top of page

Sejarah Indonesia

Varia Maskot Piala

Varia Maskot Piala Dunia

Maskot Piala Dunia terilhami dari bermacam hal. Mulai fauna khas negeri tuan rumah hingga buah hingga keffiyeh terbang.

3 Oktober 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Parade maskot-maskot Piala Dunia (fifa.com)

TERLEPAS dari tekanan dunia internasional dan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait potensi sanksi terhadap Israel, badan sepakbola dunia FIFA meluncurkan trio maskot untuk meramaikan Piala Dunia 2026. Ketiga maskot mewakili tiga negara tuan rumah: Maple (Kanada), Zayu (Meksiko), dan Clutch (Amerika Serikat). 

 

“Ketiga maskot ini dalam hal atmosfer luar biasa dan menghibur yang kami ciptakan untuk turnamen yang game-changing ini. Mereka akan memenangkan hati dan memicu perayaan di seluruh Amerika Utara dan juga seluruh dunia,” ujar Presiden FIFA Gianni Infantino, dikutip laman resmi FIFA, Jumat (26/9/2025). 

 

Ketiga maskotnya terinspirasi dari tiga fauna kondang di tiga negara masing-masing dalam bentuk antropomorfik nan lucu dan menggemaskan. Maple yang mewakili Kanada terinspirasi dari rusa besar (Alces alces), mamalia darat terbesar kedua di Amerika Utara setelah bison (Bison bison). Nama “Maple” sendiri diambil dari simbol daun mapel yang ada di bendera Kanada. Ia digambarkan mengenakan jersey, celana, kaus kaki dan sepatu, serta sarung tangan kiper serba merah. 


Trio maskot Maple, Zayu, dan Clutch (aseanfootball.org)
Trio maskot Maple, Zayu, dan Clutch (aseanfootball.org)

 

Maskot kedua, Zayu, mewakili Meksiko. Ia terinspirasi dari jaguar (Panthera onca), spesies kucing besar satu-satunya dari anggota genus Panthera yang masih eksis di selatan Meksiko. Menurut FIFA, nama “Zayu” merupakan kosa kata masyarakat Meksiko untuk “persatuan, kekuatan, dan kegembiraan”. Sang jaguar digambarkan mengenakan jersey serba hijau ala timnas Meksiko. 

 

Maskot terakhir, Clutch, terinspirasi dari Elang Botak (Haliaeetus leucocephalus) yang jadi simbol nasional Amerika Serikat. Sang elang digambarkan mengenakan jersey serba biru khas timnas Amerika Serikat dengan sepatu hitam-ungu sebagai simbolisasi gairah sepakbola. 

 

Trio Maple-Zayu-Clutch itu jadi maskot ke-16 yang menyemarakkan pesta sepakbola dunia hingga hari ini. Pasalnya, tradisi maskot maupun logo resmi baru hadir sejak perhelatan Piala Dunia 1966. Berikut ke-15 maskot sebelum-sebelumnya trio Maple-Zayu-Cluth: 

 

Willie (1966)


ree

Singa (Panthera leo) sejatinya mamalia karnivora yang berhabitat di barat laut India dan benua Afrika. Namun Inggris membanggakan dan bahkan menggunakannya sebagai simbol keberanian, kekuatan, dan kesetiaan sejak abad ke-12. Bahkan Raja Inggris Raja Richard I dijuluki “Richard the Lionheart”. Maka singa pun jadi pilihan untuk maskot Piala Dunia 1966 yang dihelat di Inggris.

 

Gavin Mortimer dalam A History of Football in 100 Objects mencatat, federasi sepakbola Inggris, FA, mulanya bekerjasama dengan firma merchandise Walter Tuckwell & Associates dalam mendesain maskot. Firma itu lantas menugaskan dua ilustratornya, Reg Hoye dan Richard Culley, untuk merancangnya. 

 

“Kami diberi tugas menciptakan sebuah maskot yang bisa lebih menggencarkan pemasaran cenderamata dari sekadar insignia trofi Jules Rimet yang juga kami kerjakan,” ujar Culley dikutip Mortimer. 

 

Awalnya mereka mendesain karakter anjing bulldog yang mereka singkirkan tanpa alasan yang diungkapkan. Lantas Hoye memunculkan ide desain singa dalam bentuk antropomorfik dengan puteranya, Leo Hoye, sebagai modelnya. Maka jadilah sebuah maskot singa dengan gaya rambut ala personel The Beatles dengan mengenakan jersey motif bendera Union Jack (Inggris Raya) yang dinamai Willie. 

