelius tertarik membuat peta dipengaruhi oleh Gerardus Mercator. Dia mengabdikan diri dalam dunia kartografi hingga ia bisa menerbitkan atlas dunia pertamanya, Theatrum Orbis Terrarum (Theatre of the World). Koleksi peta pertama berbentuk buku sebelum Mercator menerbitkan atlas dunia. Atlas Ortelius merupakan instrumen paling akurat untuk menunjukkan dan memberitahukan bentuk dunia yang selama ini menjadi dugaan semata. Sebab, pada zaman itu, peta yang ada masih merupakan campuran fakta, spekulasi, dan fantasi. Wujud Australia Ilustrasi Wujud Australia Australia pertama kali diidentifikasi sebagai benua oleh Matthew Flinders, navigator dan kartografer Inggris. Dia memimpin penjelajahan kedua di New Holland yang kemudian disebut “Australia atau Terra Australis”. Dia memasukkan nama Australia di peta benua itu yang terbit pada 1814. Flinders melakukan tiga perjalanan ke laut selatan antara 1791 dan 1810. Dalam perjalanan kedua, Flinders mengkonfirmasi bahwa Tanah Van Diemen (sekarang Tasmania) adalah sebuah pulau. Dalam perjalanan ketiga, Flinders mengelilingi daratan yang disebut Australia, ditemani oleh lelaki Aborigin Bungaree. Sebelumnya keberadaan daratan di selatan hanya sebatas teori. Kebanyakan pembuat peta pun tak tahu kalau Australia adalah sebuah benua. Perubahan Dunia Ilustrasi Perubahan Dunia Peta mencatat perubahan-perubahan di dunia. Misalnya sebelum Perang Dunia I, peta Eropa jauh berbeda dengan saat ini. Beberapa wilayah yang kini menjadi negara merdeka ketika itu di bawah kekuasaan beberapa negara besar, seperti Austro-Hungaria, Jerman, Ottoman, dan Kekaisaran Rusia. Di sana juga ada beberapa negara kecil, seperti Serbia, Montenegro, Albania, Romania, Bulgaria, dan Yunani. Beberapa negara yang kini dikenal, seperti Polandia, belum muncul. Setelah Perang Dunia I yang berakhir pada 1918, banyak negara, termasuk Polandia, Cekoslovakia, Yugoslavia, Estonia, Slovakia, Latvia, dan Lithuania memisahkan diri. Setelah Perang Dunia II, pada 1981 peta Eropa menunjukkan Jerman yang terpecah menjadi dua, Jerman Barat dan Timur. Lalu negara Uni Soviet berdiri dan mendapatkan kembali beberapa wilayah yang hilang dari Kekaisaran Rusia setelah Perang Dunia I. Jerman kemudian menjadi satu kembali. Uni Soviet tak lagi ada. Di lokasinya sekarang terdapat beberapa negara, seperti Rusia, Ukrania, Belarusia, Moldova, dan banyak lagi. Sementara area yang tadinya Yugoslavia, terbagi menjadi Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Serbia, dan Macedonia. Semakin Akurat Bukan lagi lewat penjelajahan lautan, pada Desember 1968, tiga astronot pergi keluar angkasa dengan Apollo 8 dan untuk pertama kalinya melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Jauh sebelumnya, manusia punya persepsi sendiri mengenai bentuk dunia. Lalu teknologi baru, lewat satelit dan komputer, semakin mengungkap banyak hal menarik mengenai bumi. Mulai 1800-an foto-foto bumi diambil dari angkasa. Kini hampir semua peta dan informasi geografi dibuat dengan beberapa metode pengambilan foto udara, alih-alih melakukan pengukuran di atas tanah. Bedanya dengan pemetaan pada masa yang lebih tua, kini dari luar angkasa dunia tak dilihat berdasarkan kondisi politik dan lepas dari batasan-batasan yang diciptakan manusia. Dunia hanya dipecah oleh batasan alam, tanah dan air.
