Hasil pencarian
9588 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Persekutuan Tuan Rondahaim dan Sisingamangaraja
DARI basis kekuasannya di Bakkara, Sisingamangaraja suatu kali melawat ke daerah Simalungun. Turut mendampinginya beberapa pengikut orang dari Aceh dan Toba. Namun, mendekati Pematang Raya, Tuan Rondahaim Saragih, penguasa Kerajaan Raya, enggan menyambut rombongan Sisingamangaraja. Tuan Rondahaim hanya bersedia menerima Sisingamangaraja di Dalig Raya, berjarak 5 km dari Pematang Raya, sebagai gerbang depan kerajaannya. “Dalig Raya adalah juga kampung saya, kesana saja Oppung (Kakek), biar nanti saya yang menghadap kesana,” kata Rondahaim, sebagaimana dituturkan Pdt. Wismar Saragih dalam Barita Ni Tuan Rondahaim atau Riwayat Hidup Tuan Rondahaim . Dinasti Sisingamangaraja kesohor sebagai raja-imam yang berkuasa di Tanah Batak. Pengaruhnya cukup diakui sampai ke wilayah kerajaan tetangga seperti Simalungun maupun Aceh. Tuan Rondahaim sendiri, dalam catatan Wismar Saragih, menaruh hormat pada Sisingamangaraja yang dipanggilnya “ Oppung ”. Namun, menurut hemat Rondahaim, jika Sisingamangaraja berkunjung ke Raya, tentulah banyak orang gentar, karena mengangapnya sebagai imam atau datu agung yang diutus Allah. Penyambutan terhadap Sisingamangaraja dapat berakibat habisnya harta rakyat untuk dipersembahkan kepadanya. Itu sebabnya, Rondahaim lebih memilih untuk menyambutnya di Dalig Raya dan dia sendiri yang langsung memberikan persembahan bagi Sisingamangaraja. “Kemudian diperintahkanlah agar semua rakyat mengantarkan persembahan masing-masing kepada Sisingamangaraja. Tuan Rondahaim mempersembahkan ringgit sebanyak $120. Masyarakat Raya berikut penghulu masing-masing berbondong-bondong mengantarkan persembahan syukurnya karena negeri disinggahi Sisingamangaraja,” tutur Wismar. Setelah memberikan persembahan kepada Sisingamangaraja, Tuan Rondahaim meminta kepada Sisingamangaraja agar perkaranya dengan Tuan Dolok Kahean didamaikan. Menurut pengaduan Rondahaim, Tuan Dolok Kahean suka menyamun ke wilayah Raya. Selain itu, pengantar mesiu Tuan Rondahaim yang melintasi Dolok Kahean, kerap kali dihadang dan disita bawaannya. Mendengar masalah tersebut, Sisingamangaraja menyuruh orang menjemput Tuan Dolok Kahean. Tuan Rondahaim pun kembali ke Pematang Raya. Seperti dijelaskan dalam Barita Ni Tuan Rondahaim , Tuan Rondahaim sejatinya telah menyiapkan siasat agar “balik modal” dan tak kalah wibawa dengan Sisingamangaraja. Kepada salah satu panglimanya, Tuan Bulu Raya Jombit diperintahkan untuk mengepung dan mengacungkan bedil begitu Tuan Dolok Kahean datang. Untuk menebus kebebasannya, Tuan Dolok Kahean harus membayar $1000. Begitulah yang terjadi setibanya Tuan Dolok Kahean di Dalig Raya. Demi memadamkan huru-hara dan pertumpahan darah, Sisingamangaraja bersedia menebusnya. Sisingamangaraja pasang badan karena harus menjamin keselamatan Tuan Dolok Kahean yang diundang datang atas permintaannya. Sisingamangaraja pun tampaknya menyadari perbuatan orang Raya yang terkesan menjebak dirinya. Uang tebusan itu konon diserahkan dalam sepiring besar uang ringgit dan setelah dihitung berjumlah $700. Setelah perkara beres, uang tersebut diantarkan kepada Tuan Rondahaim. Tuan Dolok Kahean dibebaskan. Sementara itu, Sisingamangaraja kembali ke Toba melewati Dolok Saribu. Rombongan Sisingamangaraja membawa serta beberapa orang Dolok Kahean, karena sudah membayar hutang mereka. Rencananya mereka hendak dijual sebagai budak belian. Namun, ditengah jalan, orang-orang Dolok Kahean ini melarikan diri setelah “dikompori” utusan Tuan Rondahaim. “Mereka pun lari ke Sinondang. Ada 50 orang banyaknya. Sebagian mereka itu dijadikan menantu oleh Tuan Rondahaim dan tinggal di Sinondang,” catat Wismar Saragih, “Demikianlah usaha Tuan Rondahaim agar dimuntahkan kembali apa yang sempat dimakan Sisingamangaraja dari Simalungun.” Namun, Wismar Saragih tak menyebut titimangsa maupun Sisingamangaraja ke berapa yang bertemu dengan Tuan Rondahaim. Menurut Augustin Sibarani, pertemuan Sisingamangaraja dengan Tuan Rondahaim, terjadi pada 1871 sehingga dapat disimpulkan itu adalah Sisingamangaraja XI atau bernama asli Raja Ompu Sohahuaon. Penerusnya, Patuan Bosar yang kemudian bergelar Sisingamangaraja XII baru berkuasa pada 1875. “Pada 1871 Raja Sisingamangaraja XI telah mengadakan suatu pertemuan tingkat tinggi dengan Teuku Nangta Sati dari Aceh untuk menggariskan suatu dasar pertahanan antara Aceh dan Tanah Batak. Pada tahun itu juga Raja dari Bakkara ini telah berkunjung