Hasil pencarian
9600 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Bersatu dalam Melodi
MUSIK dikenal sejak kehadiran manusia modern. Maka, memainkan atau mendengarkan musik, yang memiliki suara berirama atau lagu, menjadi salah satu aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan. Tanpa musik, menurut filsuf Friedrich Nietzsche (1844-1900), hidup akan menjadi kesalahan. Tak semua orang bisa memainkan musik nan indah. Sebagian besar malah hanya ingin menikmatinya untuk mendukung aktivitas atau sekadar mengisi waktu luang. Maka, manusia pun berpikir bagaimana musik bisa didengarkan kapan saja dan di mana saja. Terciptalah alat perekam, penyimpan, penyalur, atau pemutar musik. Kotak Musik Seorang pembuat jam dari Swiss, Antoine Favre Salomon (1734-1820), menciptakan kotak musik pada 1796. Dia membuatnya dari barisan lempengan logam, pengganti lonceng, yang dapat disetel dalam skala nada yang lebih banyak dan ketepatan bunyi yang bagus. sejak 1815, model kotak musik rancangan Salomon mulai diproduksi massal. Di kota Sainte Croix, Switzerland, pengusaha bernama Jeremie Recordon merintis pembuatan massal kotak musik ini. Dia gagal. Pengusaha lain, Samuel Junod, mencoba membuka pabrik serupa. Phonograph Setelah telepon dan telegraf, pada 1877 Thomas Alva Edisson (1847-1931) merancang mesin yang bisa merekam suara pada telepon dan memutarnya kembali. Suara pertama yang terekam dan diputar kembali adalah ucapan Edisson sendiri: “Mary had a little lamb.” Alat ini bernama phonograph. Graphophone Alexander Graham Bell (1847-1922) dan Charles Sumner Tainter (1854-1940) mulanya bekerjasama untuk mengembangkan telepon-radio. Kerjasama berlanjut dengan pembuatan perangkat perekam sekaligus pemutar suara yang disebut graphophone. Setelah dipatenkan dan diproduksi, alat ini digunakan para etnolog di Amerika pada 1890-an untuk merekam suara dan musik bangsa Indian. Piringan Hitam Kualitas suara yang dihasilkan phonograph dan graphophone belum sempurna. Pada 1888, Emile Berliner (1851-1929) merancang alat baru dengan menggunakan media cakram atau piringan, selanjutnya disebut piringan hitam, untuk menyimpan rekaman suara. Untuk mendapatkan suara dari piringan, gramophone ini dilengkapi stylus. Eldridge Reeves Johnson (1867-1945) lalu menyempurnakannya sehingga kecepatan putar piringan menjadi lebih stabil. Pemancar Radio Setelah penemuan gelombang elektromagnetik, Guglielmo Marconi (1874-1937) dari Italia bereksperimen bahwa arus listrik sederhana dapat melintasi udara dari kawat ke kawat. Marconi pun mengembangkan teknologi pemancar dan antena untuk membuat pemancar radio lintas Atlantik, Inggris dan Newfoundland-Kanada. Reginald Aubrey Fessenden (1866-1932) lalu menambahkannya dengan Heterodin, alat untuk mengubah frekuensi radio sehingga frekuensi itu mudah diatur dan dapat diperkuat. Fassenden mengirim suara manusia dan musik dari stasiun radionya di Brant Rock-Masachusets, AS, ke kapal-kapal di lepas pantai Atlantik. Zaman emas radio pun dimulai pada 1920, dengan berdirinya stasiun radio komersial pertama, KDKA, di Pittsburg, AS. Kotak Radio David Sarnoff (1891-1971), yang populer memberitakan tenggelamnya kapal Titanic melalui radio, menyarankan agar radio dibuat secara massal. Menurutnya, radio akan menjadi perlengkapan rumah tangga. Baru tahun 1919, idenya terlaksana dengan berdirinya Radio Corporation of America (RCA), sebuah perusahaan elektronik Amerika. Magnetophone Teknologi perekam suara menjadi praktis dengan adanya Magnetophone model K1 bikinan Allgemeine Elektricitäts-Gesellschaft (AEG) dari Jerman yang dipamerkan pada acara Berlin Radio Show tahun 1935. Magnetophone didasari pada penemuan pita magnetik oleh Fritz Pfleumer (1881-1945). Namun suara yang dihasilkan masih bising. Dalam perkembangannya, magnetophone menghasilkan suara lebih baik dan dipakai secara luas untuk merekam konser, pertunjukan opera, hingga pidato. Selama Perang Dunia II dipakai dalam siaran radio. Dari alat inilah berkembang tape recorder . Walkman Koninklijke Philips N.V atau Phillips, berbasis di Eindhoven-Belanda, meluncurkan compact audio cassette atau kaset sebagai media penyimpan audio baru. Setahun berikutnya diperkenalkan di seantero Eropa dan Amerika. Pada akhir 1970-an, Sony dari Jepang mengembangkan alat pemutar kaset audio portabel dengan nama walkman. Kehadiran walkman mengubah kebiasaan orang mendengarkan musik, yang bisa didengarkan kapan saja dan di mana saja. Pemutar CD April 1982, Lou Ottens, direktur teknik bidang audio dari Phillips, memperkenalkan compact disc atau CD. Phillips dan Sony beradu argumen mengenai ukuran CD. Akhirnya disepakati CD berdiameter 115 milimeter dan memiliki kapasitas penyimpanan audio berdurasi 74 menit, diambil untuk dapat memuat Beethoven 9th Symphony. Sebagai pelengkap, mereka meluncurkan pemutar CD; Sony dengan Goronta dan Phillips dengan Magnavox. Prinsip kerja pemutar CD ini adalah adanya bagian optik sebagai sarana utama membaca kepingan CD. Sony, sekira 1984, juga meluncurkan tipe portabel dari pemutar CD, yang dinamakan D-50 alias discman. iPhone Oktober 2001, perusahaan Apple meluncurkan pemutar musik portabel mini yang disebut iPod. Menurut Steve Jobs, pemutar musik konvensional dengan ukuran besar sudah bukan zamannya. iPod diciptakan untuk mengatasi kebutuhan penyimpanan audio yang besar. Kapasitas iPod pun dibuat dalam ukuran mulai 2 sampai 160 gigabyte. Jenis audio yang diputar dalam iPod adalah mp3, yang dikembangkan Karlheinz Brandenburg, ahli audio dari Fraunhofer Institute-Jerman. Dia berksperimen membuat mp3 pada lagu “Tom’s Diner” yang dinyanyikan Suzanne Vega. Kemunculan mp3 memungkinkan kita mentransfer maupun memutar musik di beragam perangkat, dari telepon selular hingga komputer.