 

Juanito (1970)


ree

Setelah jadi host Olimpiade 1968, Meksiko kembali menggelar hajatan besar Piala Dunia 1970. Jika dalam olimpiade sebelumnya hanya menghadirkan maskot tak resmi berupa jaguar berwarna pink dan mengenakan pita emas dengan logo gelang-gelang olimpiade, Piala Dunia 1970 menghadirkan maskot resminya yang dinamai Juanito. 

 

Nama “Juanito” itu sendiri merupakan nama kecil dari penciptanya, Juan González Martínez. Sang ilustrator sengaja menciptakan karakter berpose dengan wajah tersenyum itu untuk menyimbolkan turnamen sepakbola dengan spirit riang dan menyenangkan. 

 

“Juanito adalah (maskot) bocah pesepakbola yang berpose satu kakinya terangkat di atas sebuah bola, mengenakan jersey Meksiko, dan memakai sebuah sombrero (topi tradisional Meksiko) yang secara sempurna mewakili asal-usulnya. Ia bukan sekadar maskot namun juga merepresentasikan permainan sepakbola yang menyenangkan dan bersih,” terang pernyataan federasi sepakbola Meksiko, FMF, di buku The Ball: A Mexican Legacy.

 

Tip und Tap (1974)


ree

Federasi sepakbola Jerman, DFB, sudah mulai mempromosikan Piala Dunia 1974 sejak 1971. Salah satu upaya untuk menggencarkan roda ekonomi adalah dengan promosi cenderamata, di mana logo dan maskot jadi dua hal krusialnya. 

 

Khusus untuk maskotnya, untuk pertamakali dimunculkan dua sosok sekaligus berupa sepasang bocah lelaki yang sama-sama mengenakan jersey timnas Jerman Barat. Satu bocahnya berambut hitam dan mengenakan baju bertuliskan “WM” sebagai inisial Weltmeisterschaft (Indonesia: Piala Dunia) dan satu bocah yang lain berambut pirang dengan postur lebih tinggi mengenakan baju bertuliskan “74” sebagai penanda Piala Dunia 1974. 

 

Sepasang maskot itu diciptakan ilustrator asal Saarbrücken, Horst Schäfer, untuk menggambarkan persahabatan antara dua negeri yang terpisah pasca-Perang Dunia II: Jerman Barat dan Jerman Timur. Keduanya dinamai Tip und Tap yang menurut Marco Impiglia dalam Anecdotes of FIFA World Cup, terinspirasi dari sepasang karakter keponakan kembar Mickey Mouse ciptaan kartunis Arthur Floyd Gottfredson, Tip dan Tap. 

 

“Pada 1974 pihak Jerman menciptakan Tip und Tap, dua bocah yang diniatkan merepresentasikan Jerman yang terbagi (menjadi dua negara) setelah berakhirnya perang. Namanya terinspirasi dua karakter Disney yang diciptakan Floyd Gottfredson pada 1932,” ungkap Impiglia. 

 

Gauchito (1978)


ree

Setelah Meksiko dan Jerman, Argentina sebagai tuan rumah juga memunculkan maskot berupa karakter bocah kecil, Gauchito, untuk meramaikan Piala Dunia 1978. Karakternya diciptakan Néstor Córdoba, kartunis cum direktur seni Studio Manuel García Ferré. 

 

Nama Gauchito diambil dari komunitas masyarakat nomaden gaúcho. Córdoba menggambarkan sosok bocahnya tidak hanya mengenakan topi dan jersey dengan warna khas timnas Argentina tetapi juga memakai syal kuning dan pecut sebagaimana seorang  gaúcho.

 

“(Studio) Manuel García Ferré mendesain maskot Gauchito atas permintaan pemerintah junta militer. Pihak (junta) militer membuat keputusan yang seksama dengan menggunakan karakter bocah sebagai simbol ‘kepolosan’, sebuah usaha untuk merespons komisi HAM internasional yang sebelumnya mengunjungi Argentina untuk menginvestigasi kekerasan yang dilakukan pemerintahan Junta,” tulis Jordana Bjelmar dalam artikel “Children’s Toys, Argentine Nationhood and Blondness in Carri’s Barbie Gets Sad Too” yang termaktub di buku Childhood and Nation in Contemporary World Cinema: Borders and Encounters.

