top of page

Sejarah Indonesia

Menengok Cerita Dalam Tari Golek Ayun Ayun

Menengok Cerita dalam Tari Golek Ayun-ayun

Sebagai salah satu dari varian genre tari Golek di Yogyakarta, tari Golek Ayun-ayun awalnya ditampilkan satu orang. Kerap ditampilkan dalam misi budaya.

Oleh :
22 Desember 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Tari Golek Ayun-ayun Panggung FKY 4 September 2016, Foto oleh : Nanang Setiawawan (instagram.com/aonekoe)

Delapan penari berjalan memasuki Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, Yogyakarta. Kain batik motif parang dan rompi beludru berwarna hijau membalut tubuh mereka. Jamang (sejenis mahkota terbuat dari kulit kerbau) lengkap dengan bulu-bulu menghiasi bagian kepala para penari. Aksesoris-aksesoris cantik seperti cunduk mentul, kalung sungsun, giwang, dan klat bahu yang melekat pada tubuh makin mempercantik penampilan mereka.


Para penari tersebut tampil usai akad nikah putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep bersama Erina Gundono. Mereka membawakan tari Golek Ayun-ayun, sesaat sebelum prosesi adat panggih dilaksanakan pada 10 Desember 2022.


Tari Golek adalah salah satu jenis tari klasik asal Yogyakarta. Tari ini sebenarnya merupakan tari tunggal sehingga jumlah penari dalam setiap penampilan hanya satu orang.


“Jenis tarian tunggal putri yang lahir di lingkungan tari Istana yang mempergunakan acuan gerak tari ‘ledek’ yang kerakyatan, tergarap dan terangkat penuh stilisasi,” kata R.M. Wisnoe Wardhana, seniman tari Yogyakarta, dalam “Tari Tunggal, Beksan dan Tarian Sakral Gaya Yogyakarta”, termuat di buku Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta



Kemunculan tari golek tidak terlepas dari kiprah Sultan Hamengkubuwono VII ketika belum diangkat menjadi sultan dan masih bernama Pangeran Mangkubumi.


“Pangeran Mangkubumi (Putra Hamengku Buwono VI) menciptakan tari Golek tunggal yang ditarikan pada akhir pergelaran Langendriya,” tulis ahli tari Jawa Klasik Ben Suharto dalam Perkembangan Tari Klasik Gaya Yogyakarta.


Penciptaan tari golek terinspirasi dari pementasan wayang golek pada bagian penutup pergelaran wayang kulit. Selain itu, istilah “golek” digunakan dengan harapan agar penonton mau mencari tahu sendiri makna dalam cerita yang baru saja ditampilkan. Dalam bahasa Jawa, golek artinya mencari.


Seiring berjalannya waktu, tari golek juga ditampilkan secara berkelompok. Kejadian ini ditandai oleh penampilan tari golek yang tidak selalu ditampilkan usai pagelaran Langendriya.

 

“Tahun 1908 berkembang menjadi tarian lepas yang berfungsi sebagai tontonan/hiburan yang selaras dengan masyarakat pendukungnya, tari golek diangkat menjadi tari klasik istana pada tahun 1916,” kata empu tari klasik Yogyakarta R. Sasmintadipura, dikutip Wiwiek Diani Wijayanti dalam tugas akhir Penyaji Tari ISI Yogyakarta dengan judul “Tari Golek Ayun-ayun”.


Tari golek kemudian memiliki bermacam varian dengan nama berbeda-beda. Nama varian biasanya diambil dari gending pengiring tari golek yang dipentaskan. Tak terkecuali tari Golek Ayun-ayun. Nama gending yang mengiringi tari tersebut dikenal dengan Ladrang Ayun-ayun.


Tari Golek Ayun-ayun diciptakan oleh maestro tari klasik Yogyakarta Raden Riya Sasmintadipura. Ia merupakan abdi dalem di Keraton Yogyakarta dengan gelar dan nama Raden Bekel Sasminta Mardawa. Kecintaannya terhadap tari gaya Yogyakarta mendorongnya mendirikan organisasi tari klasik Mardawa Budaya. Berbagai jenis tari yang berkiblat pada genre tari klasik Yogyakarta ia ciptakan.


Nama asli tari Golek Ayun-ayun adalah Golek Nawung Asmara. Namun, para guru tari dan masyarakat lebih familiar dengan Golek Ayun-ayun karena judul gending yang mengiringi. Tarian ini awalnya dibuat sebagai salah satu cara diplomasi budaya di luar negara Indonesia.

“Tari Golek Ayun-ayun diciptakan/dipersiapkan khusus untuk  EXPO di Jepang (misi kesenian) pada tahun 1970, penari pertama kali B.R.Adj Sri Muryawati,” kata Sasmintadipura.



Menurut peneliti tari Sal Murgiyanto, tari Golek Ayun-ayun kemudian kerap ditampilkan dalam misi budaya di berbagai negara. Pada 1981, misalnya, penari asal Yogyakarta Alexia Maria Endang Nrangwesti membawakan tari ini dalam pembukaan Konferensi Tahunan Asian Dance Association di Seoul, Korea Selatan. Penari yang sama kembali membawakan tari Golek Ayun-ayun dalam misi budaya di Taipei International Dance Festival tahun 1995.


Tari Golek Ayun-ayun berkembang secara masif di wilayah Yogyakarta. Salah satu penyebabnya karena tari Golek Ayun-Ayun dijadikan materi ajar di lembaga pelatihan tari klasik gaya Yogyakarta Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa dan kemudian lembaga-lembaga belajar tari formal maupun informal di Yogyakarta.


Durasi lebih singkat dari genre tari golek ala istana membuat tari Golek Ayun-ayun lebih mudah dipelajari. Selain itu, tari Golek Ayun-ayun juga dianggap lebih dinamis karena memiliki tiga versi berbeda: versi durasi sekira 15 menit, versi 7 menit, dan versi 5 menit. Perbedaan durasi ini mempermudah penyesuaian dengan kebutuhan yang ada.


Fleksibilitas Golek Ayun-ayun membuatnya populer sehingga dapat dijumpai di berbagai perayaan. Selain bisa dinikmati dalam pembukaan paket wisata di dalam keraton Yogyakarta, Golek Ayun-ayun dapat dijumpai di acara-acara di luar keraton, semisal pesta rakyat, penyambutan tamu dalam pembukaan acara penting, dan juga pengiring pengantin.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page