- Mahasiswa Indonesia dalam Proyek NASA
KEBOHONGAN Dwi Hartanto terbongkar. Sebelumnya, media menyebutnya “ The next B.J. Habibie” karena prestasinya yang luar biasa dalam teknologi antariksa dan roket. Padahal, dia hanya mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft, Belanda. Terlepas dari kebohongan itu, sejak 1960-an Indonesia sebenarnya memiliki ilmuwan-ilmuwan hebat bahkan pernah bekerja dalam sebuah proyek NASA (National Aeronautics and Space Administration). Salah satunya Giri Suseno Hadihardjono (1941-2012). Setelah lulus dari jurusan teknik mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), pada Juni 1964 Giri bersama 23 orang dari ITB dan IPB mendapat beasiswa S2 ke Amerika Serikat melalui program USAID (United States Agency for International Development). Giri dan beberapa orang ditempatkan di University of Kentucky di Lexington. Setahun kemudian, dia pindah ke University of Michigan di Ann Arbor. Sambil kuliah, dia bekerja dengan pembimbingnya, Prof. Charles Lipson. “Beliau sedang mengerjakan proyek dari Badan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) untuk meneliti sifat-sifat kelelahan ( fatigue properties ) pada material,” kata Giri dalam biografinya, Bermula dari Nol, Banda Aceh sampai Los Palos. Giri bertugas melakukan analisis terhadap kemampuan material dalam menerima beban berulang seperti yang terjadi bila material itu menerima getaran hingga material itu patah. “Belakangan baru saya ketahui bahwa material itu digunakan dalam pesawat ruang angkasa Apollo Space Craft,” kata Giri. Giri membantu Lipson sampai lulus S2 dengan gelar MSME (Master of Science in Engineering-Mechanical Engineering) pada Juli 1966. Almamater memanggilnya pulang. Lipson berusaha menahannya dengan menawarkan dua tempat kerja: laboratorium University of Michigan yang dipimpinannya atau Stress Analytic Laboratory milik Ford Motor Company. Giri menolak meski ditawari gaji sangat besar, US$9.000 per tahun. Lipson tetap mendesak bahkan meminta tunangan Giri menyusul ke Amerika Serikat. Dia akan menanggung biaya perjalanannya. Dia juga menyarankan agar Giri menikah di Amerika Serikat. Namun, Giri tetap menolak. Ketika Lipson bertanya berapa gajinya, Giri menjawab sekitar US$70 per bulan. “Beliau sampai bilang bahwa saya sudah gila. Ditawari gaji yang jauh lebih besar tidak mau, malah mau hidup dengan gaji kecil. Profesor Lipson berkata, ‘ Either you are dumb or crazy’ (entah Anda bodoh atau gila),” kenang Giri. Kawan Giri yang bergelar master asal India dan bekerja di laboratorium University of Michigan mendengar pembicaraan mereka. Sambil bercanda dia mengatakan bahwa Giri keponakan Presiden Soeharto; Giri dipanggil pulang bukan karena panggilan almamater tapi akan membantu pamannya yang baru saja naik takhta menjadi presiden menggantikan Sukarno. “Saya tidak tahu dia mengarang cerita itu dari mana sumbernya, karena saya memang bukan keponakan Pak Harto. Karena itu, kami bertiga pun tertawa-tawa,” kata Giri. Sekembalinya di Indonesia, Giri menjadi dosen di ITB. Dia kemudian berkarier di direktorat perhubungan: direktur LLAJR, sekretaris sampai dirjen perhubungan darat, wakil B.J. Habibie di Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS), dan menteri perhubungan merangkap menteri pariwisata, seni dan budaya (1998-1999).
- Kenapa Indonesia Miskin
BERMULA dari kunjungan Luiten van Zanden dan Daan Marks ke Arsip Nasional Republik Indonesia, terbersit keinginan untuk menggali sebuah misteri di balik perkembangan ekonomi Indonesia: bagaimana bisa sebuah negara seperti Indonesia, dengan segala sumber daya manusia dan alamnya yang melimpah, mengalami arah pertumbuhan yang tak menentu dan timpang?
