top of page

Sejarah Indonesia

Ahli Medis Belanda Ditipu Tabib Tionghoa

Ahli Medis Belanda Ditipu Tabib Tionghoa

Usaha mencari obat mujarab di negeri jajahan tak melulu berjalan mulus. Salah seorang ahli medis malah kena tipu.

Oleh :
18 September 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Toko obat Tionghoa, 1913. (European Physician and Botanists Indigenous Herbal Mdicine in the Dutch East Indies).

Diperbarui: 26 Mei

KEAMPUHAN pengobatan Tiongkok yang berhasil menyembuhkan penyakit lepra dan kaki gajah membuat A. Schultz, petugas kesehatan kolonial di Sambas, tertarik pada pengobatan tersebut. Pada 1848, Schultz melaporkan keinginannya meneliti pengobatan itu pada atasannya di Batavia. Kepala Layanan Medis koloni menyetujui keinginan Schultz dan memintanya mengirimkan formula ramuan itu ke Batavia.


Menurut Liesbeth Heeselink dalam Healers on the Colonial Market, pemerintah kolonial cukup royal membiayai keperluan riset medis. Para fisikawan diperbolehkan meriset segala bentuk pengobatan dan terapi yang digunakan penduduk lokal. Pengobatan asal Tiongkok juga ikut diteliti.


Namun, si tabib Tionghoa yang menarik perhatian Schultz enggan memberikan formula obatnya secara cuma-cuma. Ia mematok harga tinggi untuk formula rahasianya. Schultz lantas putar otak mencari bantuan dana untuk menyokong penelitiannya. Wakil residen ikut membantu rencana ini dengan memberi sejumlah uang untuk membeli formula rahasia itu. Pada 1855, formula rahasia berhasil didapat dengan harga 1376.90 gulden (setara ratusan juta nilai uang saat ini). Sayangnya, si tabib keburu kabur sebelum formulanya sempat diuji.


Untuk menguji khasiat formula obat dari tabib yang kabur itu, Schultz meminta bantuan seorang lelaki Tiongkok untuk mengenali komposisinya. Tiga pasien direkrut untuk jadi kelinci percobaan. Setelah diuji, formula obat yang rupanya terdiri dari salep, pil, dan rempah tak banyak membantu. Satu pasien yang jadi kelinci percobaan bahkan tewas kendati dua lainnya agak membaik.


Untuk menutupi rasa malu akibat ditipu tabib Tiongkok, ada yang mengusulkan agar penelitian dilanjutkan. Pada akhirnya, penelitian itu dihentikan karena efektivitas obatnya meragukan. Usaha dan biaya yang sudah dikeluarkan pun hanya menghasilakn kekecewaan lantaran formula tersebut ternyata tak berkhasiat.


Dalam laporannya tahun 1890, inspektur Dinas Kesehatan Sipil Adolphe Guillaume Vorderman menulis, cara paling mudah mendapat resep rahasia dari tabib Tiongkok ialah dengan menemukan mereka yang berutang. Si pemberi utang bisa menekan tabib Tiongkok itu untuk memberikan resep rahasia dan komposisi formula obatnya. Setelah itu baru Vorderman, seperti ditulis Hans Pols dalam “European Physician and Botanists Indigenous Herbal Mdicine in the Dutch East Indies”, akan meneliti dan menganalisis kandungan kimianya. Trik ini dinilainya efektif jika kepercayaan dan hubungan timbal balik tidak membuahkan hasil dibanding membeli dengan harga mahal seperti yang dilakukan Schultz.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Badan-Badan Otonom NU

Badan-Badan Otonom NU

Nahdlatul Ulama memiliki badan-badan otonom dalam berbagai bidang untuk menandingi gerakan organisasi-organisasi massa PKI.
Dari Gas hingga Listrik

Dari Gas hingga Listrik

NIGM adalah perusahaan besar Belanda yang melahirkan PLN dan PGN. Bersatunya perusahaan gas dan listrik tak lepas dari kerja keras Knottnerus di era Hindia Belanda.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Khotbah dari Menteng Raya

Khotbah dari Menteng Raya

Tak hanya mendatangkan suara, Duta Masjarakat juga menjadi jembatan Islam dan nasionalis sekuler. Harian Nahdlatul Ulama ini tertatih-tatih karena minim penulis dan dana.
bottom of page