top of page

Sejarah Indonesia

Suami Istri Pejuang Kemanusiaan

Suami Istri Pejuang Kemanusiaan

Darmini dan Harsono hingga usia lanjut turut berpartisipasi dalam aksi dan solidaritas menentang penindasan oleh penguasa di Indonesia, Filipina, dan berbagai negara lainnya.

30 Desember 2023
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Darmini Harsono Diran disemayamkan di rumah duka. (Istimewa).

NAMA Darmini Harsono Diran terasa asing bagi orang Indonesia. Salah satu alasannya karena wanita yang dikenal sebagai seorang internasionalis itu telah lama tinggal di Belanda. Lantas siapa Ibu Darmini?


Tak banyak informasi yang dapat ditemukan mengenai latar belakang Darmini. Namun yang pasti ia merupakan sosok yang gigih dalam menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak rakyat tertindas. Lahir di masa kolonial Belanda, semangat perjuangan seorang putri Pakubuwono ini telah muncul sejakbelia.


Surat kabar Belanda, Trouw, 21 Maret 2002, melaporkan pada 1940-an, Darmini turut ambil bagian dalam melawan tentara Belanda di Jawa. Bersama kawan-kawan seperjuangan, ia membantu para petani di desa-desa yang dibom untuk mengorganisir diri mereka sendiri.


Semangat perjuangan Darmini tak luntur meskiharus meninggalkan Indonesia setelah meletusnya peristiwa 30 September 1965. Sejak tiba di Belanda pada 1970-an, Darmini bersama suami, Soedirdjo Harsono berpartisipasi dalam banyak kegiatan mendukung perjuanganrakyattertindas di Filipina, Jerman Timur, Kuba, Venezuela, RRC, Palestina, dan negara-negara lainnya.



Menurut Ibrahim Isa, tokoh eksil Indonesiadi Belanda,pasangan suamiistri tersebut turut aktif dalam Aksi Setiakawan. Dalam organisasi tersebut keduanya kerap menyuarakan kritik terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Mereka kerap melakukan aksi-aksi pembelaan terhadap korban peristiwa 1965.


“Aksi Setiakawan menggalang solidaritas internasional terhadap perjuangan rakyat kita melawan Orba. Dalam semua kegiatan tersebut bersama kawan-kawan lainnya, Bung Hary (panggilan Harsono, red.) dan Zus Darmini, senantiasa berada di barisan depan. Juga dalam aksi-aksi konkret massa yang diorganisir oleh berbagai organisasi progresif lainnya di Belanda dan Eropa,” tulis Ibrahim Isa dalam blognya.


Darmini yang menguasai bahasa Inggris, Belanda, Prancis, dan Jerman, serta Harsono yang memiliki pengalaman dalam penerbitan juga aktif menyebarkan informasi mengenai situasi di Indonesia agar kawan-kawan sesama orang Indonesia yang tinggal di Belanda dan berbagai negara Eropa, tetap dapat mengetahui kondisi di tanah air.


Soedirdjo Harsono dan Darmini Diran. (Istimewa).
Soedirdjo Harsono dan Darmini Diran. (Istimewa).

Seperti Darmini, Harsono juga tak asing dengan pergerakan dan perjuangan rakyat Indonesia. Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949, ia turut ambil bagian dalam upaya pembebasan Irian Barat. Selain itu, di masa pemerintahan Presiden Sukarno, Harsono juga ikut berperan dalam merintis hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kuba.


Ketua National Democratic Front of the Philippine (NDFP), Julieta De Lima dan kawan-kawannya di organisasi tersebut, mengenang bahwa Darmini dan Harsono menyumbangkan tenaga, waktu, dan sumber daya untuk mendukung berbagai kegiatan yang mengedepankan isu-isu penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat Filipina serta tuntutan mereka untuk pembebasan nasional dan sosial melawan kapitalisme monopoli asing, feodalisme, dan kapitalisme birokrat. Oleh karena itu, keduanya kerap ikut dalam sejumlah aksi yang diselenggarakan di depan Kedutaan Besar Filipina maupun di beberapa tempat lainnya.