- Wangsit Sarwo Edhie Wibowo
SARWO Edhie Wibowo ikut mengantarkan Soeharto ke tampuk kekuasaan. Sebagai komandan RPKAD (kini Kopassus), sang kolonel memimpin penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun, hubungan mereka tak bisa dibilang akur. Pangkal perseteruannya terjadi setelah peristiwa G30S. Usai memimpin pasukannya mengamankan lapangan terbang Halim Perdanakusumah, Sarwo hendak melapor kepada Soeharto. Namun, Laksamana Muda Udara Herlambang meyakinkan Sarwo bahwa Soeharto berada di Bogor memenuhi panggilan presiden. Sarwo pun ikut rombongan AURI ke Bogor menggunakan helikopter. Tiba di Istana Bogor, Soeharto masih dalam perjalanan menuju Bogor. Soeharto curiga melihat Sarwo melapor kepada Sukarno. “Soeharto bertanya-tanya dalam hati kenapa Sawo Edhie yang ada di sana bukan dirinya,” kata Jusuf Wanandi dalam Menyibak Tabir Orde Baru: Memoar Politik Indonesia 1965-1998 . “Soeharto tak pernah percaya kepada Sarwo sejak itu.” Menurut pengamat militer Salim Said, Soeharto menganggap Sarwo melapor kepada Sukarno sebelum kepada Pangkostrad. Soeharto marah. Pertemuannya dengan Sukarno membuat Soeharto menganggapnya punya rencana sendiri yang berbeda dengan kebijakannya sebagai pimpinan sementara Angkatan Darat. “Kecurigaan dan kemarahan Soeharto kepada Sarwo berakibat fatal. Karier militer mantan komandan RPKAD itu dibunuh secara kejam meski perlahan-lahan,” tulis Salim Said dalam Dari Gestapu ke Reformasi Serangkaian Kesaksian. Setelah meninggalkan RPKAD, Sarwo ditempatkan di Medan sebagai panglima Kodam Bukit Barisan. Dari Medan, dilempar ke Papua sebagai panglima Kodam Cendrawasih. Usai membantu memenangkan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Papua, Sarwo menempati pos baru yang tak strategis di Magelang sebagai gubernur Akabri. Sarwo juga sempat “didubeskan” ke Korea Selatan pada 1973-1978. Pulang ke Jakarta, Sarwo disipilkan di Departemen Luar Negeri sebagai inspektur jenderal. Sempat akan didubeskan lagi di Brasil, dia akhirnya mengurusi kursus Pancasila sebagai kepala BP7, lembaga indoktrinasi ideologi pemerintah Orde Baru. Herawati Kristiani, putri Sarwo, menangkap kekecewan ayahnya sebagai kepala BP7. “Kepada kami anak-anaknya, Papi sempat mengutarakan rasa sedihnya. Ya, benar, dia sempat merasa kecewa dengan keputusan itu. Papi terlahir sebagai orang yang sangat mencintai dunia militer,” kenang Herawati dalam biografinya, Kepak Sayap Putri Prajurit karya Alberthiene Endah. Salim Said mengungkap alasan mistik mengapa Soeharto menghabisi karier Sarwo. Tatkala menjabat duta besar Indonesia di Praha, Ceko, Salim bertemu paranormal yang dekat dengan Soeharto. Menurut paranormal itu, Soeharto meyakini bahwa Sarwo mempunyai wangsit (wahyu) setelah dirinya. Oleh karena itu, semua jalan yang berpotensi menjadikan Sarwo Edhie “naik takhta” harus ditutup. “Itulah, katanya, penyebab dihabisinya karier militer Sarwo Edhie sedini mungkin,” ujar Salim. Kata paranormal itu lagi, “Soeharto lupa bahwa wangsit Sarwo tidak kembali ke langit ketika mantan komandan RPKAD itu wafat setelah koma selama sekitar setahun. Wangsit itu tetap padanya untuk akhirnya hinggap ke putrinya, Herawati Kristiani. Itulah penjelasan di balik terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (suami Herawati Kristiani, red ) menjadi Presiden Republik Indonesia.” Namun, istri Sarwo, Sunarti, tak percaya dengan paranormal itu. “Ah, itu cerita omong kosong. Pak Harto marah kepada Bapak karena ke Bogor itu. Bapak dicurigai sebagai orang ambisius oleh Soeharto,” kata Sunarti kepada Salim Said pada 29 Desember 2012.
- Kisah Perwira di Wilayah Sengketa
SEPUCUK surat untuk Letnan Satu Kiki Syahnakri datang di pengujung 1974. Isinya perintah pindah tugas ke Komando Distrik Militer (Kodim) Atambua. Dia tersentak. Semangat tugasnya di Komando Daerah Militer (Kodam) XVI/Udayana sebagai komandan peleton tempur sedang tinggi-tingginya. Apalagi cita-cita bertugas di satuan tempur telah tercapai. Tapi Kiki tak harus dan berangkat ke Atambua.
- Melacak Sejarah Sandal
SANDAL merupakan bentuk sederhana dari pelindung kaki. Ia bisa terbuat dari bahan kulit, plastik, tali, jerami, logam, atau ban bekas. Sandal cocok dipakai untuk keadaan panas, iklim kering, dan daerah berbatu. Ia juga dipakai untuk melindungi kaki dari serangga beracun, batu tajam, padang pasir nan panas, hingga dinginnya salju. Sejak lama sandal sudah digunakan. Masyarakat Anasazi, misalnya, suku kuno yang mendiami daratan barat daya Amerika, pada 8.000-10.000 tahun lalu diketahui sudah menggunakan sandal. Terbuat dari serat tanaman Yucca yang disusun menjadi anyaman, sandal ini diikatkan ke kaki dengan tali yang berbentuk V. Sandal terus berevolusi, dari bahan hingga modelnya, dan tetap menjadi pilihan dalam berbusana dan beraktivitas. Sandal Sumeria Perajin sandal di Sumeria, sekitar 6000 SM, mulai menggunakan kulit binatang untuk membuat sandal. Sandal Mesir Para arkeolog mengidentifikasi salah satu hieroglif tertua dari Mesir menampilkan kisah tentang pembuat sandal. Gambar-gambar ini, yang tertera dalam sejumlah makam, menunjukkan bahwa Raja Menes yang berkuasa pada 3100 SM selalu menyertakan pembuat sandal ke mana pun dia pergi. Sandal biasa dipakai para bangsawan. Umumnya terbuat dari kayu, kulit kambing, atau serat dari tanaman papirus atau palem. Chappli Jalur perdagangan kuno, yang disebut Jalur Sutra, memberi pengaruh terhadap persebaran pola dasar sandal. Sejak 3000 SM, daerah