top of page

Sejarah Indonesia

Sekelumit Kisah Gedung

Sekelumit Kisah Gedung Merdeka

Ali ingin berhemat, Roeslan tak ada waktu, sementara Sukarno ingin gedung KAA tak bikin Indonesia malu.

22 April 2015

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

TIBA-tiba Presiden Sukarno marah pada Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dan Sekjen KAA Roeslan Abdulgani. Kemarahannya bermula saat dia temukan renovasi gedung yang semula bernama Concordia itu tak sesuai harapannya. Padahal penyelenggaraan KAA tinggal sebelas hari lagi.


Menurut wartawan senior Rosihan Anwar dalam Sejarah Kecil: Petite Histoire Indonesiajilid 2, keinginan Sukarno tak segera terlaksana karena Ali Sastroamidjojo tak segera mengucurkan dana renovasi sementara Roeslan tak bergegas menjalankan perintah Sukarno. “PM Ali tidak bersedia memberikan duit. Murah meriah saja. Dan Roeslan punya jadwal sempit,” tulis Rosihan.


Menemukan gedung belum sempurna ditata saat menginspeksi persiapan KAA, Sukarno menyindir Ali tak bakal mampu membikin revolusi. “Dengan sarjana hukum (SH) orang tidak bisa membuat revolusi,” ujarnya sebagaimana dikutip Rosihan. Setengah bercanda, Sukarno mengejek Ali yang sarjana hukum. Menurut presiden yang terkenal pecinta karya seni itu renovasi yang dilakukan Ali hanya membuat gedung terlihat seperti ruang pengadilan.


Dalam waktu yang serba mepet, akhirnya presiden menunjuk arsitek F Silaban untuk mendesain renovasi tersebut, sekaligus mengganti namanya menjadi Gedung Merdeka. Sukarno ingin menjadikan gedung itu tempat penyelenggaraan KAA yang megah dan membanggakan.


Memang bukan perkara mudah menjadikan Gedung Concordia sebagai tempat KAA. Jauh sebelum dikuasai pemerintah, gedung tersebut berfungsi ajang sosialita warga elite Belanda di Bandung. Societeit Concordia, demikian nama klab orang kaya Belanda itu, selalu disambangi para pengusaha perkebunan. Setelah kemerdekaan, kepemilikan tetap ada di tangan mereka dan enggan melepaskan kepemilikannya kepada siapa pun.


“Tetapi setelah mereka dihadapkan dengan kemungkinan pengambilalihan demi kepentingan negara, akhirnya gedung Concordia tersebut dijual kepada pemerintah,” kenang Ali Sastroamidjojo dalam Tonggak-Tonggak di Perjalananku.


Penanda kota Bandung peninggalan era kolonial itu merupakan karya arsitektur Van Gallen Last dan CP Wolf Schoemaker itu berdiri pada 1895. Semasa pendudukan Jepang, Gedung Concordia berubah nama menjadi Dai Toa Kaikan. Pemerintah militer Jepang menggunakannya sebagai kantor propaganda dan pusat kebudayaan. Ketika Jepang kalah perang, gedung itu lalu kosong hingga era Republik Indonesia Serikat (RIS) berdiri, di mana Negara Pasundan memfungsikan Gedung Concordia menjadi gedung pertemuan.


Bubarnya Negara Pasundan kembali membuat gedung terbengkalai. Oleh karena itulah ketika menjelang penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika, panitia lokal di bawah pimpinan Gubernur Jawa Barat Sanusi Hardjadinata memilih gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun (Pensioenfonds) menjadi dua gedung yang paling memungkinkan untuk dijadikanwahana perhelatan KAA.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page