top of page

Sejarah Indonesia

Kemajemukan Banda

Kemajemukan Banda

Kepulauan kaya rempah itu ibarat Indonesia kecil dalam soal keanekaragaman

30 Juli 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Seminar tentang Banda di Erasmus Huis foto: Randy Wirayudha/Historia

Diperbarui: 1 Agu

Sejak lama, Banda menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah ternama dunia. Karena itu, tidak aneh jika kawasan kepulauan di timur Indonesia tersebut sudah menjadi rebutan sejumlah negara-negara kolonial seperti Portugis, Inggris, Spanyol dan Belanda.


Menurut sejarawan Wim Manuhuttu, dari temuan-temuan arkeologis, Banda diketahui sudah menjadi bagian besar dari jaringan perdagangan di kawasan Samudera Hindia. “Selain pedagang-pedagang Nusantara, banyak pedagang dari Cina, Arab, Persia datang dan menetap di sana,” ungkap Wim dalam acara seminar "Banda: Heritage of Indonesia" di Erasmus Huis, Jakarta, Senin (31/7/2017).


Bahkan kata Wim, situasi masyarakat Banda sudah begitu teratur. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya desa-desayang tertata baik lengkap dengan perangkat-perangkatnya. “Dari temuan lukisan-lukisan lama, menunjukkan sudah ada permainan bola di sana. Tapi kami tidak tahu apakah ball game seperti sepakbola itu sudah ada aturannya atau tidak, karena dimainkan dengan dua bola,” ungkapnya.


Namun sejak terjadinya pembantaian oleh VOC (Kongsi Dagang Hindia Timur milik Belanda) pada 1621, populasi masyarakat asli Banda kian berkurang. Hanya tinggal berkisar 13-15 ribu penduduk atau 15 persen saja dari keseluruhan penduduk Banda.


Semula banyak orang Banda yang dibawa pedagang-pedagang Belanda ke Batavia. Tapi akibatnya Belanda yang tidak mengerti soal Pala, tak bisa mengelola jenis rempah populer tersebut. “Akhirnya beberapa orang Banda dibawa kembali…” kata Wim.


Seiring waktu, percampuran antara pendatang yang menetap dari berbagai suku bangsa membuat identitas asli Banda perlahan menghilang. Dr Usman Thalib, dosen Universitas Pattimura juga mengakui, bahwa sampai sekarang orang-orang Banda asli terbilang langka.


“Orang-orang di Banda biasanya adalah percampuran keturunan lebih dari dua bangsa. Ini yang menjadikan Banda sangat pluralis dan diakui juga oleh Mohammad Hatta, salah satu tokoh bangsa yang pernah dibuang di Banda,” ujar Usman.


Maka wajarlah, kata Usman, jika Hatta pernah mengatakan: kalau mau melihat keanekaragaman Indonesia, lihatlah masyarakat Banda. Di sana, darah orang Cina, Arab, Bugis, Melayu, Jawa dan Eropa bersatu padu.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
Yang Tercecer dari Pencurian Galeri Perhiasan Louvre

Yang Tercecer dari Pencurian Galeri Perhiasan Louvre

Sejumlah perhiasan para ratu dicuri dari Museum Louvre ketika Prancis masih didera krisis politik. Bermacam batu perhiasannya berasal dari negeri jajahan.
Omar Sharif Aktor Arab Penghias Film-film Barat

Omar Sharif Aktor Arab Penghias Film-film Barat

Anak juragan kayu Mesir ini berkibar di perfilman Barat pada dekade 1960-an dan 1970-an.
Njoto Sang Maestro

Njoto Sang Maestro

Petinggi PKI yang memiliki kepekaan seni yang tinggi. Njoto bergaul karib dengan musisi nasional Jack Lesmana.
Cerita di Balik Labu Kuning Ikon Halloween

Cerita di Balik Labu Kuning Ikon Halloween

Labu kuning yang diukir seperti wajah tersenyum dan dikenal sebagai Jack O’ Lantern menjadi ikon populer Halloween. Cerita asal-usulnya berkaitan dengan dongeng rakyat Irlandia.
bottom of page