Chappal, India, terkenal sebagai pembuat sandal yang kemudian dikenal sebagai Chappli. Sandal ini terbuat dari kulit lembu, kambing, atau sapi. Masuknya Islam ke India pada abad ke -11 memberi perubahan terhadap model sandal di sana, mulai dikenal model selop. Kothurnus Aktor teater Yunani kuno, pada 1000-700 SM, biasa menggunakan sandal ini. Bentuknya dibuat tinggi beberapa sentimeter, dengan alas dibuat empuk seperti lapisan gabus. Tak hanya aktor, para pelacur kota Yunani pun memakainya; terbuat dari kulit yang telah dicelup larutan berwarna hijau atau kuning. Paduka Sandal dari Babylonia kuno sekira 600 SM ini terbuat dari kayu. Di antara ibu jari dan jari telunjuk kaki terdapat pembatas yang dijepit supaya sandal tidak terlepas. Sandal ini dihiasi dengan batu-batu yang disusun dengan indah. Para bangsawan memakainya untuk ke tempat pemandian atau mengunjungi para harem. Di Persia, selain digunakan para bangsawan, sandal juga dikenakan prajurit dan pemimpin agama. Khusus sandal prajurit biasanya masih ditambah dengan pelindung dari logam seperti kuningan. Sandalium Pada era Romawi, 100-50 SM, istilah “ sandalium ” menunjukkan sandal itu sendiri. Para petarung gladiator biasa memakai sandal yang terbuat dari kulit. Di era kekaisaran Romawi, persoalan warna sandal masih menjadi pembeda status. Julius Caesar, kaisar Roma, memilih sandal dengan warna merah dan ungu –begitu pula anaknya. Sementara Poppaea, istri Kaisar Nero, memilih sandal yang terbuat dari emas, dengan tatahan batu-batu berharga. Geta Sandal dari Jepang ini mulai berkembang di era Heian, 794-1194. Terbuat dari kayu, sandal ini memiliki semacam dua hak, yang disebut ha , setinggi 4-5 sentimeter. Fungsi dari hak setinggi ini adalah menghindarkan kain kimono , busana tradisional Jepang, dari kotoran ketika berjalan. Sandal bakiak seperti geta ini menjadi terkenal pada era Edo. Selain geta, ada pula waraji. Waraji adalah sandal anyaman jerami atau tali. Pada zaman feodal, abad ke-12 hingga 19, kaum samurai Jepang dan pasukan infanteri ( ashigaru ) biasa memakai sandal jenis ini. Espadrille Di wilayah Spanyol, sandal ini dikenal ringan karena terbuat dari anyaman jerami dan bahan linen buatan pabrik. Nama Espadrille sendiri diambil dari sebuah tanaman, esparto , yang menjadi bahan utama sandal ini. Sebelum dianyam menjadi sandal, esparto terlebih dulu dibakar supaya mendapat serat tanaman yang ulet. Pada abad ke-13, sandal ini biasa dipakai pasukan infantri Raja Aragon. Perkembangannya terbatas di daerah Prancis selatan, Spanyol, dan Portugal. Sandal espadrille yang terbuat dari ban bekas sempat populer pada 1930-an, terutama di kalangan kaum bohemian di Amerika. Sandal Modern Film bisu yang diproduksi Hollywood pada awal abad ke-20 kerap menampilkan kisah-kisah epik yang bersumber dari Alkitab, seperti film The Ten Commandments yang disutradarai Cecil B. De Mille. Aktor dan aktrisnya menggunakan sandal berbahan seperti kulit. Yang memproduksi ribuan sandal untuk film itu adalah Salvatore Ferragamo, imigran asal Italia yang jadi pembuat sepatu terkenal. Desain itu langsung jadi tren fesyen. Sandal Jepit Setelah Perang Dunia II, serdadu Amerika kembali ke negaranya dengan membawa zori (sandal jepit tradisional dari Jepang) sebagai souvenir. Sempat tren, sandal ini ditinggalkan karena berbahan karet murah yang bikin lecet. Tapi ia tak benar-benar tenggelam. Pada 1957, Morris Yock, pebisnis dari Selandia Baru, mematenkan produk sandal karetnya dengan nama Jandal , diambil dari kata “Japan” dan “Sandal”. Perkembangan industri plastik ikut andil dalam produksi sandal berharga murah secara massal. Jepang mempeloporinya. Kemudian pada 1950-an, teknik cetak baru yang menggabungkan karet dan plastik diperkenalkan di Taiwan. Hingga saat ini, sandal jepit paling banyak ditemui.
- Sendratari Kristiani
SEDARI kecil Bagong Kussudiardja (1928-2004) menekuni seni, yang didukung lingkungan dan orangtuanya. Memulainya sebagai penari klasik, dia mendapat beasiswa belajar ilmu tari modern dari penari legendaris Martha Graham di New York. Dia kemudian juga dikenal sebagai koreografer dan pelukis. Bagong tak henti memunculkan kreasi-kreasi baru, termasuk yang menyentuh keimanan dan karenanya mendapat medali dari Paus Paulus VI. Bagong menampilkan Yesus sebagai tokoh dalam wayang hingga orang Jawa berpakaian nelayan dalam lukisannya. Dia memberikan warna Jawa dalam menginterpretasi Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih dalam kreasi sendratarinya, yang diciptakan pada 1978. “Dalam fragmen jalan salib, tokoh Yesus memakai stagen , jarik, lengkap dengan blangkon dan memakai jubah selutut,” kenang Sudjopo Sumarah Purbo, penari asal Batu, Jawa Timur, yang pernah belajar di Padepokan Tari Bagong Kussudiardja. Sudjopo pernah memerankan prajurit dalam sendratari Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih. “Pada adegan bintang, tiga raja datang dengan naik kuda, lalu sosok Maria mengenakan jarik, kerudung dan sanggulan , serta diiiringi lagu Gloria Jawa.” Sendratari ini tak hanya dimainkan saat Natal, namun juga acara-acara gereja. “Sungguh adalah kemurahan Allah bahwa Ia telah memberi saya keterampilan seni menari dan seni melukis. … sehingga setiap kali saya menghasilkan karya seni, saya harus melakukannya demi kemajuan sesama dan di atas semuanya saya lakukan untuk Allah Maha Besar dan sangat saya kasihi,” ujar Bagong dikutip Douglas J. Elwood dalam Teologi Kristen Asia .
