top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Razia Rambut The Beatles dan Sasak

Tak hanya musiknya yang dilarang, gaya rambut The Beatles dan sasak juga jadi sasaran pengguntingan.

26 Jun 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Band asal Inggris The Beatles ketika berada di Amerika Serikat pada 1964. (Wikimedia Commons).

Dalam pidatonya pada 17 Agustus 1959, Presiden Sukarno menyinggung mengenai imperialisme kebudayaan. Ia menyebut pemuda-pemudi Indonesia yang katanya anti-imperialisme ekonomi dan imperialisme politik, justru membiarkan imperialisme terhadap kebudayaan.


Sukarno menyebut musik ngak-ngik-ngok, rock ‘n roll, dan dansa-dansi ala cha-cha-cha sebagai produk-produk imperialisme di lapangan kebudayaan. Sebagai gantinya, ia mendorong tari dan irama yang disebut lenso.



Sukarno tak menganggap remeh invasi kebudayaan imperialis. Selain mendorong pemuda untuk turut membasminya, ia juga mengerahkan aparat untuk menindak mereka yang masih ngeyel menggemarinya.


“Saya telah memberi instruksi kepada menteri muda Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan untuk mengambil tindakan-tindakan di bidang kebudayaan ini, untuk melindungi kebudayaan nasional dan menjamin berkembangnya kebudayaan nasional,” kata Sukarno dalam pidato berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” itu.


Rambut ala The Beatles dan sasak di Makassar dirazia pada pertengahan 1965. (Suara Merdeka, 23 Juni 1965).
Rambut ala The Beatles dan sasak di Makassar dirazia pada pertengahan 1965. (Suara Merdeka, 23 Juni 1965).

Belakangan diketahui grup musik Koes Plus dipenjara pada 1965 karena membawakan laguThe Beatles, grup musik asal Inggris. Selain itu, bukan hanya musiknya, pada tahun yang sama gaya rambut The Beatles dan gaya rambut sasak juga kena larangan.


Di Makassar misalnya, Team Komando Gerakan Penertiban Kotapradja Makassar menggelar razia terhadap gaya rambut The Beatles, sasak,danrok ketat. Mula-mula mereka memberikan peringatan kepada muda-mudi Makassar hingga melakukan pencegatan. Tak hanya ditegur, mereka juga kena pengguntingan di tempat.



Pencegatan juga dilakukan di depan bioskop-bioskop di mana muda-mudi mudah ditemui. Mengetahui di pintu bioskop telah siap petugas yang akan menggunting rambut, mereka buru-buru mengubah penampilan.


“Ialah serentak setelah para penonton yang masih berada dalam gedung bioskop mengetahui adanya pencegatan di pintu, maka para wanita yang berambut sasak lari terbirit-birit masuk WC, bukan untuk membuang air tetapi untuk membongkar rambut yang disasak pada kepalanya masing-masing,” tulis Suara Merdeka,23 Juni 1965.


WC yang biasanya digunakan untuk buang air, berubah jadi kamar rias yang menyelamatkan rambut mereka. Keluar dari bioskop, mereka pun lolos dari gunting aparat.



“Sementara itu, dari pimpinan Komando Gerakan Penertiban Kotapradja Makassar diperoleh keterangan, bahwa tindakan-tindakan terhadap rambut The Beatles, rambut sasak, dan rok ketat ini pada waktu-waktu yang akan datang akan dilakukan lebih keras lagi,” tulis Suara Merdeka.


Menurut Suara Merdeka, Komando Gerakan Penertiban dibentuk dari Angkatan Bersenjata dalam kota, hansip, pemerintah kotapraja, serta jawatan-jawatan yang dianggap berkaitan dengan pembangunan mental masyarakat.



Jika di Makassar rambut-rambut kena screening, di Jakarta ratusan piringan hitam dan tape recorder yang berisi lagu-lagu The Beatles juga kena razia. Aset yang diperkirakan senilai puluhan juta rupiah itu terjaring Operasi Hapus oleh Angkatan Kepolisian VII/Jaya.


Koran Pedoman,10 Juli 1965 seperti dimuat Rosihan Anwar dalam Sukarno, Tentara, PKI, melaporkan peringatan kepada para pedagang piringan hitam agar menyerahkan semua piringan hitam yang bernadakan ngak-ngik-ngok dan The Beatles mulai saat ini sampai batas waktu 22 Juli 1965. Tindakan ini diambil sesuai dengan instruksi presiden untuk kembali kepada kepribadian dan kebudayaan sendiri sesuai dengan Trisakti Tavip (tahun vivere pericoloso atau tahun menyerempet-nyerempet bahaya) di bidang kebudayaan.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page