 

Naranjito (1982)


ree

Demi memeriahkan Piala Dunia 1982 di negerinya, federasi sepakbola Spanyol RFEF menghelat sayembara rancangan maskot pada 1979. Aspek-aspek yang diminta RFEF adalah desain maskot harus merepresentasikan kegembiraan dan warna-warna khas Spanyol. Akhirnya terpilihlah maskot bernama Naranjito. 

 

Maskot itu bikinan duet ilustrator dari agensi pemasaran Pubicidad Bellido, José María Martín dan María Dolores Salto. Keduanya terinspirasi dari buah khas Spanyol, jeruk, yang lalu dikreasikan dalam bentuk antropomorfik mengenakan jersey timnas Spanyol dan menggendong sebuah bola. Nama Naranjito diambil dari jeruk itu sendiri yang dalam bahasa Spanyol disebut naranja

 

“Dari ratusan yang masuk (sayembara), jeruk yang ceria itu jadi yang terpilih. Dua perancang perusahaan pemasaran dari Andalusia itu menjelaskan mereka memilih desain itu karena ‘jeruk adalah produk khas Spanyol yang pas dengan imej negara bercuaca cerah, banyak disinari matahari, serta warganya yang ramah sebagai gambaran warna-warni kebahagiaan’,” ungkap Alejandro Quiroga dalam Football and National Identities in Spain.

 

Pique (1986)


ree

Sebagai negara pertama yang dua kali jadi tuan rumah, Meksiko tetap tak meninggalkan satu ciri khasnya, sombrero atau topi khas Meksiko. Bedanya jika pada edisi 1970 sombreronya dikenakan maskot berupa bocah bernama Juanito, pada Piala Dunia 1986 sombreronya dikenakan sebuah cabai jalapeño yang jadi maskot bernama Pique. 

 

Maskotnya memang berupa cabai jalapeño berkumis tebal, mengenakan sombrero dan jersey tandang timnas Meksiko berwarna oranye, serta mengenakan sepatu yang kebesaran. Maskotnya dibuat sebuah tim ilustrator sebuah perusahaan desain grafis dan periklanan di Mexico City pada 1984. 

 

Nama maskotnya, Pique, adalah utak-utik kata dari lema “picante” yang berarti pedas dalam bahasa Spanyol. Sayangnya, desain Maskot Pique dibanjiri kritik di negeri sendiri. 

 

“Banyak orang mengkritik kami karena maskotnya dianggap tidak mencerminkan Meksiko modern. Coba saja, bila kami memilih simbol yang lebih modern, pasti mereka juga akan menuding kami meniru Amerika Serikat dan melupakan warisan Meksiko. Kami merasa serba salah,” kata media-officer Piala Dunia 1986 Jorge Munoz de Cote, dikutip harian The New York Times, 12 Mei 1984. 

 

Ciao (1990)


ree

Lebih dari 50 ribu rancangan berdatangan untuk memenangi sayembara yang diadakan pada 1985. Namun kemudian panitia Piala Dunia 1990 memilih satu desain unik yang bahkan tanpa wajah, yakni Ciao, karya desainer grafis otodidak Lucio Boscardin. 

 

Maskot Ciao dengan pose sedang menendang bola itu hanya berupa stick figure dengan kombinasi warna bendera Italia: hijau-putih-merah, serta berkepala bola putih-hitam. Nama “Ciao” diambil dari salam dalam bahasa Italia. Boscardin mengaku desainnya terinspirasi lampu lalu-lintas. 

 

“Saya mendapatkan ilham (rancangannya) di depan lampu lalu-lintas. Hal itu membuat saya memahami bahwa bendera Italia adalah elemen untuk dihargai. Saya membuat sketsa-sketsa simpel di mobil, lalu di ruang kerja saya. Saya memecah kata ‘ITALIA’ dalam 10 stik tricolor agar menjadi sesosok atlet. Yang kurang hanya kepalanya dan ya sudah saya letakkan sebuah bola,” kenang Boscardin, disitat Football365, 19 April 2018. 

