top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Menyingkap Makna Ndas Mangap

Terkandung semangat juang 1945 dalam ikon kebanggaan Persebaya dan Bonek, bernama Ndas Mangap.

14 Okt 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Logo Ndas Mangap di Atribut Kaos Bonek (Foto: Randy Wirayudha/Historia)

BERMACAM aksi koreo di setiap sudut tribun Gelora Bung Tomo, Surabaya, acap jadi penyedap mata tiap Persebaya tampil di hadapan Bonek, fans Persebaya. Ada kalanya nyanyian-nyanyiannya diiringi tampilan spanduk Bung Tomo, kadang buaya raksasa. Namun yang tak pernah absen, penampakan logo yang oleh para penggila bola Surabaya disebut “Ndas Mangap” atau “Wong Mangap”.


Logo berwujud seorang pemuda berambut gondrong dan memakai ikat kepala bertuliskan “Persebaya” sedang berteriak itu senantiasa menghiasi beragam atribut Persebaya, mulai dari kaos hingga stiker. Logo itu ternyata lahir hampir bersamaan dengan mulai dikenalnya penyebutan “Bonek” alias Bondo Nekat sebagai identitas suporter tim berjuluk Green Force itu.


“Itu dari (suratkabar) Jawa Pos desainernya. Gambar atau karikaturnya dibuat Pak (Mister) Muchtar. Itu mulai muncul tahun 1987 dan meluas melekat di berbagai atribut pada 1988, waktu Persebaya juara Perserikatan,” cetus dedengkot Bonek Andie ‘Peci’ Kristianto kepada Historia.


Mister Muchtar merupakan seniman jebolan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Sejak 1986, dia berkecimpung sebagai ilustrator dan lay outer Suratkabar Jawa Pos. Sketsa pertamanya dibuat pada suatu malam hanya dalam kurun waktu 10 menit.


Pembuatan Ndas Mangap tak lepas dari inisiasi Dahlan Iskan. Pada awal Maret 1987, jelang laga final Perserikatan musim 1987 kontra PSIS Stadion Utama Senayan, Jakarta, Dahlan ingin ada tambahan atribut untuk mengiringi pemberangkatan puluhan ribu Bonek ke ibukota –dikenal sebagai fenomena “Tret Tet Tet”.


“Malam itu juga dibuatnya (sebelum Bonek berangkat ke Jakarta). Di ruangan ada saya, tukang sablon dan bos (Dahlan Iskan). Karena besok sudah berangkat, saya gambar cepat-cepat di atas film. Mendesain di atas film sangat licin, dibuat di sana supaya langsung disablon,” ujar Mister Muchtar, dikutip Nor Islafatun dalam Arek Bonek: Satu Hati untuk Persebaya.


Karena dibuat terburu-buru, gambar Ndas Mangap pertama belum seperti sekarang yang dikenal umum. Sosok pemuda berambut gondrong yang mirip karakter Rambo yang diperankan Sylvester Stallone. “Ya, dulu seingat saya, desain awalnya belum gondrong. Tapi sudah pakai ikat kepala saja,” timpal Andie Peci.


Terinspirasi Perjuangan 10 November 1945


Laikya “Boeng, Ajo Boeng” karya pelukis Affandi dengan model sesama pelukis, Dullah, karya Ndas Mangap pun memakai model yang tak jauh dari penciptanya. Keterdesakan waktu membuat Dahlan Iskan sendiri yang dijadikan model. Foto Dahlan direproduksi dengan coretan karya Mister Muchtar itu. Pertamakali publikasinya di-launching di Jawa Pos edisi 3 Maret 1987 dan dinyatakan logonya milik umum.


“Maskot Persebaya 1927 kini sudah jadi milik umum. Penjual kaos, stiker, dan pemilik kendaraan bisa menggunakan maskot itu secara luas,” tulis Jawa Pos, 11 Maret 1987.



Meski mencontoh foto Dahlan, Mister Muchtar mengaku sketsa awal Ndas Mangap juga terinspirasi semangat Bung Tomo dan para pemuda Surabaya pada Pertempuran 10 November 1945. “Saya orang lama. Masih ada simbol-simbol lama terpengaruh gerakan-gerakan Bung Tomo. Bos memperagakan ekspresi seperti berteriak. Jadi logo itu adalah gambaran Pak Dahlan berteriak,” sambung Mister Muchtar.


Seiring waktu, logo Ndas Mangap bertransformasi dan pada era 1990-an disempurnakan oleh ilustrator Jawa Pos lain, Boediono. Logo Ndas Mangap yang dikenal sekarang merupakan hasil penyempurnaannya dan tetap tidak meninggalkan pengaruh semangat Surabaya sebagai “Kota Pahlawan”.


“Yang sekarang pakai ikat kepala tapi gondrong. Ikat kepala kan laikya identitas Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Identitas nekat, pemberani, simbol kebebasan, perlawanan, kemerdekaan,” tandas Andie Peci.



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page