- Kala Arsenal Tak Berdaya di Surabaya
UNTUK ketiga kalinya, Arsenal akan bertandang ke Indonesia. Arsenal memboyong para pemain legendanya untuk bertanding dalam turnamen segitiga Balikpapan Masters Cup, 5 November 2017 di Stadion Batakan, Balikpapan, yang akan diikuti tim Indonesia Masters dan Liverpool Masters. The Gunners pertama kali bertamu ke Indonesia pada 1983 kemudian 2013. Tim Meriam London itu berharap tur ke Asia akan mengangkat lagi spirit tim setelah di Division One Liga Inggris musim 1982/1983 hanya bercokol di posisi sepuluh klasemen akhir. “ The Gunners datang dengan diperkuat kiper legendaris Pat Jennings, Alan Sunderland, dua pemain nasional Inggris, Kenny Sansom dan Graham Rix, serta si legenda hidup David O’Leary,” tulis Arief Natakusumah dalam Drama Itu Bernama Sepakbola. Dalam salah satu laga pada tur pertamanya di Asia Tenggara itu, Arsenal memulai tur di Sumatra melawan PSMS Medan. Arsenal menang 3-0. Begitu pula ketika meladeni PSSI Selection yang diisi Elly Idris dkk. di Stadion Senayan (kini Gelora Bung Karno) Jakarta. Tim besutan Terry Neill menang telak 5-0. Pada pertandingan ketiga, Arsenal melawat ke Surabaya untuk melawan juara Galatama, Niac Mitra. Arsenal tak berdaya dihajar dengan skor 2-0 di Stadion Gelora 10 November yang dipadati 30 ribu penonton, pada 16 Juni 1983. Niac Mitra menurunkan tim terbaiknya: Budi Aswin, Wayan Diana, Tommy Latuperisa, Yudi Suryata, Rudi Keltjes, Rae Bawa, Joko Malis, Hamid Asnan, Fandi Ahmad, Dullah Rahim dan kiper David Lee. Nama terakhir jadi bintang pertandingan bersama Fandi Ahmad yang mengoyak gawang Pat Jennings di menit ke-27. Gol kedua disarangkan oleh Joko Malis di menit ke-85. “Hasil pertandingan ini membuat banyak orang beranggapan Niac Mitra jauh lebih kuat dibanding timnas PSSI. Laga ini juga bahkan dianggap jauh lebih hebat kala Persija menahan PSV (Eindhoven, klub asal Belanda) dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan,” tulis Dhahana Adi dalam Surabaya Punya Cerita: Volume 1. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang mencibir kemenangan Niac Mitra. Faktornya adalah kelelahan para pemain Arsenal yang tampil tiga kali dalam rentang waktu enam hari. Faktor lainnya karena para pemain Arsenal juga melawan cuaca panas. Betapa tidak, pertandingan itu dimainkan pukul dua siang. Selain itu, Arsenal juga mesti tampil dengan sepuluh pemain setelah Alan Sunderland menerima kartu merah dari wasit Ruslan Hatta. Timnas dan dua klub lokal mendapatkan pengalaman tersendiri bisa melawan bintang-bintang Arsenal. Sedangkan prestasi Arsenal meningkat dari posisi sepuluh menjadi enam di musim 1983/1984.
- Menggali Sejarah Pemakaman
SEJARAH ritual penguburan mungkin beriringan dengan sejarah kehidupan manusia. Ritual menguburkan jenazah diperkirakan diawali dari kesadaran dan keingintahuan manusia terhadap tubuh yang telah mati. Dalam setiap budaya dan peradaban, manusia mengenal cara memperlakukan anggota keluarga atau kelompok mereka yang mati. Perkuburan Qafzeh Situs perkuburan di Qafzeh, Israel, ditemukan pada 1933 oleh R. Neuville, konsul Prancis di Jerussalem, dan M. Stekelis, prehistorian Israel. Berdasarkan penanggalan fosil rangka yang ditemukan di dalam gua, temuan ini diperkirakan berusia 90.000 tahun lalu. Persembahan Hewan Liar Dipraktikkan di Tibet sejak 8.560 SM dan masih dilakukan di beberapa wilayah seperti Qinghai, Inner Mongolia, dan Mongolia. Mereka yang masih hidup berkumpul menyaksikan jenazah yang telah dicincang dimakan burung bangkai. Sebagai penganut ajaran Budha Vajrayana, mereka menganggap tubuh hanyalah cangkang kosong. Mengorbankan tubuh semacam sedekah. Sementara burung bangkai diyakini sebagai malaikat yang akan membawa jiwa ke langit, untuk menanti reinkarnasi. Mumifikasi Jenazah diawetkan dengan getah aromatik dari tetumbuhan. Getah utama yang digunakan adalah balsam. Metode pembalsaman tertua mengharuskan jenazah dibungkus kain dan dikubur dalam arang kayu dan pasir di wilayah yang bebas dari kelembaban. Yang terkenal berasal dari Mesir Kuno pada antara 4.500-3.400 SM. Penguburan Mesopotamia Penguburan oleh bangsa Mesopotami dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Mereka membuat makam di dalam tanah, yang dipercaya akan membantu roh mencapai kehidupan setelah mati. Ritual penguburan biasanya menyertakan bekal kubur seperti makanan dan perkakas. Penguburan Sarkofagus Sarkofagus merupakan tempat untuk menyimpan jenazah. Umumnya terbuat dari batu. Metode penguburan ini dilakukan orang Romawi Kuno. Di Indonesia, tradisi ini dikenal sebagai salah satu aspek kebudayaan megalitikum. Salah satu yang tertua dan paling dikenal di dunia adalah sarkofagus emas Firaun Tutankhamun di Pemakaman Lembah Para Raja, Luxor, Mesir, yang berasal dari 1.323 SM. Kremasi Dilakukan dengan cara membakar jenazah hingga menjadi abu. Dalam ajaran Hindu, kremasi dianggap membantu melepaskan roh dari keterikatan duniawi. Dengan cara ini, unsur materi yang membentuk tubuh lebih cepat kembali menyatu dengan alam. Kremasi menjadi tradisi umum di Yunani Kuno pada 800 SM. Ritual ini masih bisa ditemui di India dan Bali, Indonesia ( ngaben ). Katakomba Pada awal masehi, terdapat kuburan bawah tanah di berbagai wilayah Kekaisaran Roma, khususnya di kota Roma. Ia dikenal dengan nama Katakomba (catacombe). Jenazah dikuburkan di dinding-dinding lorong. Orang Romawi mulai membangunnya abad ke-2 M. Mereka sengaja memilih areal tanah yang lunak tapi cepat mengeras ketika terkena udara kering. Waruga Suku Minahasa di Sulawesi Utara memiliki tradisi menguburkan jenazah, dalam posisi meringkuk sebagaimana posisi janin dalam kandungan, pada sebuah batu yang disebut waruga . Posisi makam dan jenazah mengarah ke utara, sesuai kepercayaan asal-usul masyarakat Minahasa yang datang dari