top of page

Sejarah Indonesia

Indonesia Raya Mengancam Belanda

Indonesia Raya Mengancam Belanda

Sebuah lagu mengancam kekuasan pemerintah kolonial Belanda. Peristiwa Sumpah Pemuda membuktikannya.

27 Oktober 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Diorama Wage Rudolf Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya di Kongres Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Foto: museumsumpahpemuda.com.

MEMASUKI sidang ketiga Kongres Pemuda II, polisi rahasia Belanda makin siaga. Takut-takut kalau para pemuda mengadakan gerakan. Tetiba Ketua Panitia Kongres Sugondo Djojopuspito dihampiri Wage Rudolf Supratman, peserta kongres merangkap wartawan Sin Po.


“Bung Gondo, apakah saya dapat memperdengarkannya sekarang,” tanya Supratman yang menenteng kotak biola dan menggenggam secarik naskah lagu.


Sugondo membaca naskah lagu itu. Kalimat “Indonesia Raya” dalam lirik lagu membuatnya cemas. Dia menyerahkan naskah lagu itu kepada petinggi pemerintah kolonial yang hadir, Charles van der Plas. Van der Plas malah menyarankan supaya meminta izin kepada perwira polisi Belanda. Sugondo tak bersedia. Supratman lantas meyakinkan kawannya itu.


“Saya hanya mau memperdengarkan dengan permainan biola,” kata Supratman dalam Sejarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya karya B. Sularto.


Sidang akan kembali digelar dengan agenda penetapan hasil keputusan kongres. Sebelum dimulai, Supratman mendapat kesempatan memperdengarkan lagu ciptaannya dengan biola. Ratusan pasang mata menatap ke arahnya.


“Sekalipun hanya mendengar alunan instrumentalia tanpa lirik, lagu berjudul Indonesia Raya itu tampak mendatangkan rasa hikmat dan khusuk pada hadirin,” tulis Parakitri Simbolon dalam Menjadi Indonesia.


Ketika Supratman mengakhiri permainan biolanya, seluruh hadirin takjub. Tepuk tangan yang gemuruh masih terdengar mengiringi kepergian Supratman kembali ke tempat duduknya. Setelah kongres ditutup dengan ikrar Sumpah Pemuda, lagu itu kembali diperdengarkan.


“Saya ingat, rapat penutupan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 waktu Indonesia Raya diperdengarkan untuk pertama kali. Lagu itu dinyanyikan bersama-sama oleh hadirin,” kenang Soegondo Djojopoespito dalam tulisan ”Beberapa Cerita yang Kurang Tepat dalam Beberapa Karangan tentang Sumpah Pemuda” termuat dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda.


Seorang gadis remaja bernama Dolly Salim, putri Haji Agus Salim menjadi pemandu lagu itu. Lagu itu segera mengkhalayak di mana-mana. Di beberapa forum resmi, bahkan lagu itu dikumandangkan dengan sikap hormat.


“Sejak itu lagu tersebut sangat terkenal di kalangan para pemuda perkotaan,” tulis Bob Hering dalam Mohammad Hoesni Thamrin: Tokoh Betawi-Nasionalis Revolusioner Perintis Kemerdekaan.


Menurut Sularto, pemerintah kolonial secara diam-diam memerintahkan tenaga ahlinya untuk meneliti peranan lagu Indonesia Raya. Mereka sepakat, lagu Indonesia Raya dapat mengancam pemerintah. Menyanyikan lagu ini bahkan menggumamkannya dianggap dapat mengancam ketenangan dan ketertiban umum.


“Lagu gubahan Supratman yang sangat puitis akan mendorong lahirnya kesadaran baru bangsa Indonesia,” tulis Hering.


Pemerintah kolonial Belanda meresponnya secara represif. Untuk beberapa waktu lamanya lagu Indonesia Raya dilarang diperdengarkan.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim dikenal dengan julukan Napoleon dari Batak. Menyalakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda di tanah Simalungun.
Antara Raja Gowa dengan Portugis

Antara Raja Gowa dengan Portugis

Sebagai musuh Belanda, Gowa bersekutu dengan Portugis menghadapi Belanda.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page