Sirup disebut minuman alternatif orang Melayu dan Jawa yang tidak meminum minuman keras. Sementara orang Belanda minumnya “ayer Belanda”.

Sejak masa kolonial, minuman keras ilegal kerap meresahkan. Sejumlah organisasi politik dan Pemerintah Hindia Belanda pun bertindak.

Tirto Utomo mendapatkan ide mendirikan perusahaan air minum dalam kemasan secara kebetulan. Merek awalnya Puritas kemudian diganti menjadi Aqua.

Air minum kemasan dirintis oleh seorang Belanda. Sukses dipasarkan oleh pengusaha Tionghoa yang terinspirasi orang kena diare.

Disukai jutaan orang termasuk Hitler. Coca-Cola pernah “mesra” dengan Fasis.

Pada masa Jawa Kuno, minuman beralkohol dikonsumsi saat melakukan ritual keagamaan dan pesta.

Korea punya soju, Jepang punya sake, Rusia punya vodka, sedangkan Indonesia punya tuak dan banyak lagi lainnya.

Perkembangan industri hiburan malam membuka pasar bir di ibu kota. Ali Sadikin mengajak perusahaan bir bergabung dengan pemerintah daerah.

Raja Singhasari diserang dan mati di tempat minum tuak. Ahli purbakala menafsirkan sang raja sedang melakukan ritus agama yang dianutnya.

Tuak kerap jadi sugguhan berbagai kalangan dalam upacara penetapan sima, prosesi sumpah dan kutukan, dan hiburan.

Wangi Camelia mengundang selera untuk meminumnya.

Dianggap sebagai representasi AS, Coca-Cola jadi sasaran boikot dan perlawanan para pengusaha muslim dengan membuat minuman tandingan.