- Telepon Sepanjang Zaman
KOMUNIKASI jarak jauh jadi hal lumrah saat ini. Dalam beberapa detik, pertukaran informasi bisa dilakukan dari satu titik ke titik lain. Bentuk komunikasinya pun beragam tak sebatas sambungan suara, tapi bisa juga teks, gambar, pesan audio, atau bahkan audio visual. Model komunikasi ini dimungkinkan berkat evolusi pesawat telepon yang berubah seiring zaman. Kemunculan telepon di Indonesia bermula ketika Belanda membangun sambungan telepon di Batavia pada 1882. Penyedianya Posterijen Telegrafie Telefonie (PTT), perusahan milik pemerintah kolonial. Telepon pun jadi sarana yang bisa dinikmati di rumah-rumah meski terbatas di kalangan pejabat dan orang kaya. Dari Royal KPN Belanda, panggilan telepon internasional pertama yang dilakukan Hinda-Belanda terjadi pada 1929 dengan tujuan Amsterdam yang berjarak 12000 kilometer. Panggilan luar negeri termasuk langka dan mewah di zaman itu, sebab sentral telepon masih manual dan teknologinya pun masih sangat terbatas. Namun, teknologi, sistem, dan fungsi telepon terus berubah makin canggih dari masa ke masa. Berikut evolusinya: Telepon Engkol Ilustrasi Telepon Engkol Ini merupakan telepon generasi pertama yang dipasang ke publik menggunakan jaringan telepon tetap berkabel. Telepon engkol mulanya tidak punya nomor putar, hanya tuas. Penggunanya harus memutar tuas untuk menyambungkan dengan sentral telepon. Bel di sentral telepon kemudian berbunyi setelah ada sambungan dari pengguna. Operator lalu menanyakan nomor tujuan telepon, setelah itu menyambungkan dua kabel di papan hubung dan memutar nomor. Bila telepon tujuan berada di sentral telepon berbeda, operator di sentral 1 akan menelepon operator di sentral 2 untuk menghubungkan panggilan. Sistem ini membutuhkan banyak tenaga kerja untuk menyambungkan telepon, kebanyakan operatornya perempuan, pribumi maupun Belanda. Sistem ini mulai ditinggalkan ketika teknologi sentral telepon otomat dibangun. Namun, beberapa wilayah di Indonesia masih memerlukan operator telepon hingga dekade 1960-an. Telepon Putar Ilustrasi Telepon Putar Telepon ini punya urutan nomor yang melingkar dari 1 sampai 0. Untuk menggunakannya, pengguna harus memasukkan jari ke lubang nomor lalu memutar nomor itu sampai mengenai batas putar dan berbunyi “tik”. Model telepon ini tidak dilengkapi dengan sistem redial sehingga pengguna harus memutar nomor tiap kali akan menghubungi orang. Sama dengan telepon tuas, sistem yang digunakan telepon putar ( rotarydial ) masih sinyal analog, yang mengubah gelombang suara jadi gelombang listrik. Meski demikian, telepon ini sudah tidak butuh operator karena sistem switching -nya (sambungan) sudah otomatis. Panggilan akan langsung tersambung ke nomor tujuan tidak lewat operator. Desainnya dan bahan pesawatnya pun beragam. Ada yang berbentuk lilin dengan mic dan corong suara yang terpisah, terbuat dari besi, atau bergaya klasik. Pada masa transisi dari telepon tuas ke telepon putar, beberapa produsen telepon mengawinkan keduanya sehingga dalam satu telepon terdapat angka melingkar dan tuas untuk diputar. Telepon putar mulai dikenal di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20 dan bertahan hingga dekade 1980-an meski telepon bertombol mulai diperkenalkan ke publik sejak 1960-an. Telepon Bertombol Ilustrasi Telepon Bertombol Tiap menekan tombol angka pada pesawat telepon, nada-nada tertentu akan berbunyi. Nada ini merupakan sinyal yang dikirim telepon ke sentral otomat, disebut sistem Dual Tone Multi Frequency (DTMF). Tiap nomor punya nada dengan frekuensi berbeda. Pada pesawat telepon, nomor dideret dari angka satu ke tiga dan kolom dari satu ke angka tujuh. Penempatan ini menampilkan koordinat tiap nomor. Tiap baris punya frekuensi sendiri, yakni 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, dan 