top of page

Sejarah Indonesia

Warna Warni Mudik Lebaran Tahun Ini Di Jakarta

Warna-warni Mudik Lebaran Tahun Ini di Jakarta

Kisah suka-duka mudik Lebaran tahun ini. Dilarang karena pandemi membuat ribuan orang berbondong-bondong pulang kampung lebih awal.

8 Mei 2021

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ratusan orang memadati stasiun Pasar Senen untuk mudik Lebaran tahun 2021. (Fernando Randy/Historia.id).

Orang Indonesia begitu semangat memasuki bulan suci Ramadan. Salah satunya kegiatan pulang ke kampung halaman atau lebih dikenal dengan istilah mudik. Kata mudik berasal dari kata udik yang artinya hulu. Alkisah, pada zaman dahulu sebelum migrasi urban terjadi di kota-kota besar Indonesia, banyak wilayah kampung disebut udik. Ini misalnya tersua di Batavia. Berbagai hasil pangan diambil dari wilayah-wilayah di luar tembok kota di selatan atau wilayahhulu (udik). Para petani tersebut membawa hasil pangan mereka untuk dijual melalui sungai di wilayah hilir (kota) dari sanalah kemudian tercipta istilah hilir-mudik. 


Mudik berkembang di berbagai negara terutama yang penduduknya mayoritas muslim dan Indonesia termasuk didalamnya. Mudik di Indonesia menjadi tradisi tahunan jelang Lebaran. Itulah kesempatan bagi masyarakat untuk bertatap muka dengan sanak saudara, berpisah sebentar dari kepenatan kota tempat mereka bekerja.



Suasana mudik tahun 1977 di Pulo Gadung. (Perpusnas RI).
Suasana mudik tahun 1977 di Pulo Gadung. (Perpusnas RI).

Situasi agak berbeda dalam dua tahun ini akibat pandemi Covid-19. Pemerintah kembali mengeluarkan larangan mudik tahun ini seperti pada tahun 2020 lalu. Larangan berlaku mulai 6 sampai 17 Mei.Alasannya untuk menekan penularan Covid-19.


Bila menengok ke belakang, larangan mudik bukan kali ini terjadi. Larangan mudik pernah berlaku pula pada 1946, ketika kondisi keamanan dalam negeri tidak kondusif. Faktor utamanya adalah kontak senjata antara para pejuang Indonesia dengan Belanda dan Inggris masih berlangsung di berbagai daerah. Hal itu membuat mudik menjadi tidak mungkin bagi masyarakat saat itu.



Suasana mudik di Pulo Gadung dan Gambir. (Perpusnas RI).
Suasana mudik di Pulo Gadung dan Gambir. (Perpusnas RI).

Ratusan orang memadati stasiun Senen dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).
Ratusan orang memadati stasiun Senen dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).

Para penumpang saat memadati stasiun Senen dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).
Para penumpang saat memadati stasiun Senen dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).

Stasiun Pasar Senen yang memang menjadi tempat favorit para pemudik sejak dulu. (Fernando Randy/Historia.id).
Stasiun Pasar Senen yang memang menjadi tempat favorit para pemudik sejak dulu. (Fernando Randy/Historia.id).

Ratusan orang memadati stasiun Senen dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).
Ratusan orang memadati stasiun Senen dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).

Kali ini situasi serupa terulang meski tidak persis sama. Orang-orang yang merantau ke kota-kota besar di Indonesia berbondong-bondong memenuhi stasiun kereta api untuk pulang lebih dahulu sebelum larangan berlaku. Untuk mudik kali ini, mereka juga harus menyiapkan waktu dan biaya tambahan untuk serangkaian tes seperti PCR, GeNose, atau Rapid Antigen.


“Walaupun ribet dan lelah, tidak apa-apa karena sudah hampir 2 tahun tidak pulang kampung,” ujar Shalim (28), salah satu penumpang kereta di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.



Para penumpang yang melakukan tes GeNose di stasiun Senen. (Fernando Randy/Historia.id).
Para penumpang yang melakukan tes GeNose di stasiun Senen. (Fernando Randy/Historia.id).

Seorang anak bermain di stasiun Senen saat momen mudik tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).
Seorang anak bermain di stasiun Senen saat momen mudik tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).

Suasana serupa juga tampak diTerminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. Selain aktivitas berbagai bus AKAP dalam melayani penumpang untuk berbagai rute, ada juga beberapa supir yang mengeluh karena sepi penumpang.


“Sudah empat hari ini (saya) tidak bawa penumpang karena sepi akibat larangan mudik. Sebelum Covid-19, tidak pernah begini. Kalau tidak ada penumpang juga sampai hari ini, ya terpaksa saya tidak pulang ke Solo,” kata Darsono (53), salah satu sopir bus jurusan Jakarta–Solo.



Darsono (tengah) dan teman-temannya saat menunggu penumpang di Pulo Gebang. (Fernando Randy/Historia.id).
Darsono (tengah) dan teman-temannya saat menunggu penumpang di Pulo Gebang. (Fernando Randy/Historia.id).

Ratusan orang memadati terminal Pulo Gebang dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).
Ratusan orang memadati terminal Pulo Gebang dalam rangka mudik lebaran tahun ini. (Fernando Randy/Historia.id).

Seorang ibu dan anaknya saat menggunakan bus untuk mudik di Pulo Gebang. (Fernando Randy/Historia.id).
Seorang ibu dan anaknya saat menggunakan bus untuk mudik di Pulo Gebang. (Fernando Randy/Historia.id).

Waris, Rini, dan Darsono, para pekerja di terminal Pulo Gebang. (Fernando Randy/Historia.id).
Waris, Rini, dan Darsono, para pekerja di terminal Pulo Gebang. (Fernando Randy/Historia.id).

Kesukaran-kesukaran itu tentu saja menjadi bagian dari warna-warni mudik lebaran tahun ini. Walaupun keputusan ini terasa sulit, orang-orang itu berupaya menyikapinya dengan bijaksana. Toh, ini semua bertujuan agar angka penyebaran covid-19 tidak meningkat. Dengan menahan diri untuk tidak mudik tahun ini, malah mungkin akan menjadikan tradisi mudik kembali hadir pada tahun-tahun selanjutnya bagi kita semua.


Suasana di Pulo Gebang tampak sepi dan tidak seramai dulu ketika mudik sebelum pandemi Covid-19. (Fernando Randy/Historia.id).
Suasana di Pulo Gebang tampak sepi dan tidak seramai dulu ketika mudik sebelum pandemi Covid-19. (Fernando Randy/Historia.id).

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page