 

Striker (1994)


ree

Setelah banyak Piala Dunia memunculkan maskot berupa sosok bocah, Amerika Serikat sebagai tuan rumah Piala Dunia 1994 memilih maskot berupa figur hewan, sebagaimana maskot pertama di Piala Dunia 1966 (Willie). Adalah anjing yang dipilih karena itulah yang paling umum jadi hewan peliharaan di “Negeri Paman Sam” tersebut. 

 

Nama resmi maskotnya adalah “Striker, the World Cup Pup”, namun lazim disebut “Striker” saja –bahasa Inggris untuk penyerang dalam permainan sepakbola. Striker dirancang tim ilustrator dari studio animasi Warner Bros, berupa anjing berbulu coklat –mirip karakter serial kartun Huckleberry Hound– mengenakan baju putih bertuliskan “USA ‘94”. 

 

“Warner Brothers Animation Studios ditugaskan (panitia penyelenggara) yang kemudian mendesain Striker, maskot anjing animasi untuk Piala Dunia 1994. Pada proses awal rendering-nya sempat terjadi kesalahan, di mana Striker muncul dengan jersey bergaris horizontal dengan menggenggam bola yang tentunya pelanggaran (hand-ball). Ini kemudian dikoreksi walau Striker masih sangat mirip dengan Huckleberry Hound sedang bermain bola,” urai Russell Field dalam artikel “Funny...it doesn’t look like football: America Welcomes the Soccer World” di Jurnal Origins, Volume II, No. 2, tahun 1994. 

 

Footix (1998)


ree

Le coq gaulois alias ayam jantan mulai populer jadi simbol yang dibanggakan Prancis sejak Revolusi Prancis. Ia sebagai sentimen patriotik representasi dari perlawanan dan keberanian. Maka figur antropomorfik ayam jantan pula yang dihadirkan Prancis sebagai tuan rumah Piala Dunia 1998. 

 

Desainnya berupa ayam jantan berbulu merah dan mengenakan bodysuit biru dengan tulisan “France 98” sambil menggenggam sebuah bola putih sebagai representasi bendera Prancis. Kreatornya tim studio Dragon Rouge pimpinan seniman Fabrice Pialot. Maskotnya dinamai Footix, kombinasi lema “football” dan akhiran “ix” yang lazim ditemui dalam komik-komik Prancis, semisal Asterix, di mana nama “Footix” juga ditetapkan dari sebuah pemungutan suara publik. 


“Memang sudah menjadi kriteria kami juga bahwa maskotnya harus mencari nama yang pendek, dinamis, gampang diingat, dan terkait konotasi khas Prancis yang sporty,” ungkap Philippe Villemus, direktur marketing CFO atau komite penyelenggara Piala Dunia 1998, dikutip David Hand dalam artikel “Footix: The History Behind a Modern Mascot” di jurnal FCS, Volume IX, tahun 1998. 

 

Ato, Kaz dan Nik (2002)


ree

Piala Dunia 2002 menjadi spesial karena untuk kali pertama digelar di dua negara: Korea Selatan dan Jepang. Maskotnya pun istimewa karena perdana pula berupa tiga sosok bernama Ato, Kaz dan Nik. 

 

Ketiga maskot itu diciptakan atas kerjasama tim desainer internal komite penyelenggara Jepang dan Korea. Ketiga maskotnya diciptakan lewat efek visual 3D dalam bentuk trio makhluk alien futuristik “The Spheriks” yang diceritakan tinggal di sebuah dunia “Atmozone”. Ketiga namanya juga merupakan hasil pemungutan suara 

 

“(Maskot Piala Dunia 1998) Footix dengan bodysuit-nya yang flamboyan menjadi pengaruh langsung bagi Ato, Kaz, dan Nik untuk Piala Dunia 2002 Jepang/Korea. Ketiganya seakan mengenakan bodysuit oranye, ungu, dan biru. Ato diceritakan jadi pelatihnya, sementara Kaz dan Nik adalah pemainnya. Meski kemudian sempat dikritik karena desain yang gender-fluid itu dianggap berlebihan,” catat Jean Williams dalam Radicalised by FIFA: Football, History and Feminism. 

 

Goleo und Pille (2006)


ree

Bukannya elang, anjing dachsund, atau bahkan tupai yang lebih identik dengan Jerman, DFB dan panitia penyelenggara memilih figur singa sebagai maskot Piala Dunia 2006. Sepasang maskotnya dinamai Goleo dan Pille yang lantas juga kemudian jadi target kritik banyak pihak. Salah satunya Erik Spiekermann yang ternama merancang logo pabrikan otomotif Audi dan Volkswagen. 