941 Hz. Pun halnya dengan tiap kolom, dengan frekuensi 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz. Nada pada angka 1 adalah pengabungan dari frekuensi baris pertama (697 Hz) dengan frekuensi kolom pertama (1209 Hz) yang dibunyikan secara bersamaan. Karena itulah tiap nomor punya nada yang berbeda. Nada unik ini diterima sentral otomat yang langsung menyambungkannya dengan nomor telepon tujuan. Tombol bintang (*) dan pagar (#) dibuat untuk memungkinkan komunikasi otomatis untuk akses komputer. Tekonologi ini bikin penggunanya bisa melakukan panggilan dengan lebih cepat, fasilitas tambahan seperti redial , dan telepon jarak jauh. NMT Ilustrasi NMT Tidak seperti pendahulunya yang merupakan telepon tetap berkabel, Nordik Mobile Telephone (NMT) ialah telepon nirkabel keluaran pertama yang beroperasi di Indonesia. Teknologi yang mulanya dikembangkan di Swedia dan Norwegia pada 1981 ini mulai beroprasi di Indonesia pada 1986. Telepon NMT beroprasi dengan sistem otomat untuk melakukan panggilan namun masih mengunakan sinyal analog dengan frekuensi 450 MHz untuk mengirimkan suara. Meski julukannya telephonemobile , bentuknya masih amat besar sehingga tak mungkin masuk saku, melainkan harus ditenteng atau ditaruh di mobil. Komunikasi yang ditawarkan masih sebatas telepon lokal di sekitar Jakarta dan Jawa Barat. NMT juga belum bisa untuk mengirim pesan digital. AMPS Ilustrasi AMPS Pada 1991, Telkom bekerjasama dengan perusahaan swasta mengeluarkan telepon seluler dengan teknologi lebih baru, Advanced Mobile Phone System (AMPS). Sistem transmisi AMPS masih analog seperti NMT dengan frekuensi jauh lebih tinggi, yakni 800-900 MHz sehingga makin minim gangguan. AMPS dikenal juga sebagai teknologi seluler generasi pertama (1G). Fungsi AMPS hampir sama seperti NMT, hanya saja perangkatnya lebih kecil, sekira 40cm. Jika dibandingkan dengan ponsel era kini, ukurannya jauh lebih besar. Ponsel GSM Ilustrasi Ponsel GSM Global System Mobile (GSM) merupakan teknologi yang dikembangkan di Eropa dan Amerika Serikat pada 1980. Pengembangan ini berlangsung selama satu dekade hingga diluncurkan ke pasar pada 1990-an. Pemerintah berusaha memasukkan teknologi ini sehingga bisa digunakan di Indonesia. Fasilitas pendukung sistem GSM mulai dibangun Telkom pada 1993 hingga kelar dua tahun setelahnya. Model ponsel GSM yang beredar di Indonesia pun beragam seiring dengan liberalisasi perangkat yang dilakukan pemerintah menyusul perjanjian dengan World Trade Organization. Dengan model penjualan ini, pengguna ponsel bisa memilih ponsel apapun tanpa harus berganti nomor. Fasilitas yang ditawarkan jauh di atas NMT dan AMPS. Teknologi yang disebut 2G ini, bisa digunakan untuk berkirim pesan digital di samping menelepon dengan jangkauan yang lebih luas. Sebabnya, sistem pengiriman sinyalnya sudah digital, tidak analog seperti NMT dan AMPS. Mulanya, ponsel ini muncul dengan layar monokrom. Pada perkembangannya, muncul layar berwarna hingga dilengkapi dengan kamera. Smartphone Ilustrasi Smartphone Ada banyak fitur yang ditawarkan dalam satu genggaman tangan. Menelepon, mengirim pesan, memotret, mengetik, membaca buku digital, mendengarkan musik, menonton film, hingga berselancar di internet. Itulah kenapa telepon genggam masa kini disebut ponsel pintar ( smartphone ) lantaran kemampuannya sudah setara dengan komputer. Ponsel pintar sebenarnya sudah beredar di Indonesia sejak 2005-an. Kala itu Nokia mengeluarkan ponsel pintar dengan sistem operasi Symbian. Namun, ponsel pintar masih kurang populer lantaran fasilitas penunjuang seperti BTS dan ketersediaan layanan internet mobile (3G) belum semasif sekarang. Ketika teknologi layanan komunikasi 4G beroperasi Indonesia pada 2014, ponsel pintar jadi barang biasa yang dimiliki hampir semua orang.
