top of page

Sejarah Indonesia

Di Balik Penutup Dada

Di Balik Penutup Dada

Bra memang lebih dari sekadar secarik kain. Seperti produk mode lainnya, bra berubah setiap waktu, menyesuaikan fesyen dan kebutuhan penggunanya.

7 Oktober 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Perempuan zaman kuno memakai Apodesmos. Foto: ancient-origins.net.

TAK semua perempuan suka mengenakan bra, atau buste houder (BH) dalam bahasa Belanda. Tanpanya berarti lebih sehat dan simbol kebebasan perempuan. Tapi, sejak berabad-abad lalu, bra menjadi pelengkap berbusana. Perempuan dari berbagai kalangan mengenakannya, baik sebagai tanda kedewasaan, alasan kesopanan, hingga status sosial.

Berikut ini perjalanan sejarah bra.


Apodesmos


Secarik kain berbahan wol atau linen yang dipakai perempuan untuk menutup dada mereka. Ia tersua pada lukisan dinding di Minoa, sebuah peradaban di Pulau Kreta pada 3000-2700 SM.


Strophium


Penutup dada dari kulit yang dikenakan perempuan Romawi pada 753 SM-476 M untuk mendapatkan payudara kecil yang didambakan masa itu.


Dudou


Dudou, yang berarti penutup perut, dirancang untuk meminimalkan bentuk payudara. Dikenakan perempuan dari masa Dinasti Ming dan Jing pada abad ke-14.


Korset


Diperkenalkan Catherine de’ Medici, istri Raja Henri II dari Prancis, pada pertengahan abad ke-16 M. Umumnya terbuat dari tulang binatang yang dimasukkan ke dalam kain.


Pengganti Korset


Dipatenkan Luman Chapman dari Amerika Serikat pada 1863. Inovasinya dengan “pembungkus payudara” dan “tali bahu yang elastis” didesain untuk mengurangi gesekan pada payudara yang ditimbulkan korset konvensional.


Corselet gorge


Pencetusnya adalah Herminie Cadolle, produsen korset di Paris, Prancis, pada 1889. Dia memotong korset menjadi dua bagian terpisah, bagian atas menyokong payudara dan bagian bawah untuk korset pinggang.


Breast supporter


Mirip dengan bra yang kita kenal hari ini, ia memiliki cup terpisah untuk payudara, tali bahu, dan kancing cantel. Marie Tucek menerima paten atas penyokong payudara (breast supporter) ini pada 1893.


Brassiere


Kata brassiere, yang dalam bahasa Prancis berarti “dukungan”, kali pertama digunakan majalah Vogue pada 1907. Pada 1911, kata ini ditambahkan pada kamus Oxford, Inggris.


The “Backless Brassiere”


Bra modern dikreditkan pada Mary Phelps Jacob, sosialita muda Amerika. Mendapati korsetnya merusak gaun malam yang dikenakannya, Mary menjahit dua saputangan sutra dengan pita merah muda. Dia mendapatkan paten pada 1914.


The flapper-friendly bra


Tren fesyen 1920-an memerlukan bra bergaya minimalis untuk meratakan dada dan pas dengan gaun yang memiliki garis pinggang rendah.


Bra dengan cup


Pebisnis Amerika Ida Rosenthal dan suaminya, William Rosenthal, serta Enid Bissett mengembangkan bra dengan cup melalui perusahaan Maidenform pada 1922. Bra ini menyokong payudara secara alami, beda dari bra lama yang dibuat untuk meratakan dada.


Bra dengan kawat


Underwire bra muncul pada 1930-an untuk memberi dukungan ekstra bagi payudara perempuan. Bra ini menggunakan kawat yang kaku tapi tipis berbentuk setengah lingkaran yang dipasangan pada kain bra. Kawat dapat terbuat dari logam, plastik, atau resin.


Istilah bra


Pada 1932, brassiere mulai dikenal dengan sebutan bra.


Bra berukuran


Pada 1932 S.H. Camp and Company menentukan ukuran cup dengan label A (terkecil), B, C, dan D (terbesar).


Adhesive bra


Charles L. Lang bekerjasama dengan Charles W. Walton, seorang ahli kimia, menciptakan Poses, perekat untuk cup bra, pada 1940-an. Didesain untuk memungkinkan perempuan mendapatkan bahkan meratakan warna punggungnya yang coklat karena berjemur di pantai.


Gaya torpedo


Selama Perang Dunia II, bra dengan model torpedo populer karena diklaim menawarkan perlindungan bagi perempuan yang bekerja di pabrik-pabrik.


Push-up bra


Pada 1947, pebisnis Amerika, Frederick Mellinger, memperkenalkan bra dengan bantalan yang empuk (padded bra) pada 1947 dan push-up bra yang membuat dada lebih berisi dan seksisetahun kemudian.


Bra peluru


Meningkatnya gaya “sweater girl”, dipopulerkan artis Marilyn Monroe dan Lana Turner pada 1950-an, mendorong perempuan memakai bra peluru (bullet bra) sehingga menonjolkan penampakan ukuran cup bra yang besar.


Bra tiup


Diperkenalkan pada 1952. Ia memiliki kantong udara dan pompa yang letaknya tersembunyi. Kantong udara bisa dikembangkan untuk membantu perempuan mencapai bentuk yang diinginkan.


Jogbra


Diciptakan Lisa Lindahl, mahasisiwi pascasarjana Universitas Vermont, Amerika, serta Polly Smith, desainer kostum, dan asistennya, Hinda Schreiber Miller, pada 1977. Ide ini muncul ketika Lindahl mengeluh tak nyaman berolahraga mengenakan bra.


The cone bra


Dipopulerkan Si Ratu Pop Madonna. Dia mengenakan korset bra berbentuk kerucut rancangan Jean Paul Gaultier selama “Blond Ambition World Tour" pada 1990.


Wonderbra


Mengangkat dan menekan payudara sekaligus menonjolkan belahan dada yang menggairahkan. Ia meraih popularitas pada 1990-an. Iklannya yang menampilkan model Eva Herzigova dan slogan “Hello Boys” menjadi ikonik.


Bra Berisi Air


Ia menonjolkan payudara dengan cara yang lebih menarik dan nyaman daripada pakai kapas atau kain. Bertahan singkat pada 2000-an karena khawatir meletus kena jarum.


Smart memory bra


Diciptakan Lisca, merek asal Slovenia, pada 2009. Busa cup bra ini dibuat dengan teknologi tinggi yang bisa bereaksi terhadap suhu tubuh dan mengikuti pergerakan si pemakai.


Bra antikerut


Dirilis La Decollette, merek asal Belanda, pada 2010 dan diklaim bisa mencegah keriput di payudara.


Magic Wire


Triumph, merek asal Jerman, memperkenalkan teknologi Magic Wire pada 2014. Ia nyaman dipakai berkat teknologi kawat yang lentur dan lembut yang menggantikan kawat logam tradisional.


Bra canggih


Sejak 2016, muncul beberapa bra canggih yang bisa mengukur denyut jantung, menghilangkan sakit kepala, hingga mendeteksi kanker payudara.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page