top of page

Sejarah Indonesia

Sang Marsekal Menaklukkan Raja Raja

Sang Marsekal Menaklukkan Raja-raja Jawa

Daendels memaksa raja-raja Jawa menerima dan melaksanakan instruksinya. Yang menolak, dia tindak.

20 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Reruntuhan Keraton Kesultanan Banten, 1859. (Wikimedia Commons).

Diperbarui: 23 Sep

LAKSAMANA A.A. Buyskes memimpin tujuh kapal perang dan sebuah kapal pengangkut, mendarat di Batavia pada Maret 1808. Semula, dia yang akan mengantarkan Herman Willem Daendels ke Hindia Belanda untuk menempati posisinya sebagai gubernur jenderal. Kekuatan yang dibawa Buyskes untuk memperkuat armada laut yang menjadi prioritas Daendels dalam mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Untuk itu, Daendels segera membangun pangkalan armada laut di Teluk Meeuwen di Ujung Kulon dan Teluk Anyer yang menghadap Selat Sunda, serta di Teluk Manari di Jawa Timur, yang mengarah ke Selat Madura.

Ingin membaca lebih lanjut?

Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.

Badan-Badan Otonom NU

Badan-Badan Otonom NU

Nahdlatul Ulama memiliki badan-badan otonom dalam berbagai bidang untuk menandingi gerakan organisasi-organisasi massa PKI.
Dari Gas hingga Listrik

Dari Gas hingga Listrik

NIGM adalah perusahaan besar Belanda yang melahirkan PLN dan PGN. Bersatunya perusahaan gas dan listrik tak lepas dari kerja keras Knottnerus di era Hindia Belanda.
Khotbah dari Menteng Raya

Khotbah dari Menteng Raya

Tak hanya mendatangkan suara, Duta Masjarakat juga menjadi jembatan Islam dan nasionalis sekuler. Harian Nahdlatul Ulama ini tertatih-tatih karena minim penulis dan dana.
Cerita dari Pengasingan Bung Karno di Rumah Batu Tulis

Cerita dari Pengasingan Bung Karno di Rumah Batu Tulis

Setelah terusir dari paviliun di Istana Bogor, Bung Karno melipir ke Hing Puri Bima Sakti alias Rumah Batu Tulis sebagai tahanan rumah.
Amarta Pavilion: Witness to the End of a Reign

Amarta Pavilion: Witness to the End of a Reign

This recounts the story of the pavilion designed by Sukarno, which bore silent witness to the March 11, 1966 Decree (Supersemar). It was also one of Bung Karno's three “exile” homes in his final days.
bottom of page