- Minang Menolak Bayar Pajak
Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arif Poyuono. Dilansir suara.com , Arif mengajak masyarakat tidak membayar pajak sebagai bentuk penolakan terhadap pemilihan presiden 2019. Dalam sejarah, aksi menolak bayar pajak pernah terjadi di Sumatra Barat. Pada 1908, rakyat Minang menentang kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang menaikkan pajak. Sekitar seribu orang terlibat. Kebanyakan dari mereka luka berat, namun tak sedikit yang meninggal dunia. “Yang menjadi sebab pemberontakan itu ialah peraturan yang diadakan oleh pemerintah Hindia Belanda, yang mewajibkan rakyat Minangkabau membayar pajak langsung,” kata Mohammad Hatta dalam otobiografinya, Untuk Negeriku. Mula Peristiwa Pada Oktober 1888, pemerintah Hindia Belanda mendapat panggilan dari pemerintah pusat di Den Haag. Mereka dimintai pertanggungjawaban atas penurunan budidaya kopi di wilayah Sumatra. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa pemerintah akan mengganti pajak pertanian dan menerapkan pajak perorangan kepada seluruh rakyat Minang. Itu dilakukan untuk menutupi kerugian akibat kualitas kopi dari Sumatra yang menurun dan pemasukkan dari cultuurstelsel (tanam paksa) yang terlampau kecil. Untuk menghindari konflik, Gubernur Sumatra Barat W.J.M. Michielsen menerapkan peraturan baru itu secara perlahan. Mulanya diadakan jajak pendapat untuk mendengar penilaian rakyat akan pajak perorangan yang bakal diberlakukan. “Praktis para wakil (rakyat) itu menolak membayar pajak karena ekonomi yang berat. Kalau toh ada yang tidak menentang, ini lebih disebabkan karena takut pada para penghulu kepala (baca: Belanda),” tulis Rusli Amran dalam Pemberontakan Pajak 1908 . Michielsen berusaha menjelaskan alasan pemerintah mengambil kebijakan itu. Namun rakyat tidak mendengarnya karena takut pajak itu akan memberatkan hidupnya. Pendekatan pemerintah yang tadinya berjalan damai berubah menjadi panas. Malah di beberapa tempat terjadi aksi anarkis yang membuat geram pemerintah. Gubernur tetap memberlakukan pajak perorangan. Dia memerintahkan tentara bersiaga manakala terjadi pemberontakan. Pada 1897, rakyat mulai bergerak menyebarkan berita perlawanan. Melalui para tokoh kharismatik, mereka berusaha mengumpulkan kekuatan dari berbagai daerah. Menurut laporan Residen Prins dalam “Surat Rahasia” No. 67 tahun 1897, salah satu tokoh yang merencanakan perlawanan adalah Tuanku Padangganting. Tuanku Padangganting merupakan bekas murid Tuanku Syekh Nuruddin dari Tilatang, yang dikenal sebagai ulama Kotolaweh. Tuanku Padangganting menyiapkan sekitar 600 orang Aceh di bawah pimpinan Teuku Husin. Dia berencana membuat kekacauan di Padangpanjang dan Padang pada 1 Agustus 1897. Rencana itu digagalkan setelah guru Tuanku Padangganting, Yunus Tuanku Sutan, membocorkannya. Pemerintah menangkap Tuanku Padangganting dan beberapa tokoh lainnya. Setelah peristiwa itu, Michielsen menerima instruksi dari Menteri Jajahan Negeri Belanda: “jangan dulu menjalankan pajak langsung berupa uang sebagai pengganti sistem kerja paksa kopi!” Belanda khawatir timbul perlawanan