top of page

Sejarah Indonesia

Abu Sinabung Kembali

Abu Sinabung Kembali Membubung

Gunung api tertinggi di Sumatera Utara ini aktif bererupsi setelah ratusan tahun lamanya tertidur. 

11 Juni 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Gunung Sinabung, gunung api tertinggi di Sumatera Utara yang terletak di Kabupaten Karo. Sumber: common wikimedia.

GUNUNG Sinabung lagi-lagi menyemburkan awan panasnya. Dalam beberapa tahun terakhir, Sinabung memang cukup sering memperlihatkan aktivitasnya. Terkini, gunung api tertinggi di Sumatera Utara itu kembali meletus pada minggu kemarin (09/06). Letusan disertai suara gemuruh dan awan panas  ke arah tenggara 3,5 km dan selatan 3 km. Erupsi berlangsung selama 9 menit. Ketinggian abu mencapai 7 km. Ini tergolong cukup tinggi.


Melansir info dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), letusan kali ini belum memakan korban jiwa. Masyarakat sudah terbiasa melihat letusan gunung Sinabung sehingga sudah paham perilaku erupsi dan tidak panik melihat letusan. Sampai saat ini, status Sinabung ada di siaga level tiga dan berada di zona merah.


Gunung Sinabung memuntahkan awan panas, 9 Juli 2019. Foto:Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Gunung Sinabung memuntahkan awan panas, 9 Juli 2019. Foto:Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Sinabung terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunung ini merupakan jenis gunung api strato berbentuk kerucut. Puncaknya berada di ketinggian 2451 meter diatas permukaan laut. Orang-orang suku Karo menyebutnya Deleng Sinabung.


Berhadapan garis lurus dari Gunung Sinabung terdapat gunung Sibayak, gunung api tertinggi kedua (2212 mdpl) di Sumatera Utara. Jika dilihat kasat mata, gunung Sinabung kurang simetris kakinya, sementara gunung Sibayak ada bopeng di puncaknya. Dalam kepercayaan lama masyarakat Karo, kedua gunung ini saling terkait.


Letusan hebat Gunung Sinabung terjadi pada 1600. Letusan itu melululantakkan dataran tinggi Tanah Karo. Kampung-kampung di lereng gunung tertimbun abu vulkanik akibat erupsi. Banyak korban jiwa yang meninggal. Bencana itu menyebabkan populasi suku Karo jadi lebih sedikit ketimbang suku Batak. 


Menurut Brahma Putro dalam Sejarah Karo dari Zaman ke Zaman Jilid 1, karena mengerikannya peristiwa letusan itu lahirlah cerita rakyat tentang Gunung Sinabung dan Sibayak. Dikisahkan bahwa Dewa Raja Umang Gunung Sinabung dan Dewa Raja Umang Gunung Sibayak berkelahi dengan hebatnya. Mereka memperebutkan Dewi Ratu Gunung Barus.


“Akhirnya Dewa Raja Umang Gunung Sinabung dengan kesaktiannya memancung kepala gunung Sibayak dan putus, terbang ke dekat kampung Kaban yang dinamai sekarang Deleng Sikutu, sedang kaki gunung Sinabung dipancung oleh Dewa Raja Gunung Sibayak,” tulis Brahma Putro.


Asap Erupsi Gunung Sinabung di Pagi Hari. Foto: common wikimedia.
Asap Erupsi Gunung Sinabung di Pagi Hari. Foto: common wikimedia.

Gunung Sinabung menjinak setelah letusan dahsyatnya. Meski muntahan vulkaniknya menjadi bencana alam, kawasan gunung Sinabung termasuk salah satu lahan paling subur di Tanah Karo.  Selama beratus tahun kemudian, Sinabung tidak lagi beraktivitas. Sebaliknya, Sibayak masih terus aktif.    

Di masa pendudukan Jepang, para serdadu Jepang menyaksikan Sinabung dengan takjub. Puncaknya kerap kali tertutupi oleh awan putih. Takao Fusayama, seorang perwira intelijen Jepang yang pernah bertugas di Tanah Karo dalam memoarnya A Japanese Memoir of Sumatra, 1945--1946: Love and Hatred in the Liberation Warmenyandingkan Sinabung sebagai gunung Fuji-nya Sumatera.  


Pesona yang sama tentang Sinabung juga diuraikan putra Karo kenamaan, Mangku Sitepu. “Ketika puncaknya tidak tertutup awan, gunung ini sangat indah dipandang dari kejauhan, meskipun sebenarnya gunung berapi ini penuh dengan jurang yang curam,” tulis Mangku dalam Corat-coret Anak Desa Berprofesi Ganda.


Begitu lamanya Sinabung istirahat. Masyarakat sekitar sempat menyangka gunung itu sudah tidak aktif lagi. Sekira 17 desa berada di kaki gunung Sinabung. Penduduknya menggantungkan kehidupann dari hasil tanah yang subur untuk bercocok tanam . Namun, dari segi wisata, Sinabung masih kalah dengan saudaranya, Sibayak yang kerap jadi destinasi wisata pendakian.  


“Para turis alam sering mendaki puncak gunung Sibayak. Sementara itu, kurang diketahui apakah pendakian gunung Sinabung pernah dilakukan,” tulis Bungaran Antonius Simanjuntak, dkk dalam Sejarah Pariwisata: Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia.


Pada 2010, Sinabung bangun dari tidurnya. Tanggal 29 Agustus, Sinabung menyemburkan awan panas dan meletus pada 7 September. Sebanyak 12 ribu warga terpaksa harus mengungsi. Pada 2013, Sinabung kembali meletus. Dan sejak itu, setiap tahun, Sinabung selalu “batuk” memuntahkan isi perutnya sampai saat ini.   



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Ayah Zohran Mamdani pernah diusir Diktator Idi Amin. Karya-karyanya menyinggung Afrika pasca-kolonial hingga hukum adat di Indonesia.
Setelah Lama Berpuasa

Setelah Lama Berpuasa

Setelah Orde Baru tumbang, partai-partai berbasis NU didirikan dan berebut suara warga nahdliyin. Tak semuanya bertahan.
Warisan Jaringan Gas Kolonial

Warisan Jaringan Gas Kolonial

Sempat mandeg karena perang, perusahaan gas Belanda beroperasi kembali tapi kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bagaimana nasib warisan kolonial ini?
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
NU Seteru Orde Baru

NU Seteru Orde Baru

Nahdlatul Ulama berperan dalam lahirnya Orde Baru. Namun, NU melawan rezim militer itu karena menganggap Islam sebagai kekuatan yang membahayakan bagi kekuasaan.
bottom of page