top of page

Sejarah Indonesia

Canting Dari Sungai

Canting dari Sungai Kuning

Warna batik pun menyala dengan sentuhan Tionghoa.

Oleh :
2 Oktober 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

  • Aryono
  • 2 Okt 2017
  • 2 menit membaca

PUTRI Ong Tien nelangsa. Sebagai istri wali Sunan Gunung Jati di Cirebon, dia belum juga beroleh keturunan. Untuk menghibur diri, kala senggang, dia melukis di kain. Corak batik hasil kreasinya kadang diberi warna-warna cemerlang seperti warna keceriaan musim semi di Tiongkok. Banyak dayang meniru motif ciptaan Ong Tien. Kini, kita mengenalnya sebagai motif mega mendung.


Dari batik Cirebon, Pekalongan, hingga Lasem, pengaruh Tionghoa kental sekali dalam menambah kekayaan corak batik Nusantara.


“Pengaruh budaya Tionghoa terhadap batik sangat kuat, terutama untuk batik pesisir, seperti batik Pekalongan atau batik Cirebon. Sebab, memang orang-orang di daerah pesisir yang aktif melakukan kontak dengan masyarakat luar, seperti dengan para pedagang asal negeri Tiongkok. Motif buket bunga pada batik pesisir itu kuat pengaruh Tionghoa,” kata Benny Gratha, asisten kurator Museum Tekstil Jakarta.


Pekalongan atau dulu disebut Bandar Guminsang terkenal dengan batik encim. Tata warna dan motif khas Tionghoa terlihat pada ragam hias buketan (gambar bunga) dengan tata warna porselin Cina, kemudian motif burung hong, hingga cerita Sam Pek Eng Tay.


Salah satu pengusaha Tionghoa terkemuka di Pekalongan adalah Oey Soe Tjoen. Mulai merintis sejak 1927 di wilayah Kedungwuni, perusahaan batik “Art” miliknya mampu bersaing dengan pengusaha batik keturunan Eropa macam Van Zuylen. Penggarapan tanahan, latar belakang dari desain utama, menjadi cirinya.


Lasem, dikenal juga sebagai le Petit Chinois atau Cina Kecil, memiliki sejarah panjang tentang batik. Serat Badra Santi karya Mpu Santi Badra pada 1479 M, menyebut Na Li Ni, istri nahkoda dari Campa (kawasan Indo Cina) bernama Bi Nang Un, memberikan sentuhan Tionghoa dalam seni batik Lasem. Terlihat dari motif naga, burung merak, kilin (kuda-naga yang bertanduk dalam mitologi Cina), ayam, kupu-kupu, ikan emas, bunga Peony, dan bunga krisan. Motif dari Tionghoa tersebut berpadu-padan dengan motif geometris ala Jawa yang diwakili motif parang, kawung, pamor udan liris. Warna batik Lasem cukup beragam, seperti gelap-merah, biru, coklat muda, hijau, coklat gelap, dan ungu.


Menurut Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya, asal-usul teknik batik dan sejarahnya masih gelap. Teknik ini hanya didapati di Jawa namun itu pun pada zaman yang relatif mutakhir. Karenanya, dia berkesimpulan, “sulit bagi kita untuk menerima bahwa teknik merupakan ‘latar budaya’ Nusantara. Sebaliknya, berbagai argumen yang mengesankan adanya pengaruh India, atau Cina, masih sangat lemah.”


Namun, Lombard juga menyebutkan, sejak abad ke-18 para pengrajin Cina berperan dalam produksi batik, khususnya di Cirebon dan Lasem. “… semua Jawa mengenal dengan baik berbagai motif yang diilhami oleh tradisi Cina yang telah mereka sebar luaskan,” tulisnya, menyebut contoh motif naga atau liong, swastika (banji), hingga mega mendung.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Kedua jenis ulos ini biasa digunakan dalam pesta sukacita orang Batak. Sadum untuk perempuan dan Tumtuman bagi laki-laki.
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
bottom of page