rakyat Minang saat mereka sedang memusatkan kekuatannya di Aceh. Puncak Perlawanan Sejak pemberontakan pertama digagalkan, ketegangan di Sumatra Barat terus meningkat. Pemerintah semakin memperketat penjagaan di sejumlah tempat, terutama Kamang, Agam, Tilatang, dan Banuampu. Namun, rakyat Minang semakin gencar merencanakan penyerangan. Pedagang asal Pahambatan (Agam), Angku Haji Saidi Mangkuto, menjadi tokoh penting dalam gerakan pemberontakan kedua. Dia beberapa kali menginisiasi rapat sembunyi para penghulu andiko (tokoh masyarakat) di Agam. Keyakinkan rakyat untuk menolak pajak pun semakin besar. Namun, seorang penghulu membocorkan informasi rapat sembunyi itu kepada pemerintah. Pada 22 Maret 1908, pemerintah menangkap para penghulu andiko. Tindakan itu memancing emosi rakyat Minang. Sekitar 3.000 penduduk turun ke jalan. “Di mana-mana beduk ditabuh memanggil penduduk berkumpul, ramai-ramai unjuk rasa ke Bukittinggi,” tulis Rusli. Mereka mendatangi kantor kontrolir menuntut pembebasan penghulu andiko sekaligus menegaskan penolakan membayar pajak. Untuk meredam kemarahan massa, pejabat setempat berjanji membebaskan para penghulu andiko pada 26 Maret 1908. Namun, saat hari yang dijanjikan tiba, para penghulu andiko malah dibawa ke penjara di Padang. Rakyat yang geram kembali unjuk rasa di Bukittinggi. Pemerintah menurunkan tentara bersenjata lengkap yang diizinkan bertindak keras. Akibatnya banyak rakyat terluka. Keadaan serupa terjadi di Laras Kamang. Daerah paling utara kecamatan Agam itu menjadi yang terdepan dalam menolak pajak. Tokoh Kamang, Kari Mudo, paling vokal menyuarakan penolakan. Dia mengajak rakyat agar tak mengeluarkan sepeser pun untuk pajak. Pada 20 April 1908, pejabat pemerintah datang ke Kamang untuk memberi tahu rencana pemungutan pajak perorangan. Namun, pejabat daerah Kamang yang prorakyat dianggap mempermalukan pemerintah. Bahkan pidato Kari Mudo, yang kemudian mati, telah menghina pemerintah. Merasa di atas angin, Kari Mudo mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat khususnya ulama untuk menghadapi Belanda. Termasuk Haji Abdul Manan, ulama terkemuka di Bukittinggi. Selama Mei-Juni, dia berhasil mengumpulkan massa yang sangat banyak dari berbagai daerah. “Haji Abdul Manan memberikan pidato terakhir sebelum konfrontasi lawan Belanda. Dia minta semua jangan ragu-ragu mati sahid,” tulis Rusli. Pada 16 Juni 1908, pemerintah mengeluarkan perintah menyerang Kamang. Tindakan itu diambil setelah mata-mata melaporkan bahwa penduduk Kamang telah menyusun rencana pemberontakan. Sebanyak tiga pasukan, masing-masing 50 tentara, dikerahkan dari Bukittinggi. Dari laporan kontrolir tanggal 25 Juni 1908 No. 1012/8, diketahui bahwa Kamang berubah menjadi medan pertempuran yang besar. Sekitar seribu orang penduduk bersenjata tajam menyerang tentara. Jumlah korban di pihak penduduk lebih dari 200 orang. Sementara korban tewas di pihak Belanda hanya sembilan orang. Namun sumber lain, 70 Tahun Perang Kamang Manggopoh: Peringatan Perlawanan Rakyat Indonesia di Minangkabau , menyebut tentara Belanda yang tewas tidak kurang dari 425 orang.