utara. Dipercaya, tradisi ini telah ada sekira abad ke-9 M. Pada 1860 pemerintah Belanda melarang penguburan waruga. Rambu Solo Dianut masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan. Dalam kepercayaan Aluk To Dolo, semakin tinggi tempat jenazah diletakkan semakin cepat rohnya menuju puya . Maka mereka meletakkan jenazah di tebing-tebing batu yang dilubangi. Jika yang meninggal kalangan bangsawan, keluarga akan memotong 24-100 kerbau sebagai kurban. Penanggalan karbon yang diambil dari fragmen peti mati kayu mengungkap praktik ini setidaknya sudah ada pada abad ke-9 M. Makam Trunyan Di Desa Trunyan, Kintamani, Bali, jenazah ditutup jalinan rotan dan diletakkan di area hutan yang dipenuhi pohon tarumenyan. Pohon yang dikramatkan ini mengeluarkan enzim alami yang mampu menghilangkan bau busuk mayat. Belum dapat dipastikan sejak kapan ritual ini muncul. Namun konon, pohon tarumenyan sudah tumbuh selama 11 abad terakhir. Larung Pada 950 M, bangsa Viking di Skandinavia percaya perahu merupakan kendaraan untuk menuju kehidupan setelah mati. Mereka pun melarung pejuang Viking dengan perahu yang dibakar. Jika tak dilarung, bangsa Viking akan menguburkan kerabatnya dan mengelilingi kuburan itu dengan batu yang dibentuk seperti perahu. Pembalsaman Modern Teknik pembalsaman mayat di era modern dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Saat Perang Sipil di Amerika (1861-1865), arsenik dipakai untuk mengawetkan serdadu yang tewas untuk dikirim pulang. Saat Perang Dunia, formalin ( formaldehyde ) disuntikkan ke dalam pembuluh darah arteri. Plastinasi Metode mengawetkan janazah dengan menggantikan komponen air dan lemak pada tubuh dengan jenis plastik tertentu. Hasilnya, sebuah spesimen yang bisa disentuh, tak berbau atau busuk, dan awet. Metode ini diciptakan Gunther von Hagens, ahli anatomi Jerman, pada 1977. Ia kemudian mendirikan Institute for Plastination di Heidelberg pada 1993. Pemakaman Luar Angkasa Sejak 1997, orang-orang kaya bisa melarung abu jenazah keluarganya ke luar angkasa. Perusahaan Elysium Space dari San Fransisco, Amerika Serikat, menawarkan layanan ini dengan tiga pilihan pelepasan abu jenasah: di orbit bumi lalu turun sebagai bintang jatuh ( Shooting Star Memorial ), permukaan bulan ( Lunar Memorial ), dan ke luar angkasa terjauh sampai meninggalkan tata surya dan mengarungi semesta yang tak terbatas ( Milky Way Memorial ). Resomasi Dilakukan di Skotlandia sejak 2007. Metode ini tanpa asap dan dinilai lebih ramah lingkungan. Resomasi dapat mengabukan jenazah secepat kremasi. Prosesnya tidak menggunakan api, tetapi air dan senyawa basakuat, potassium hidroksida.
- Di Balik Penutup Dada
TAK semua perempuan suka mengenakan bra, atau buste houder (BH) dalam bahasa Belanda. Tanpanya berarti lebih sehat dan simbol kebebasan perempuan. Tapi, sejak berabad-abad lalu, bra menjadi pelengkap berbusana. Perempuan dari berbagai kalangan mengenakannya, baik sebagai tanda kedewasaan, alasan kesopanan, hingga status sosial. Berikut ini perjalanan sejarah bra. Apodesmos Secarik kain berbahan wol atau linen yang dipakai perempuan untuk menutup dada mereka. Ia tersua pada lukisan dinding di Minoa, sebuah peradaban di Pulau Kreta pada 3000-2700 SM. Strophium Penutup dada dari kulit yang dikenakan perempuan Romawi pada 753 SM-476 M untuk mendapatkan payudara kecil yang didambakan masa itu. Dudou Dudou , yang berarti penutup perut, dirancang untuk meminimalkan bentuk payudara. Dikenakan perempuan dari masa Dinasti Ming dan Jing pada abad ke-14. Korset Diperkenalkan Catherine de’ Medici, istri Raja Henri II dari Prancis, pada pertengahan abad ke-16 M. Umumnya terbuat dari tulang binatang yang dimasukkan ke dalam kain. Pengganti Korset Dipatenkan Luman Chapman dari Amerika Serikat pada 1863. Inovasinya dengan “pembungkus payudara” dan “tali bahu yang elastis” didesain untuk mengurangi gesekan pada payudara yang ditimbulkan korset konvensional. Corselet gorge Pencetusnya adalah Herminie Cadolle, produsen korset di Paris, Prancis, pada 1889. Dia memotong korset menjadi dua bagian terpisah, bagian atas menyokong payudara dan bagian bawah untuk korset pinggang. Breast supporter Mirip dengan bra yang kita kenal hari ini, ia memiliki cup terpisah untuk payudara, tali bahu, dan kancing cantel. Marie Tucek menerima paten atas penyokong payudara ( breast supporter ) ini pada 1893. Brassiere Kata brassiere , yang dalam bahasa Prancis berarti “dukungan”, kali pertama digunakan majalah Vogue pada 1907. Pada 1911, kata ini ditambahkan pada kamus Oxford, Inggris. The “Backless Brassiere” Bra modern dikreditkan pada Mary Phelps Jacob, sosialita muda Amerika. Mendapati korsetnya merusak gaun malam yang dikenakannya, Mary menjahit dua saputangan sutra dengan pita merah muda. Dia mendapatkan paten pada 1914. The flapper-friendly bra Tren fesyen 1920-an memerlukan bra bergaya minimalis untuk meratakan dada dan pas dengan gaun yang memiliki garis pinggang rendah. Bra dengan cup Pebisnis Amerika Ida Rosenthal dan suaminya, William Rosenthal, serta Enid Bissett mengembangkan bra dengan cup melalui perusahaan Maidenform pada 1922. Bra ini menyokong payudara secara alami, beda dari bra lama yang dibuat untuk meratakan dada. Bra dengan kawat Underwire bra muncul pada 1930-an untuk memberi dukungan ekstra bagi payudara perempuan. Bra ini menggunakan kawat yang kaku tapi tipis berbentuk setengah lingkaran yang dipasangan pada kain bra. Kawat dapat terbuat dari logam, plastik, atau resin. Istilah bra Pada 1932, brassiere mulai dikenal dengan sebutan bra. Bra berukuran Pada 1932 S.H. Camp and Company menentukan ukuran cup dengan label A (terkecil), B, C, dan D (terbesar). Adhesive bra Charles L. Lang bekerjasama dengan Charles W. Walton, seorang ahli kimia, menciptakan Poses, perekat untuk cup bra, pada 