top of page

Sejarah Indonesia

Menghitung Lelembut Di Jawa

Menghitung Lelembut di Jawa

Suluk ini memuat nama-nama dhanyang, roh penunggu atau pelindung daerah-daerah di Jawa. Siapa dhanyang daerahmu?

Oleh :
29 Juni 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi sesajen di pohon besar di Kawali. (Wereldmuseum Amsterdam).

  • Aryono
  • 29 Jun 2024
  • 2 menit membaca

MOHON dimaafkan hamba hendak menghitung, makhluk halus di Nusa Jawa, yang menjadi penjaga setiap kota, para raja makhluk halus, besar kegunaannya, jika bisa mengingatnya satu per satu, mampu untuk menolak ilmu hitam, bisa dibuat membantu kesembuhan yang sakit karena guna-guna, pohon dan tanah yang angker akan jadi tawar.


Begitulah bait pembuka dari 26 bait dari apa yang dinamakan Suluk Plencung. Suluk ini sudah lama tak dilantunkan.


“Dituliskan pada era Sultan Agung. Suluk ini dilagukan dengan Sinom, itu berarti ditujukan kepada Sunan Giri, sebagai wali tertua,” ujar Herman Sinung Janutama, peneliti manuskrip kuno dari Yogyakarta.



Menurut Herman, Suluk Plencung diciptakan dengan tujuan agar setiap orang yang melakukan perjalanan dapat mengetahui siapa nama dhanyang, roh penunggu dan pelindung suatu tempat, di daerah yang dilewati.


Beberapa makhluk halus atau lelembut dan daerah kekuasaannya diidentifikasi dalam Suluk Plencung. Misalnya, Pacitan dijaga Sidakare, Magetan (Endrayaksa), Lamongan (Carub Bawor), Blora (Si Lancuk), Semarang (Barat Katiga), Magelang (Ki Samahita), Pekalongan (Ki Gunturgeni), Brebes (Dadungawuk), Cirebon (Setan Kabiri), Pajajaran (Si Karebeg), Betawi (Sapuregel), dan Subang (Si Lowar).



Hingga hari ini, hanya ada dua naskah Suluk Plencung yang bisa terlacak. Keduanya tersimpan di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta dengan kode SK 104 dan SK 158.


“Dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Museum Sonobudoyo Yogyakarta yang disunting Behrend, tahun 1990, masing-masing memiliki kode-katalog P 187 dan I 28,” ujar Abimardha Kurniawan, doktor Ilmu Susastra UI dengan disertasi tentang naskah Utarasabda.



Kondisi naskah SK 158 (I 28) tak begitu baik. Naskah tersebut merupakan kumpulan beberapa teks dari naskah-naskah yang terlepas dan kemudian dijilid ulang. Suluk Plencung ada di bagian paling akhir naskah ini.


Suluk Plencung digubah pada 10 Dulkidah 1719 tarikh Jawa atau 19 Juli 1791. “Tidak ada keterangan siapa penggubah teks Suluk Plencung serta di mana ia digubah,” ujar Abimardha. “Sedangkan naskah SK 104 tersebut disalin oleh seseorang yang bernama Jayahatmaja sekitar tahun 1929 Masehi di Yogyakarta.”*


Baca laporan khusus tentang makhluk halus berikut ini: 





Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page