- Perang Bubat dan Dampaknya Buat Majapahit
TANAH lapang itu terletak di utara Kota Majapahit. Lapangan Bubat namanya. Tadinya tempat Raja Sunda, permaisuri, dan putrinya, serta para pengiring pengawalnya beristirahat seraya menunggu diterima Rasajanagara di Kedaton. Namun, di situ Raja Sunda dan putrinya menemui ajal. Pernikahan Hayam Wuruk dengan Sang Putri Sunda batal. Cintanya terpaksa diperabukan. Setelah peristiwa di Bubat itu, para petinggi keraton cemas. Semua orang menuding Mahapatih Gajah Mada biang keladinya. Bersama Sang Prabu, mereka meminta Gajah Mada menjelaskan tindakannya. Dia menjawab bahwa kebijakannya mensyaratkan agar setiap raja kecil mengakui kedudukan sebagai bawahan Majapahit sebelum menikmati hak-hak istimewa sebagai anggota imperium. “Jika Raja Sunda tak sudi menerima ketentuan itu, sudah seharusnya ia tidak menerima lamaran terhadap putrinya dan tidak pula berlayar ke Majapahit bersama rombongan besar, seolah-olah pernikahan itu melibatkan pihak-pihak yang sederajat,” kata Gajah Mada. Namun, Gajah Mada mengakui sudah seharusnya dia terlibat dalam perundingan perkawinan itu sejak awal untuk meluruskan segala kesalahpahaman. Jauh sebelum rombongan pengantin berlayar dari Sunda. Keraton Majapahit menyimpulkan ada beberapa orang bersalah dalam menangani urusan pernikahan itu. Namun yang paling bertanggung jawab secara langsung adalah Gajah Mada. Begitulah intepretasi Earl Drake, sejarawan mantan Duta Besar Kanada di Indonesia tentang peristiwa di Bubat. Dalam Gayatri Rajapatni, Earl Drake menilai Gajah Mada kemudian menyesali kesalahannya dan meminta maaf dengan cara memohon cuti panjang yang akan dihabiskan di tanah miliknya di desa. Tragedi di Bubat, menurut Pararaton terjadi pada 1279 Saka atau 1357. Menurut Drake, peristiwa ini adalah malapetaka besar bagi Sunda. Di sisi lain, mendorong Majapahit merefleksi diri. Ada dampak positif setelahnya. Drake melihat Raja Hayam Wuruk menjadi tergugah dan berusaha untuk tidak lagi terlalu menggantungkan diri pada Gajah Mada dalam mengambil keputusan sulit di pemerintahan. Dia mulai langsung terlibat di dalamnya. Hayam Wuruk mencetuskan sistem pemerintahan baru. Dia membuat penguasa dapat memainkan peranan aktif secara langsung. Dia meminta pertimbangan dari keluarga dan pejabat senior sebelum mengambil keputusan vital. “Ia melakukan serangkaian perjalanan ke berbagai daerah agar mengetahui isu-isu hangat di masyarakat,” kata Drake. Salah satu caranya seperti digambarkan Prapanca dalam Nagakretagama tentang lawatan Hayam Wuruk ke Lamajang. Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakretagama menjelaskan, Sang Prabu dengan membawa rombongan kerajaan bertolak dari ibukota Majapahit pada 1359 M. Dalam perjalanannya, dia melewati Kunir dan Basini terus ke Sadeng. Padahal, 28 tahun sebelumnya, Sadeng salah satu wilayah yang memberontak kepada Majapahit. “Lawatan itu rupanya menjadi salah satu cara diplomatik Hayam Wuruk merekatkan kembali hubungan dengan wilayah bawahannya,” catat Muljana. Namun, tanggapan atas pendekatan baru sang raja tak ditemukan dalam Kidung Sunda, salah satu sumber kisah Perang Bubat, melainkan hanya dalam Nagarakrtagama. Tentu saja, kata Drake, Prapanca tak bisa menandingi kejujuran si pendongeng Kidung Sunda yang telah menuturkan peristiwa Bubat dari sudut pandang yang tidak menguntungkan bagi raja dan mahapatihnya. Dalam Nagarakrtagama , peristiwa Bubat hanya disebut samar-samar. “Kendati begitu, Prapanca sangat fasih mendedahkan secara detil soal Hayam Wuruk muda yang menghayati nasihat ibunya