top of page

Sejarah Indonesia

Gerakan Anti Gundul Pelajar Masa Jepang

Gerakan Anti-Gundul Pelajar Masa Jepang

Jepang mewajibkan murid-murid Indonesia gundul. Melibatkan tentara bersenjata lengkap untuk menggunduli murid,

7 Desember 2020
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Murid-murid lelaki berkepala gundu di sekolah. (Zeanal Nursyiwan).

Matahari bersinar terik pagi itu. Wajah murid-murid Sekolah Menengah Tinggi (SMT) Jakarta penuh peluh. Mereka masih senam pagi atau taiso bersama seorang guru di lapangan. Mereka kelihatan senang meski lelah. Ini kebiasaan baru murid sekolah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. Tujuannya agar murid lebih disiplin dan fisiknya kuat.  


Seorang pengawas sekolah (minami san) lalu memanggil guru di lapangan. Dia menyampaikan SMT Jakarta akan memberlakukan aturan kepala gundul untuk guru dan murid-murid lelaki. Guru meneruskan informasi itu ke para murid. Karuan wajah murid-murid lelaki berubah muram.


Aturan menggunduli rambut berlaku umum di tiap jenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah bala tentara Dai Nippon. Dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. “Kita harus gundul seperti keadaan mereka,” kata Daan Jahja, mantan murid sekolah umum, yang kelak menjadi Panglima Divisi Siliwangi dalam Di bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua Orang yang mengalaminya.


Tapi sekolah swasta seperti pesantren tak wajib mengikutinya. “Di sekolah agama kami belajar waktu itu, Balige, kami diberi kebebasan berpakaian seperti pakaian pemuda sekarang, celana panjang, baju putih, rambut tidak usah gundul, dan berpeci, tidak diharuskan memakai pakaian sebagaimana chugako yang harus memakai pakaian Jepang,” sebut Darwis Abdullah, mantan murid sekolah swasta di Balige, Sumatra Utara.


Menurut orang Jepang, kepala gundul bagi murid laki-laki mencerminkan kedisiplinan, kerapian, dan kekuatan ala prajurit militer. “Hal demikian sudah menjadi tradisi di Jepang kali itu,” kata Eddy Djoemardi Djoekardi dalam Jembatan Antar Generasi: Pengalaman Murid SMT Djakarta 1942–1945.


Kebijakan menggunduli kepala itu juga tak lepas dari orientasi pendidikan mereka di Indonesia. “Tujuan pendidikan pada zaman Jepang di Indonesia adalah menyediakan tenaga-tenaga buruh kasar secara cuma-cuma (Romusha) dan prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang,” catat Setijadi dalam Pendidikan di Indonesia 1900–1974.


Jepang semula menerapkan penggundulan kepala kepada murid-murid sekolah dasar, lalu menengah, dan mahasiswa perguruan tinggi. Sebermula murid-murid lelaki menerima saja kebijakan ini. Lagipula kalau tak mau gundul, mereka tak boleh masuk ke sekolah.


Belakangan pengawas sekolah Jepang dan orang-orang Jepang seringkali bertindak memaksa dan main kasar. Pukulan kerap melayang kepada guru-guru dan murid yang dianggap bersalah. Tak peduli laki-laki atau perempuan. Operasi penggundulan kepala itu sampai melibatkan tentara seperti menimpa mahasiswa Ika Daigaku (Sekolah Tinggi Kedokteran).


“Pihak Jepang membawa sejumlah serdadu lengkap dengan senjata yang siap tembak. Tentu di antara mahasiswa ada yang mau dan ada yang tidak mau. Yang kontra mulai mangkir-mangkir ke kuliah dan bergabung dengan kelompok gerakan bawah tanah,” lanjut Eddy.


Dari sini muncul penolakan terhadap penggundulan kepala ini secara luas. Antara lain dari murid-murid SMT Jakarta. Ada murid pelopornya, tapi dirahasiakan. “Karena di antara siswa SMT ada juga kaki tangan Jepang,” tambah Eddy.


