- Annisa Mardiani
- 5 Agu 2012
- 3 menit membaca
Diperbarui: 16 jam yang lalu
BAGI Mama Ida, penamaan sebagai orang Kamoro atau “orang Hidup” merasa ditiadakan, tanpa ciri dan karakter budaya. Orang Kamoro merupakan idiom yang digunakan bagi mereka yang telah mati untuk menunjuk manusia yang masih ada di bumi. Maka, nama yang benar untuk suku mereka adalah orang Mumuika (Mumuika we), yaitu orang yang berasal dari kali yang sedang banjir. Sesuai dengan folklore yang mereka meyakini bahwa mereka turun bersamaan dengan air berbuih yang diakibatkan oleh banjir dan menetap di Delta Kokonao dan meneruskan keturunan.
Seiring berjalan waktu, seorang pendatang menanyakan, “Siapa kalian?” “Kami Mumuika we (kami orang Mumuika,” jawab penduduk setempat. Lelaki itu masih tak percaya, “Kalian ini apa?” “Kami Kamoro we (kami orang Kamoro), kami orang-orang yang hidup,” jawab penduduk. Jadi, Mumuika digunakan untuk mengidentifikasi diri mereka, dan Kamoro sebagai identifikasi diri dalam konteks pertemuan dengan dunia luar.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