“Dalam demonstrasi di Amsterdam atau Den Haag, Darmini dan Harsono selalu hadir, baik dalam keadaan hujan maupun panas. Mereka membawa roti lapis dan kopi dalam termos untuk menghemat biaya. Pasangan suami istri itu tanpa pamrih menyumbangkan sebagian dari uang kesejahteraan sosial mereka yang jumlahnya tak banyak untuk membantu operasional bulanan Kantor Informasi NDFP, dan dengan murah hati menyumbangkan sedikit uang yang mereka miliki setiap kali ada seruan untuk menyumbang bagi perjuangan, kampanye dan proyek-proyek hak asasi manusia,” demikian dikutip dari artikel NDFP yang berisi penghormatan untuk Darmini.


Pada suatu demonstrasi protes terhadap Presiden Filipina Fidel Ramos, yang kala itu tengah berkunjung ke Belanda, Harsono mengenakan “barong tagalog” (pakaian khas Filipina yang populer untuk pria), dan membuat dirinya terlihat seperti Ramos. Ia bahkan turut mengisap cerutu seperti Ramos, sementara Darmini bergabung dengan warga Filipina lainnya untuk menggambarkan konfrontasi antara rakyat dan Ramos. Aksi protes ini sukses menarik perhatian publik Belanda karena sejumlah koran besar memberitakannya. Kehadiran pasangan suami istri ini juga mencuri atensi karena, meski usia keduanya sudah lanjut, kehadiran dan solidaritas mereka menjadi inspirasi bagi para aktivis muda.



Semangat tak kenal lelah Darmini dan Harsono dalam menyuarakan isu-isu kemanusiaan di berbagai negara, khususnya Filipina membuat keduanya diberi penghargaan oleh NDFP pada 2008. Setahun berselang, Harsono tutup usia. Pemakamannya pada 27 Agustus 2009 dihadiri ratusan kawan dari Indonesia, Belanda, Filipina, Jerman, dan sejumlah negara lainnya.


Empat belas tahun kemudian, Darmini menyusul Harsono. Dalam artikel NDFP disebutkan bahwa wanita pejuang kemanusiaan ini meninggal dunia pada 19 Desember 2023 di Amsterdam, Belanda.Kawan-kawan dan 50-an hadirin mengantarnya menuju keabadian.


Meski telah tiada, semangat Darmini dan Harsono akan menjadi teladan daninsipirasi dalam perjuangan untuk kebebasan, demokrasi, keadilan sosial, dan perdamaian.*

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Modderlust, Tempat Tongkrongan Perwira AL di Masa Lalu

Modderlust, Tempat Tongkrongan Perwira AL di Masa Lalu

Sudah tak berbekas, tempat yang kini berdiri Tugu Jangkar dulunya merupakan Sociteit Modderlust, tempat tongkrongan favorit perwira. Sempat pula menjadi markas BKR Laut.
Alkisah Aksi Asusila di Stadion yang Bikin Viral

Alkisah Aksi Asusila di Stadion yang Bikin Viral

Insiden suara desahan di GBK berujung permintaan maaf dan teguran keras. Di LA, sejoli yang berlaku cabul saat menonton di stadion diganjar hukuman jauh lebih berat.
Persaudaraan Setia Hati pada Masa Pendudukan Jepang

Persaudaraan Setia Hati pada Masa Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, ada upaya standarisasi silat di bawah guru Setia Hati. Pengawal pertama Sukarno dan Mohammad Hatta dipilih dari pendekar silat.
Hitam Manis Kecap Indonesia

Hitam Manis Kecap Indonesia

Kecap manis asli dari Indonesia. Ia teman setia berbagai masakan khas Nusantara.
Melawan Lupa Peristiwa Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Melawan Lupa Peristiwa Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Selain melakukan upaya melawan lupa terhadap kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998, masyarakat juga perlu memastikan bahwa narasi sejarah tidak dijadikan alat untuk melegitimasi kekuasaan.
bottom of page