top of page

Sejarah Indonesia

Rekaman Sidang Letkol Untung Di

Rekaman Sidang Letkol Untung di Mahmilub

Peristiwa penting era Sukarno dan Soeharto terdokumentasikan dalam ratusan film.

Oleh :
21 September 2016

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Letkol Untung bin Sjamsuri terduduk di kursi pesakitan. Dikawal sepasang polisi militer, dia menghadap hakim dengan wajah tegak. Terlihat hadir dalam persidangan pejabat tinggi negara seperti Adam Malik dan Jendral Basuki Rachmat. Pengadilan mendakwa Untung atas perbuatan makar: kudeta Gerakan 30 September 1965. Jelang pembacaan putusan, tak sekalipun dia mengaku bersalah. Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) menjatuhkan vonis hukuman mati. Kendati demikian, tak tampak raut getir pada diri komandan batalion Tjakrabirawa itu. 


Suasana tersebut terekam dalam “Siaran Khusus” Pusat Produksi Film Negara (PPFN) tahun 1966 berjudul “Untung di Depan Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa)”. “Seri ‘Siaran Khusus’ merupakan produk dokumentasi PPFN bergenre newsreel (film berita),” ujar Azmi, direktur pengolahan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dalam “Ekspose Daftar Arsip Film PPFN: Seri Siaran Khusus 1959-1978” di Gedung ANRI, Jakarta Selatan (22/9). 


“Siaran Khusus” berisi film pemberitaan mengenai aneka peristiwa bersejarah antara periode 1959-1978. Bermacam rekaman penting pada masa Presiden Sukarno sampai awal pemerintahan Presiden Soeharto termuat dalam “Siaran Khusus”. Beberapa di antaranya seperti: kunjungan tamu-tamu negara asing ke Indonesia; perjalanan Presiden Sukarno ke luar negeri; Asian Games; kampanye pembebebasan Irian Barat; Ganyang Malaysia; Mahmilub 1966; Pembangunan Lima Tahun (Pelita), ASEAN, hingga Timor-Timur.     


Arsip-arsip film tersebut, pada 1981 diserahkan Direktur PPFN, G. Dwipayana kepada Kepala ANRI, Soemartini dalam bentuk release copy. Sebanyak 202 film telah diolah dan rencananya dapat diakses oleh publik pada akhir tahun ini. Rata-rata film tersebut berdurasi 7 sampai 10 menit. 


Menurut Abduh Azis, direktur PPFN, film-film tersebut bukan sekadar dokumentasi semata melainkan dapat dinilai sebagai sebuah artefak kebudayaan. Sebab, dari sana tercermin potret dan semangat zaman suatu masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan.


“Arsip film punya makna yang lebih besar dari sekadar dokumentasi. Ia bagian strategis dalam merawat Indonesia: identitas, pengetahuan, dan gagasan,” ujar alumni sejarah Universitas Indonesia itu.


Sementara itu, menurut sineas kawakan, Eros Djarot, arsip-arsip film ini dapat dijadikan alat pencerahan untuk pengenalan identitas bangsa. “Arsip ini berkaitan erat dengan pembentukan mindset. Oleh karena itu, kita sangat membutuhkannya,” ujar sutradara film Tjoet Nja’ Dien ini.


Sebab, lanjut Eros, pada periode 1959-1978 ada begitu banyak tonggak-tonggak penting dalam perjalanan sejarah Indonesia modern, termasuk grey area (area abu-abu) masa peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto yang masih mengandung banyak tanya hingga hari ini. 


“Arsip tidak boleh berpihak pada kekuasaan. Ia tentu harus berpihak pada realitas dan kebenaran bangsanya,” pungkas Eros.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Warisan Jaringan Gas Kolonial

Warisan Jaringan Gas Kolonial

Sempat mandeg karena perang, perusahaan gas Belanda beroperasi kembali tapi kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bagaimana nasib warisan kolonial ini?
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
NU Seteru Orde Baru

NU Seteru Orde Baru

Nahdlatul Ulama berperan dalam lahirnya Orde Baru. Namun, NU melawan rezim militer itu karena menganggap Islam sebagai kekuatan yang membahayakan bagi kekuasaan.
Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Setelah menumpas PKI, rezim Orde Baru kemudian menghabisi PNI dan NU. Dengan begitu Soeharto dapat berkuasa selama tiga dekade.
Mengenal Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyah

Mengenal Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyah

HR Rasuna Said turut berguru pada Rahmah El Yunusiyah. Universitas Al-Azhar di Kairo terinspirasi membuka kampus khusus perempuan darinya.
bottom of page