 

Mulanya pihak Jerman membeli lisensi perusahaan mainan asal Bavaria yang sudah bangkrut, NICI untuk mendapatkan hal menggunakan figur boneka singa. Lantas figurnya mengenakan jersey timnas Jerman berwarna putih khas 1970-an bertuliskan “06” tapi tanpa celana rancangan perusahaan Amerika, Jim Henson Company, Inc., yang dinamai Goleo asal kata “Gol” dan “Leo” yang terjemahan singa dari bahasa Latin. Adapun sidekick-nya yang bernama Pille merupakan karakter bola sepak yang bisa berbicara rancangan GUM Studios. 

 

“Maskotnya benar-benar bencana. Poin nol atau bahkan poin penalti saking bodohnya. Elang bakal lebih cocok daripada singa. Bahkan tupai juga tidak mengapa karena masih lebih pas daripada singa. Kami orang Jerman sekali lagi menguak problem identitas diri sendiri,” sesal Spiekermann, dikutip C6 Magazin, 28 September 2005. 

 

Zakumi (2010)


ree

Tak hanya lagu resmi “Waka Waka This Time for Africa” – yang dipopulerkan Shakira – dan terompet Vuvuzela, Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan juga disemarakkan dengan maskot unik dan menggemaskan bernama Zakumi. Maskot yang terinspirasi dari fauna macan tutul (Panthera pardus) yang banyak berhabitat di selatan benua Afrika, sekaligus mengembalikan tren fauna khas dari negeri asal tuan rumah. 

 

Menurut Paolo Cagnotto dalam La Grafica nei Modiali di Calcio, maskot berupa macan tutul berambut hijau – untuk berkamuflase dengan lapangan hijau – itu mengenakan kaos putih bertuliskan “South Africa 2010” dan celana senada dengan rambutnya hasil karya desainer Andries Odendaal. Nama “Zakumi” adalah penggabungan dari kata “Za” yang merupakan kode internasional dua huruf untuk Afrika Selatan dan “kumi” yang artinya sepuluh dari beberapa bahasa Afrika Selatan untuk merepresentasikan tahun 2010. 

 

Zakumi mulai diperkenalkan di Johannesburg, Afrika Selatan pada 22 September 2008 dengan slogan “Zakumi: the mascot with attituted”. Bagi FIFA, Zakumi bukan sekadar pelengkap kegembiraan pesta sepakbola dunia pertama di benua Afrika melainkan juga jadi simbol kebanggaan, keterampilan sosial, hingga keramah-tamahan Afrika Selatan dan segenap benua Afrika. 

 

“Zakumi merepresentasikan masyarakat, geografi, dan semangat Afrika Selatan sebagai esensi personifikasi Piala Dunia 2010. Zakumi akan membawa Piala Dunia 2010 Afrika Selatan menuju satu pertunjukan pesta besar, menyenangkan dan tak terlupakan, sekaligus menunjukkan pada para pendatang internasional akan kehangatan dan spirit benua Afrika,” cetus Sekjen FIFA Jérôme Valcke, dikutip France24, 23 September 2008. 

 

Fuleco (2014)


ree

Mengikuti Afrika Selatan, Brasil sebagai host Piala Dunia 2014 juga terinspirasi salah satu fauna khasnya yang kebetulan punya status terancam punah, yakni armadillo tiga pita Brasil (Tolypeutes tricinctus). Maskot hasil karya tim ilustrator dari firma 100% Design itu dinamai Fuleco yang diperkenalkan mulai medio September 2012. 

 

Mengutip laman FIFA, 17 September 2012, mulanya mereka membuka diri untuk banyak calon rancangan dan dari 47 desain, FIFA dan LOC alias panitia pelaksana (panpel) Brasil memilih karya tim 100% Design. Maskotnya berupa figur antropomorfik armadillo tiga pita Brasil berkulit kuning dan lapisan pelindung tubuh biru, di mana tangan kanannya mengangkat sebutir bola. Ia mengenakan jersey putih polos bertuliskan “Brasil 2014” dan bercelana hijau, khas bendera tuan rumah. 