1940-an. Didesain untuk memungkinkan perempuan mendapatkan bahkan meratakan warna punggungnya yang coklat karena berjemur di pantai. Gaya torpedo Selama Perang Dunia II, bra dengan model torpedo populer karena diklaim menawarkan perlindungan bagi perempuan yang bekerja di pabrik-pabrik. Push-up bra Pada 1947, pebisnis Amerika, Frederick Mellinger, memperkenalkan bra dengan bantalan yang empuk ( padded bra ) pada 1947 dan push-up bra yang membuat dada lebih berisi dan seksisetahun kemudian. Bra peluru Meningkatnya gaya “sweater girl”, dipopulerkan artis Marilyn Monroe dan Lana Turner pada 1950-an, mendorong perempuan memakai bra peluru ( bullet bra ) sehingga menonjolkan penampakan ukuran cup bra yang besar. Bra tiup Diperkenalkan pada 1952. Ia memiliki kantong udara dan pompa yang letaknya tersembunyi. Kantong udara bisa dikembangkan untuk membantu perempuan mencapai bentuk yang diinginkan. Jogbra Diciptakan Lisa Lindahl, mahasisiwi pascasarjana Universitas Vermont, Amerika, serta Polly Smith, desainer kostum, dan asistennya, Hinda Schreiber Miller, pada 1977. Ide ini muncul ketika Lindahl mengeluh tak nyaman berolahraga mengenakan bra. The cone bra Dipopulerkan Si Ratu Pop Madonna. Dia mengenakan korset bra berbentuk kerucut rancangan Jean Paul Gaultier selama “Blond Ambition World Tour" pada 1990. Wonderbra Mengangkat dan menekan payudara sekaligus menonjolkan belahan dada yang menggairahkan. Ia meraih popularitas pada 1990-an. Iklannya yang menampilkan model Eva Herzigova dan slogan “Hello Boys” menjadi ikonik. Bra Berisi Air Ia menonjolkan payudara dengan cara yang lebih menarik dan nyaman daripada pakai kapas atau kain. Bertahan singkat pada 2000-an karena khawatir meletus kena jarum. Smart memory bra Diciptakan Lisca, merek asal Slovenia, pada 2009. Busa cup bra ini dibuat dengan teknologi tinggi yang bisa bereaksi terhadap suhu tubuh dan mengikuti pergerakan si pemakai. Bra antikerut Dirilis La Decollette, merek asal Belanda, pada 2010 dan diklaim bisa mencegah keriput di payudara. Magic Wire Triumph, merek asal Jerman, memperkenalkan teknologi Magic Wire pada 2014. Ia nyaman dipakai berkat teknologi kawat yang lentur dan lembut yang menggantikan kawat logam tradisional. Bra canggih Sejak 2016, muncul beberapa bra canggih yang bisa mengukur denyut jantung, menghilangkan sakit kepala, hingga mendeteksi kanker payudara.
- Peringatan HUT TNI Pertama di Cilegon
SEBAGAIMANA tahun 2015, perhelatan HUT ke-72 TNI tahun ini kembali digelar di Cilegon, Banten. Cilegon dipilih karena lokasinya memadai untuk demonstrasi masing-masing matra: darat, laut dan udara. Mengingat catatan sejarah, Cilegon bukan lokasi yang asing buat TNI memamerkan beragam alutsistanya. Wilayah di ujung barat Pulau Jawa ini kali pertama dipilih jadi venue HUT TNI tahun 1981 atas perintah Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Jusuf. Jusuf ingin perayaan HUT TNI yang berbeda, di mana tiga matra bisa melakukan demonstrasi dan parade. Tidak hanya kendaraan tempur dan pesawat, dia juga ingin memperlihatkan kehebatan dan kemegahan kapal-kapal perang TNI AL. Maka, acara harus digelar di dekat laut. Pelabuhan Tanjung Priok tidak memiliki lapangan yang luas. Sedangkan Ancol di Jakarta Utara pantainya landai sehingga tidak memungkinkan kapal-kapal perang bisa mendekat ke tepian. Staf Menhankam/Pangab mengusulkan Pelabuhan Cigading di Cilegon. Panitia memperkirakan sekira 2.500 tamu termasuk menteri dan duta besar negara-negara sahabat, yang akan diangkut dengan 100 bus besar ber-AC dari beberapa titik di Jakarta: Mabes TNI, Lapangan Monas dan Parkir Timur Senayan. Tidak boleh ada tamu yang membawa kendaraan pribadi ke Cilegon. Presiden Soeharto yang bertindak sebagai inspektur upacara berangkat dengan helikopter dari Mabes TNI AU di Pancoran, Jakarta Selatan. Skenario “perang-perangan” disiapkan dengan melibatkan pasukan Lintas Udara Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Linud Kostrad). Pesawat-pesawat tempur terbaru TNI AU akan melakukan fly pass dengan jarak yang lebih dekat dari sebelumnya . “Aku mau supaya Bapak Presiden bisa lihat itu pesawat dari jarak agak dekat,” kata Jusuf dalam biografinya, Panglima Para Prajurit karya Atmadji Sumarkijo . Jusuf yang memantau persiapan memerintahkan agar kapal-kapal perang bermanuver lebih dekat ke tepian. Ingin lebih atraktif, dia meminta pergerakan kapal-kapal perang itu diulang dua kali kala gladi resik pada 3 Oktober 1981. Butuh waktu tidak sedikit untuk mengulang pergerakan kapal-kapal perang itu mengingat koordinasinya. Sampai akhirnya percobaan kedua cukup memuaskan, ketika kapal-kapal itu berparade lebih dekat ke tepian dengan kecepatan 10-12 knot. “Kalau kapal-kapal yang lebih kecil harus lebih cepat lagi ya!” kata Jusuf merujuk kapal-kapal KCR Patrol Ship Killer (PSK) buatan Korea Selatan. Pada hari H, gelaran HUT ke-36 TNI itu berlangsung sukses meski sempat ada insiden. Satu prajurit TNI AD dari Kopassandha (kini Kopassus) meninggal karena kecelakaan saat penerjunan. “Saya juga ikut parade dengan rombongan Marinir. Kita semua sempat lihat ada satu penerjun dari Angkatan Darat yang parasutnya terlilit, akhirnya meninggal dia,” ungkap Peltu (Purn) Riyono kepada Historia. Terlepas dari itu, semua pihak puas, termasuk Presiden Soeharto. Masyarakat yang berbondong-bondong datang dari berbagai wilayah ke Cilegon merasa bangga terhadap TNI. Mereka datang dengan berbagai moda transportasi. Bus-bus yang disediakan panitia sampai tidak mencukupi. Penumpang kereta api juga membludak. Bahkan, tidak sedikit yang datang dengan menyewa kendaraan umum hingga menimbulkan kemacetan di Cilegon. “Yang juga baru adalah adanya peringatai Hari ABRI yang dilakukan serempak di sejumlah daerah. Termasuk di antaranya defile dan parade serta aksi terjun payung,” kata Jusuf.
