Hasil pencarian
9599 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Perbarui Kurikulum Itu Tak Mudah
SUATU opini dalam kanal Historia.ID berjudul Perlukah Materi Sejarah Diperbarui? karya Alvie Sheva Zahira menarik perhatian saya. Sebagai orang yang pernah kuliah di program studi pendidikan sejarah hingga sarjana, hati saya tergerak untuk berkomentar terhadap opini tersebut. Ada beberapa poin yang saya setujui dari opini tersebut, namun ada pula poin yang tidak saya setujui.
- Pahit Manis Kisah Ahli Waris
SETELAH buka puasa, pertengahan Juni 2016 lalu, Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDI Perjuangan, menerima majalah Historia , di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta. Wawancara yang berlangsung hingga jam sebelas malam itu membahas beragam hal, terutama tentang Sukarno dan PNI.
- Orang Jawa Mengamuk di Malaka
AWAL Juli 2024, saya berkesempatan mengunjungi Kampung Jawa di Malaka. Kawasan ini berada di pinggir Sungai Malaka, tak jauh dari Gereja Merah dan Kompleks Perbentengan Eropa. Suasananya tak ubahnya kampung-kampung di Indonesia. Sepi dan lengang.
- Menggusur Marhaenis Gadungan
PADA 7 Juli 1963, PNI merayakan ulang tahun ke-36 di Stadion Utama Senayan. Dalam pidatonya, Ketua Umum PNI Ali Sastroamidjojo menerima Marxisme sebagai sumber Marhaenisme yang diusulkan Sukarno tiga tahun sebelumnya dalam kongres kesembilan di Solo. Definisi “Marhaenisme sebagai Marxisme yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia” ini secara resmi diterima dalam kongres kesepuluh PNI pada September 1963 di Purwokerto.
- Memasung Kaki Banteng
JUMAT, 1 Oktober 1965, Radio Republik Indonesia ( RRI ) menyiarkan berita operasi Gerakan 30 September (G30S). Gerakan militer yang dipimpin Letkol Untung itu mengumumkan telah menyelamatkan Presiden Sukarno dari kudeta Dewan Jenderal. Pukul 11.30, DPP PNI menyambutnya dengan nada mendukung.
- Kusut Masai Aset Partai
DI persimpangan antara Jalan Salemba Raya dan Jalan Pramuka, terhampar lahan seluas 1.600 meter persegi. Tak ada bangunan berdiri di areal tanah itu, hanya tembok yang mengitari sekelilingnya, membatasi akses warga sekitar. Sebuah papan pengumuman terpampang di sana: Tanah Ini Milik PT Solid Gold Abadi berdasarkan sertifikat hak milik dilarang memasuki lahan ini/melakukan kegiatan tanpa izin dari pemilik akan dikenakan sanksi pidana dengan pasal 167 KUHP .
- Kisah Naga Terbang dan Gagak Hitam
KABAR proklamasi sampai ke telinga Timur Pane, pemimpin geng copet Medan. Dia meresponsnya dengan mendirikan badan perjuangan bernama Naga Terbang yang beranggotakan para jago dan kalangan dunia hitam.
- Kala Hak Imunitas Anggota DPR Kandas
SABTU malam, 30 November 1957, Perguruan Cikini menggelar lustrum ke-3. Presiden Sukarno, sebagai orangtua dari Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri, hadir dan memberikan sambutan.
- Dangdut Rasa Pantura
SUASANA pesta pernikahan di desa Kanci, Cirebon, mulai semarak. Di atas panggug, Kiki Afita (21 tahun) menyanyikan lagu “Kawin Batin” karya Dadang Anesa dengan logat Cirebon yang khas. Kiki terlihat enerjik, melangkah ke setiap sudut panggung, mengajak penonton bergoyang. Tepakan kendang, alat musik tradisional Sunda, menghentak cepat. Suling, gitar, saksofon, dan organ ikut mengiringi.
- Bulungan Menembus Angan
BULUNGAN, nama beken Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, masih ramai. Di dalam Gedung Olahraga, sorakan bersahutan, menyemangati tim bola basket yang tengah berlaga. Di depannya, di sebuah kantin, muda-mudi bercengkerama dan bercanda ria. Beberapa bernyanyi bersama, bermain gitar, tetapi ada juga yang melamun.
- Antara Senen dan Klender
JULUKANNYA “menteri copet”. Di kawasan Senen, Jakarta, kalau cabriolet kap terbukanya lewat, orang-orang mengangguk hormat. Itulah Bang Pi’i. Dia punya pasukan bernama Sebenggol; isinya semua pencopet.
- Bukan Sekadar Gaya Hidup
JARUM jam mendekati pukul 19.00. Satu per satu meja yang telah disusun sedemikian rupa dengan hiasan bunga mulai terisi oleh para tamu undangan. Sejumlah tuan dan nyonya Eropa memenuhi ruangan besar di gedung Koninklijke Natuurkundige Vereeniging (KNV) atau Asosiasi Ilmu Pengetahuan Alam Kerajaan di Koningsplein Zuid (kini, Jalan Merdeka Selatan), Batavia, pada Juni 1913.






