 

FIFA dan LOC Brasil juga membuka voting publik untuk pemilihan namanya dengan syarat harus bernada ramah lingkungan. Maka dari tiga opsi lain (Amijubi, Zuzeco, Ecologia), nama Fuleco dipilih oleh 48 persen pemilih (1,7 juta suara). Nama “Fuleco” tak lain adalah penggabungan lema sepakbola dan ekologi dalam bahasa Portugis, “futebol” dan “ecologia”. 

 

“Fakta bahwa armadillo tiga pita adalah spesies yang terancam punah sangat cocok. Salah satu kunci obyektif melalui Piala Dunia 2014 adalah menggunakan perhelatannya sebagai panggung untuk menyuarakan betapa pentingnya ekologi dan lingkungan. Kami senang bisa melakukannya dengan bantuan sebuah maskot yagn saya yakin akan dicintai banyak orang, tidak hanya di Brasil namun juga seluruh dunia,” ungkap Valcke. 

 

Zabivaka (2018)


ree

Sesosok serigala Eurasia (Canis lupus lupus) berbulu cokelat yang mengenakan kacamata pelindung berbingkai oranye dengan raut senyum merentangkan tangan dan mengambil ancang-ancang menendang bola dengan kaki kanannya. Figur dalam bentuk antropomorfik bernama Zabivaka itu makin lengkap menunjukkan identitas negeri asal tuan rumah Piala Dunia 2018 dengan jersey putih berlengan biru dan bercelana merah khas bendera Rusia. 

 

Menilik RBTH, 28 Oktober 2016, FIFA dan Panpel Piala Dunia 2018 Rusia membuka sayembara dan dan sekitar 50 ribu partisipan, muncullah tiga finalis maskot dengan figur yang terinspirasi dari kucing, harimau siberia, dan serigala Eurasia. Yang terakhir inilah yang dipilih 53 persen dari hasil voting publik, di mana desainnya adalah hasil karya seorang mahasiswi desain grafis Univesitas Negeri Tomsk, Ekaterina Bocharova. 

 

“Yang dipakainya itu bukan kacamata pelindung ski atau olahraga musim dingin melainkan sekadar kacamata pelindung olahraga reguler, seperti misalnya yang Anda gunakan untuk olahraga sepeda. Alasannya karena saking cepatnya Zabivaka bergerak di lapangan sehingga ia butuh pelindung untuk matanya,” tutur Bocharova. 

 

Atas kemenangan itu, FIFA menghadiahi  dihadiahi uang 500 dolar Amerika. Namanya sendiri, “Zabivaka”, dicetuskan sang ketua panpel Vitali Mutko dari perpaduan dua lema bahasa Rusia yang artinya “anjing/serigala yang menyerang”. 

 

La’eeb (2022)


ree

Sebagai tuan rumah pertama dari kawasan Jazirah Arabia, Qatar ingin mengenalkan salah satu ciri khasnya kepada dunia. Apalagi kalau bukan keffiyeh atau penutup kepala khas dunia Arab sebagai maskotnya untuk menyemarakkan Piala Dunia 2022. Sayangnya penampakannya banyak dikritik mirip hantu, jin, bahkan kertas tissue. 

 

Maskotnya dinamai “La’eeb” yang dalam bahasa Arab dan dialek masyarakat Qatar berarti “pemain dengan skill super”. Figurnya berupa keffiyeh dalam bentuk antropomorfik dengan wajah tersenyum dan sedang melayang menggiring bola. 

 

Maskotnya adalah hasil rancangan tim ilustrator firma Fractal Picture dan tim animasi Katara Studios. Maka La’eeb pun jadi maskot pertama yang di-digitalisasi karena diperkenalkan melalui sebuah film animasi pendek, A Visit from Mascot Verse (2022) yang juga diproduseri tim Fractal Picture dan Katara Studios. 

 

“Kami bahagia memperkenalkan La’eeb sebagai maskot resmi untuk Piala Dunia pertama di dunia Arab dan Timur Tengah. Ia datang dari semesta maskot, sebuah tempat yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Kami yakin fans di manapun akan menyukai karakter yang ceria dan menyenangkan ini. La’eeb akan memainkan peran vital untuk menggaet fans tua dan muda dalam pengalaman Piala Dunia FIFA di Qatar,” ujar deputi Dirjen Pemasaran, Komunikasi, dan Pengalaman Turnamen panpel Piala Dunia, Khalid Ali al-Mawlawi, dikutip Liverpool Echo, 23 November 2022. 



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page