- Ricuh di Rapat Koboy
Dalam film Jenderal Soedirman (2015), digambarkan suasana rapat pemilihan panglima Tentara Keamanan Rakjat (TKR) pada 12 November 1945 berlangsung hangat. Namun sejatinya, situasi dalam rapat tersebut berlangsung kacau, tidak disiplin dan sangat panas. Menurut Mayor Jenderal Didi Kartasasmita, sejak awal pun sudah ada kesan bahwa rapat perwira itu tidak akan berjalan tertib. Laiknya para koboy, para peserta datang ke ruangan rapat dengan masing-masing menyandang pistol di pinggang. Belum lagi di antara mereka yang membawa samurai dan klewang. “ Saya menyebutnya sebagai “rapat koboy-koboyan”, “ ujar Didi dalam biografinya: Pengabdian bagi Kemerdekaan karya Tatang Sumarsono. Didi menyebut kekacauan itu terjadi justru disebabkan oleh kekurangtegasan Oerip yang menjadi pimpinan rapat. Namun dirinya paham jika Oerip tidak bisa mengendalikan para peserta rapat yang sama sekali sebagian besar masih asing bagi dirinya. “ Saya kira itu berhubung dengan situasi yang apabila tidak dihadapi secara bijaksana, malah akan tambah memanas,” ujar Didi. Kesemrawutan semakin menjadi-jadi saat setiap orang yang tampil bicara di forum selalu diteriaki kata “jelek” lalu dipaksa untuk turun dari mimbar. Tak terkecuali, Menteri Pertahanan Suljodikusumo dipaksa untuk turun dari mimbar, walaupun ia belum selesai berpidato. “Pokoknya rapat itu jauh dari sikap kedisiplinan dari sebuah organisasi tentara,” kenang mantan Panglima Komandemen Jawa Barat tersebut. Tiba pada sesi pemilihan Panglima Besar, suasana semakin riuh dan kacau. Setiap orang memaksakan diri untuk bicara di forum itu. Karena situasi demikian, atas usul Komandan Divisi V TKR Banyumas Kolonel Soedirman, maka rapat diskor selama beberapa saat. Namun begitu dimulai kembali, rapat ternyata langsung diambilalih oleh Kolonel Hollan Iskandar. “ Saya pikir sebagai seorang bekas anggota PETA, sejak semula Hollan memiliki visi untuk menjadikan Panglima Besar TKR datang dari kalangan PETA,” ujar Rushdy Hoesein. Kecurigaan Rushdy berkelindan dengan analisa Salim Haji Said. Menurut pakar militer Indonesia tersebut, bukan rahasia lagi, jika kala itu para perwira TKR alumni PETA “mencurigai” Oerip sebagai pro Belanda. Mengutip hasil wawancara dirinya dengan Nasution, Said menyebut sesungguhnya telah terjadi “kudeta” terhadap Oerip dalam rapat itu. “ Pak Nas bilang ke saya: ia sangat mencurigai PETA-PETA itu sudah melakukan rapat gelap di luar sebelumnya,” ujar Said kepada Historia . Di bawah pimpinan Hollan Iskandar maka proses pemilihan pun dilakukan lewat cara pemunggutan suara. Delapan kandidat pun bermunculan di papan tulis. Mereka adalah Sri Sultan Hamenkubuwono IX, Widjoyo Soeryokusumo, GPH Purbonegoro, Oerip Soemohardjo, Soedirman, Suryadarma, Pardi dan Nazir. Selanjutnya, proses pemilihan dilakukan dengan hanya mengangkat dan mengacungkan tangan satu persatu, begitu nama para kandidat disebutkan oleh panitia. Lewat cara tersebut, sesi pemilihan berlangsung sampai tiga kali. Sesi pertama dua orang kandidat gugur. Berikutnya, dua orang kandidat gugur lagi. Barulah pada pemilihan yang ketiga, Soedirman unggul dengan 22 suara mengatasi perolehan Oerip yang hanya 21 suara. Sejatinya, kemenangan Soedirman tak lepas dari peran Kolonel Muhamad Nuh yang menyumbangkan 6 suara. Saat diwawancarai oleh Noor Johan Nuh (yang tak lain adalah putra dari Muhamad Nuh), Nasution membenarkan bahwa suara wakil dari TKR Sumatera itu secara signifikan adalah penentu gagalnya Oerip menjadi Panglima Besar TKR. “ Kolonel Muhammad Nuh hadir membawa surat dari Koordinator/ Organisator Tentara di Sumatra Dr. A.K. Gani yang menetapkan dirinya sebagai Kepala Staf Komandemen Sumatra,” ungkap Noor Johan dalam blog pribadinya. Konfrensi ala koboy itu berakhir dengan disepakatinya Soedirman selaku Panglima Besar TKR, sedangkan Oerip Soemohardjo tetap duduk sebagai Kepala Staf Umum TKR. Menurut sejarawan Moehkardi, terpilihnya Soedirman tidak terlepas dari nama harumnya saat bersama pasukannya berhasil menghalau Inggris di Ambarawa dan Magelang beberapa bulan sebelum momen pemilihan Panglima Besar TKR itu berlangsung. ” Itu harus diakui, sedang nama Pak Oerip saat itu hanya populer di kalangan anggota TKR eks KNIL saja,” ungkap mantan dosen sejarah di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) tersebut.






