Dukungan anti-gundul muncul pula dari guru-guru bangsa Indonesia. Mereka mencoba memberi pengertian kepada pengawas sekolah Jepang bahwa rambut itu sakral bagi sebagian besar orang Indonesia. “Sehingga disentuh saja tidak boleh,” terang Eddy.


Tapi pengawas Jepang justru tambah berang mendengar penjelasan itu. Dia menganggap alasan itu hanya dibuat-buat. Senyampang itu, dia menarik dan menjambak rambut guru tersebut ke belakang. Bruk. Guru itu jatuh ke lantai.


Pengawas itu lalu berteriak pada murid lelaki. Murid perempuan juga kena hardik. Dia menganggap murid perempuan ikut mendukung gerakan anti-gundul di SMT. “Kami anak-anak perempuan ikut mendukung dan mogok belajar,” ungkap Indraningsih Wibowo kepada Eddy dalam Jembatan Antar Generasi. Akibatnya mereka semua kena hukuman.


Karena gerakan anti-gundul ini, situasi SMT Jakarta sempat tegang. Sebagian kecil murid lelaki memilih jalan tengah dengan mencukur pendek rambutnya. Tapi tak sampai gundul. Sebagian besar mereka tetap berambut seperti biasa. Mereka berjaga di pintu masuk sekolah untuk melarang masuk murid-murid gundul.


Sekolah akhirnya meliburkan aktivitas belajar-mengajar selama beberapa hari. Para murid, guru, dan orangtua sempat cemas dengan keputusan libur itu. Mereka mengira pengawas sekolah melaporkan urusan ini ke Kempeitai atau polisi rahasia Jepang yang terkenal suka menyiksa.


Kecemasan mereka kian besar setelah mendengar Abdul Fatah, salah satu murid anti-gundul di Jakarta, dibawa ke rumah seorang penilik sekolah (Shidokan) selama sebulan. “Secara berganti-ganti diinterogasi oleh orang-orang Kempeitai,” terang Eddy.


Tapi kekhawatiran mereka sirna. Tak ada laporan ke Kempeitai. Pengawas sekolah mengalah dengan membiarkan murid-murid lelaki berambut seperti sediakala. “Kemenangan ada di pihak SMT Djakarta,” kenang Eddy.   


Pendudukan Jepang di Indonesia berakhir pada 1945. Aturan sekolah pun berubah. Tak ada keharusan gundul pada masa revolusi. Malah rambut gondrong dipandang sebagai simbol perjuangan. Sebab para murid ikut berjuang ke palagan. Tak ada waktu untuk mengurusi rambut. Semakin gondrong, semakin berjuang.





Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Modderlust, Tempat Tongkrongan Perwira AL di Masa Lalu

Modderlust, Tempat Tongkrongan Perwira AL di Masa Lalu

Sudah tak berbekas, tempat yang kini berdiri Tugu Jangkar dulunya merupakan Sociteit Modderlust, tempat tongkrongan favorit perwira. Sempat pula menjadi markas BKR Laut.
Alkisah Aksi Asusila di Stadion yang Bikin Viral

Alkisah Aksi Asusila di Stadion yang Bikin Viral

Insiden suara desahan di GBK berujung permintaan maaf dan teguran keras. Di LA, sejoli yang berlaku cabul saat menonton di stadion diganjar hukuman jauh lebih berat.
Persaudaraan Setia Hati pada Masa Pendudukan Jepang

Persaudaraan Setia Hati pada Masa Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, ada upaya standarisasi silat di bawah guru Setia Hati. Pengawal pertama Sukarno dan Mohammad Hatta dipilih dari pendekar silat.
Hitam Manis Kecap Indonesia

Hitam Manis Kecap Indonesia

Kecap manis asli dari Indonesia. Ia teman setia berbagai masakan khas Nusantara.
Melawan Lupa Peristiwa Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Melawan Lupa Peristiwa Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Selain melakukan upaya melawan lupa terhadap kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998, masyarakat juga perlu memastikan bahwa narasi sejarah tidak dijadikan alat untuk melegitimasi kekuasaan.
bottom of page