top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Dari Telinga Turun Ke Mata

Berangkat dari sandiwara radio yang populer, Saur Sepuh versi layar lebar menuai sukses besar.

Oleh :
16 Apr 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ki-ka: Harry Sabar, Imam Tantowi, Murti Sari Dewi, Fendy Pradana, dan Candy Satrio.

  • Aryono
  • 17 Apr 2013
  • 2 menit membaca

Ki-ka: Harry Sabar, Imam Tantowi, Murti Sari Dewi, Fendy Pradana, dan Candy Satrio. Foto: Aryono.


SIAPA tak kenal Brama Kumbara dengan ajian serat jiwanya? Atau Mantili dengan pedang setannya? Karakter utama dalam sandiwara radio Saur Sepuh karya Niki Kosasih ini begitu ditunggu-tunggu para pendengarnya pada 1980-an. Sandiwara radio ini diproduksi Sanggar Prativi.


“Setiap sore, saya membawa radio transistor rumah, saya kalungkan di leher sembari mencari gelombang radio yang menyiarkan sandiwara radio Saur Sepuh,” ujar Devi, salah satu pengunjung acara nonton bareng dan diskusi film Saur Sepuh 3, yang digelar Komunitas Pecinta Film Indonesia Jadul di Pisa Kafe Jalan Mahakam, Jakarta (16/4).


“Jika sinyal gelombang jelek,” kenang Devi, “saya tak segan mencari tempat lebih tinggi, seperti pohon, untuk mendapatkan gelombang yang jernih. Supaya tidak ketinggalan ceritanya.”


Demam sandiwara radio sudah melanda sejak decade 1970-an. “Sebuah survei membuktikan bahwa pendengar acara sandiwara meledak. Bahkan sampai ada yang celaka terkena aliran listrik gara-gara sandiwara radio,” tulis Marwati Djoened Poesponegoro dkk dalam Sejarah Nasional Indonesia, Lahir dan Berkembangnya Orde Baru.


Kesuksesan Saur Sepuh menarik perhatian sutradara Imam Tantowi untuk mengadaptasinya ke layar lebar. Namun, usaha itu tak semudah membalikkan telapak tangan. “Kesulitannya adalah membawa imajinasi pendengar yang sudah terbentuk dalam sandiwara radio ke visual,” kata Tantowi, dalam acara diskusi. “Saya takut gagal menerjemahkan sandiwara radio ini.”

Selain Tantowi, hadir pula beberapa pemeran film Saur Sepuh seperti Murti Sari Dewi (Lasmini), Fendy Pradana (Brama Kumbara), dan Candy Satrio (Raden Bentar).


Menurut Tantowi, dia melakukan riset sejarah ke Museum Nasional untuk mencari literatur yang menggambarkan keadaan sehari-hari Majapahit. Dia juga menggarap aspek visual secara sungguh-sungguh. Misalnya, visualisasi burung Rajawali, tunggangan Brama Kumbara. “Boneka burung Rajawali dibuat sedemikian besar karena teknologi komputer saat itu belum memungkinkan untuk membuat semacam tiga dimensi,” ujar Tantowi.


Tak hanya aspek visual, Tantowi menggandeng Harry Sabar sebagai penata musik. “Latar belakang film ini adalah masa Majapahit, menurut yang saya pelajari dari para arkeolog, bahwa alunan musik pada waktu itu plain saja, polos,” ujar Harry Sabar.


Hasilnya? Film Saur Sepuh dibanjiri penonton. Saur Sepuh I menjadi film terlaris selama tahun 1988 dengan 575.480 penonton. Sedangkan Saur Sepuh II (1989) dengan 583.604 penonton dan Saur Sepuh III (1990) dengan 611.073 penonton.


Masalahnya, apakah film itu berhasil memenuhi imajinasi pendengar radio? Jika Anda pendengar setia Saur Sepuh dan menonton filmnya, tentu punya jawabannya.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page