dan belajar menjadi raja yang selalu hati-hati dan berbudi,” jelas Drake. Tak demikian halnya dengan Gajah Mada. Ia memang pernah menjabat sebagai Mahapatih yang tangguh dalam pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi. Setelah kematian Gayatri, ibu Tribhuwana, pada 1350 rekam jejak Mahapatih legendaris itu pun mengalami pasang surut. Nama baiknya hancur dalam peristiwa Bubat. “Corak kepemimpinannya yang dominan berhasil, karena sifatnya yang menggebu-gebu dan tak sabaran itu disalurkan menjadi prestasi gemilang oleh seorang sosok kuat di keraton seperti ibu suri Gayatri,” ujar Drake. Karena alasan itulah, menurutnya, keluarga raja membentuk dewan menteri yang baru pada 1357 sewaktu Gajah Mada menikmati cuti panjang. “Para pangeran menarik kesimpulan bahwa tak seorang pun mampu menggantikan Mahapatih Gajah Mada sehingga akhirnya menciptakan suatu dewan menteri yang dipimpin oleh menteri paling senior,” katanya. Sebaliknya, Pararaton terkesan tak menyalahkan mahapatih itu. Naskah itu menyatakan setelah peristiwa Bubat yang bersamaan waktunya dengan penyerangan tentara Majapahit ke Dompo, Gajah Mada menikmati masa istirahat setelah sebelas tahun menjabat patih amangkubhumi . Dengan kata lain, menurut Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada, Biografi Politik, Gajah Mada masih berperan di Majapahit setelah peristiwa Bubat. “Dapat ditafsirkan Gajah Mada yang memimpin serangan ke Dompo. Pada 1364 Gajah Mada meninggal,” kata dia. Terlepas dari itu, kata Drake, sejak peristiwa Bubat, nampaknya tak ada keraguan kalau rakyat terkesan dengan pemerintahan Hayam Wuruk yang lebih terbuka.*
- Kekangan Dinasti Ming terhadap Muslim
RAMADAN tahun ini saya berpuasa di Anhui, salah satu provinsi di China bagian timur tempat lahir Zhu Yuanzhang (1328–1398), petani miskin yang kelak menjadi kaisar pertama ( taizu ) Dinasti Ming. Sejak proses pendiriannya, Dinasti Ming boleh dikata memiliki pertalian yang cukup erat dengan Islam.
- Siapakah Molotov yang Jadi Nama Bom
Polda Jawa Timur mengamankan tiga mini bus yang membawa rombongan yang diduga akan mengikuti aksi 22 Mei di Jakarta. Saat diperiksa di mobil itu ditemukan cairan dan botol yang diduga bom molotov. “Ada empat botol. Ada satu kotak lain, belum kami lihat. Barang itu tadi, kalau saya lihat, botol yang berbau minyak tanah, semacam bom molotov, kita akan dalami ini,” kata Irjen Pol. Luki Hermawan, Kapolda Jawa Timur, dikutip kumparan.com . Dengan membawa bom molotov, rasanya people power itu akan jauh dari aksi damai. Bagaimana sejarah bom molotov dan siapa Molotov? Bom molotov diciptakan orang-orang Finlandia untuk mengejek Vyacheslav Molotov, Menteri Luar Negeri Uni Soviet. Dalam rbth.com , Oleg Yegorov menulis selama Perang Musim Dingin 1939-1940, Finlandia menggunakan bom bensin untuk membakar tank dan truk Uni Soviet. Botol itu diisi dengan campuran etanol, tar, dan bensin, dan dijuluki bom molotov. Itu adalah “minuman untuk makanan” karena Molotov biasa menyatakan bahwa Uni Soviet menjatuhkan makanan di Finlandia. Sehingga bom yang dijatuhkan di Finlandia secara ironis disebut “keranjang roti Molotov”. Perang Uni Soviet-Jerman Molotov kemudian berperan dalam perjanjian tak saling serang dengan Jerman. Dia menandatangani pakta non-agresi itu dengan Menteri Luar Negeri Jerman, Joachim von Ribbentrop, pada 23 Agustus 1939. Namun, perjanjian itu, menurut Michael H. Hart, sebenarnya merupakan aliansi ofensif di mana kedua diktator (Stalin dan Hitler) bersepakat membagi Polandia di antara mereka. “Sembilan hari kemudian (dari