top of page

Sejarah Indonesia

Berbau Kolonial Sebuah Sekolah Di Belanda Ganti Nama

Berbau Kolonial, Sebuah Sekolah di Belanda Ganti Nama

Jan Pieterszoon Coen, tokoh sejarah Belanda yang kelakuannya membuat seisi sekolah tidak nyaman. Malu karena masa lalu.

17 Januari 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Jan Pieterszoon Coen (1587-1629), gubernur jenderal Hindia Belanda. (Rijksmuseum/Wikimedia Commons).

SEBUAH sekolah dasar di kawasan Indische Buurt, Amsterdam mengganti nama Jan Pieterszoon Coen (JP Coenschool) yang telah disandangnya selama bertahun-tahun. “Sejarah adalah sesuatu yang indah,” kata Sylvie van den Akker, kepala sekolah, seperti dikutip dari situs koran Het Parool kemarin, 16 Januari 2018, namun nama JP Coen menurutnya menanggung beban kelam sejarah.


Jan Pieterszoon Coen atau yang bagi sebagian warga Batavia tempo dulu dipanggil Murjangkung, punya catatan hitam dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Sebelum jadi gubernur jenderal Batavia pada 1619, dia bertanggungjawab atas pembunuhan massal ribuan orang di kepulauan Banda demi monopoli pala VOC. Apa yang dilakukan JP Coen di masa lalu itu dianggap tak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut sekolah.


“Ini sama sekali tidak sesuai dengan nilai kita sebagai sekolah," kata Sylvie kepada NAP Nieuws. "Kami adalah sekolah dasar multikultural yang damai, dan kami juga ingin memancarkan nilai-nilai itu."


Nama JP Coen yang disandang sekolah tersebut ternyata menimbulkan rasa tak nyaman di kalangan murid dan para pengajarnya. Gara-gara itu, mereka sepakat untuk menyebut nama sekolah mereka “Coenschool” tanpa menyebut inisial nama depannya sebagai usaha menghilangkan kesan buruk yang melekat pada nama JP Coen.


“Nama Coenschool merujuk kepada seorang anak laki-laki, bukan kepada tokoh sejarah,” ungkap Sylvie.


Sejak setahun lalu, sekolah yang terletak di wilayah timur Amsterdam itu juga berjejaring dengan Unesco. Organisasi PBB itu dikenal menjunjung tinggi nilai perdamaian, kebebasan, hak asasi manusia dan kesetaraan. Nama sekolah pun diharapkan sesuai dengan semangat nilai-nilai tersebut.


Untuk itu staf sekolah kini sedang menyiapkan sebuah survei nama sekolah yang akan diumumkan kepada publik. Mereka berharap warga bisa menyumbangkan nama baru buat sekolah tersebut. Coenschool ini berada di tengah kawasan yang banyak mengabadikan nama daerah di Indonesia sebagai nama jalannya, antara lain Javastraat, Sumatrastraat dan Madurastraat.


Kontroversi nama JP Coen tak terjadi hanya sekali di Belanda. Pada 2015 yang lalu, perdebatan juga pernah berlangsung ketika Pemkot Amsterdam menggunakan nama JP Coen sebagai nama terowongan yang menghubungkan Amsterdam dengan Zaandam.


Dalam pelajaran sejarah Belanda, VOC tak pernah dikenang sebagai lembaga kolonial yang banyak mendatangkan musibah bagi warga jajahan. Generasi muda Belanda lebih mengenal VOC sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia yang pernah berjaya menguasai jalur perdagangan dunia. Namun kini suara-suara kritis bermunculan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tak berkaca kepada sejarah kelam Belanda.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page