perjanjian non-agresi), Jerman menyerang Polandia dan 16 hari setelah itu, Uni Soviet melakukan hal serupa. Walau Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman, Polandia dengan cepat ditaklukkan,” tulis Hart. Hart terus terang merasa muak menempatkan Adolf Hitler pada urutan ke-39 dalam bukunya, 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah . “Tapi, kita tidak bisa menghindari fakta bahwa Hitler memiliki pengaruh sangat besar terhadap kehidupan begitu banyak orang,” tulis Hart. Dan pengaruhnya dalam sejarah adalah mengakibatkan kematian sekitar 35 juta orang. Termasuk jutaan rakyat Uni Soviet. Pada 22 Juni 1941, Hitler melanggar pakta non-agresi dengan melancarkan Operasi Barbaross (Janggut Merah) terhadap Uni Soviet. “Meskipun Uni Soviet menaati isi pakta, Hitler secara rahasia mengadakan persiapan invasi. Hitler mengincar negara itu karena baginya Uni Soviet merupakan ruang hidup atau lebenstraum Jerman di masa mendatang,” demikian disebut dalam Speeches That Changed the World . Pada pukul 03.00 dini hari, tiga setengah juta tentara Jerman, Rumania, Finlandia, dan negara-negara poros (pendukung Jerman, baik sukarela maupun dipaksa) berbondong-bondong menyeberangi perbatasan Uni Soviet. Hanya pada satu malam pertama, Uni Soviet kehilangan satu juta nyawa. Ketika invasi itu terjadi, Stalin justru menghilang dan membiarkan Molotov tampil menggalang semangat bangsa Uni Soviet melalui pidato yang disiarkan di radio. Dalam pidatonya, Molotov menyebut serangan mendadak Jerman merupakan pengkhianatan terbesar dalam sejarah bangsa-bangsa beradab. Perang ini telah dipaksakan oleh sekelompok penguasa fasis Jerman yang haus darah. Menariknya, Molotov seakan meramalkan bahwa Hitler akan mengulangi kekalahan Napoleon Bonaparte. “Hal yang sama (kekalahan) akan dialami Hitler, yang bertolak dari kesombongannya telah mengobarkan perang terhadap negara kami.” Benar saja. Setelah bertahan mati-matian di Stalingrad (kini Volgograd), kota industri di selatan Uni Soviet, Jerman menyerah pada 2 Februari 1943. Setelah itu, Jerman masih terus melakukan perlawanan sampai menyerah pada 1945. Palu Jadi Bom Molotov lahir pada 9 Maret 1890 di Kukarka (kini Sovetsk), Rusia, dengan nama Vyacheclav Skryabin. Nama keluarganya, Skryabin punya pertalian darah dengan komposer terkemuka Uni Soviet, Alexander Skryabin. Sejak akif dalam gerakan Bolshevik di tahun 1906, dia menggunakan nama samaran Molotov; molot dalam Bahasa Rusia berarti "palu". Molotov sempat ditahan dan diasingkan selama dua tahun di wilayah utara Uni Soviet. Sekembalinya dari pengasingan, dia bergabung dengan Pravda , koran milik Bolshevik. Di sana dia bertemu Stalin dan menjadi sekretaris dewan redaksi. Dia kemudian menjadi anggota komite revolusioner militer yang merencanakan perebutan kekuasaan dalam Revolusi Bolshevik 1917. Pada 1926, Molotov menjadi anggota penuh Politbiro Partai Komunis Uni Soviet dan selama 1928-1930 dia membantu memberesihkan partai dari orang-orang anti-Stalin. Dia menjabat Menteri Luar Negeri dua periode: 1939-1949 dan 1953-1956. Karier politik Molotov meredup setelah bertikai dengan Perdana Menteri Nikita Khrushchev pada 1957. Jabatan-jabatannya di partai dan pemerintahan dicopot. Dia disingkirkan dari Comite Central Partai Komunis Uni Soviet. Dia sempat ditugaskan sebagai duta besar di Mongolia dan utusan pada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina. Molotov sempat dipecat sebagai anggota partai pada 1962, namun kemudian dipulihkan pada 1984. Dia meninggal pada 8 November 1986.





