ke Pematang Raya di Simalungun untuk menemui Raja Rondahaim Saragih guna membicarakan suatu perjanjian pertahanan bersama,” sebut Sibarani dalam Perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII . Sementara itu, Walter Bonar Sidjabat, sejarawan penulis biografi Sisingamangaraja XII, mengatakan Sisingamangaraja XI dan Sisingamangaraja XII berkenalan baik dengan Tuan Rondahaim. Sisingamangaraja XII juga pernah berkunjung ke Raya. Bersama Tuan Rondahaim, keduanya mengadakan kerja sama dalam mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Efeknya secara historis terjadi di daerah Deli dan Serdang. “Setelah kunjungan Sisingamangaraja XII ke Raya, maka para pendukung Tuan Rondahaim pun, segera membakari banyak gudang-gudang tembakau di daerah Deli Serdang. Pembakaran ini dilakukan dengan memberikan uang bagi kuli gintrokan (kontrak) sebanyak 20 ringgit seorang, asalkan orang bersangkutan berhasil membakar bangsal atau gudang pengeringan daun tembakau di perkebunan di daerah Deli Serdang itu,” ungkap Sidjabat dalam Ahu Si Singamangaraja . Semasa Rondahaim berkuasa, Kerajaan Raya tak dapat ditaklukkan Belanda. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perkebunan yang dikuasai Belanda di daerah Kerajaan Raya. Sebaliknya, Rondahaim bersama pasukannya kerap menebar ancaman terhadap basis-basis ekonomi Belanda di kawasan Sumatra Timur. Perlawanan Rondahaim terhadap Belanda mulai berlangsung sejak 1871 hingga 1890. Surat-surat kabar sezaman berbahasa Belanda kerap memberitakan aksi-aksi yang dilancarkan Rondahaim yang menyebabkan pemerintah kolonial kerepotan. “Tuan Rondahaim pada akhirnya berlebihan. Ia menyerbu Padang dan Bedagei, dan rakyatnya menderita akibatnya. Semua upaya damai untuk membujuknya agar mengakui supremasi Belanda gagal. Ia memproklamirkan kemerdekaannya ketika penguasa Batak lainnya telah menyerah,” demikian diwartakan Deli Courant , 27 Februari 1935. Perlawanan Rondahaim terhenti menyusul wafatnya pada 1892. Sementara itu, Sisingamangaraja XII terus menyalakan perlawanan lebih lama lagi terhadap Belanda. Sisingamangara XII berjuang hingga gugur di tangan anak buah Kapten Hans Christoffel pada 1907. Baik Sisingamangaraja XII maupun Tuan Rondahaim telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.*
- Hetairai, Pelacur Athena
SOCRATES, filsuf ternama asal Athena, Yunani, memilih mati minum racun ketimbang hidup mengingkari kebenaran. Pengadilan mendakwanya menyebarkan ajaran yang merusak generasi muda. Sebelum mati, masa hidupnya (470 SM-399) sebagian besar dihabiskan untuk bertanya kepada orang-orang untuk membantu orang lain memperoleh wawasan dan pengetahuan yang benar dengan mencari dan mendapatkannya sendiri. Karenanya metode filsafatnya disebut seni kebidanan (maieutika). Dari kesenangannya bertanya-tanya, dia tak disukai sebagian orang, tapi punya banyak kawan. Salah satu kawan akrabnya, Theodote, seorang hetairai atau pelacur kelas atas masa peradaban Yunani Kuno.
- Sentuhan Mewah ala Prancis
Hermes seolah memiliki magnet tersendiri bagi pecinta dunia mode, terutama kaum hawa dari kalangan sosialita. Hermes jadi salah satu penunjuk status sosial. Kisah Hermes berawal ketika Thierry Hermes, kelahiran kota Krefeld (Jerman) pada 1801, bermigrasi ke Prancis pada usia 27 tahun. Trampil mengerjakan benda-benda berbahan kulit, pada 1837 Thierry membuka sebuah toko berlabel "Hermes" di The Grands Boulevards of Paris untuk segmen bangsawan Eropa.
- Arsitek Kesultanan Banten
DUA pucuk surat tulisan tangan Kyai Ngabehi Cakradana tersimpan di Kopenhagen. Di muka amplop salah satunya bertahun 1671-1672, ditambahkan catatan dalam bahasa Denmark: "Cinabij Sabandorz hos sultanen til Bandtam" artinya "syahbandar kota Pecinan untuk sultan Banten." Dari kata-kata itu diketahui bahwa Cakradana adalah syahbandar kerajaan sekaligus pemimpin masyarakat Tionghoa. Ternyata tak hanya itu. Dia juga dikenal sebagai arsitek permukiman dan pertahanan Banten. Tak diketahui pasti tempat dan tanggal lahir Cakradana, tapi kemungkinan dia lahir sebelum tahun 1630. Dia keturunan Tionghoa dan menyandang nama Tantseko. Mengawali karier sebagai pandai besi, dia kemudian diangkat menjadi syahbandar dan kepala bea cukai di bawah syahbandar utama, Kaytsu . Diduga, kedudukan sosial Cakradana naik berkat Kaytsu.
- Meleburkan Seks dan Mistik
SERAT Centhini, yang dianggap karya terbesar dan terindah dalam kesusastraan Jawa, ditulis pada abad ke-19. Dia lahir dari rahim keraton Solo. Pangeran Adipati Anom, seorang putra Susuhunan Pakubuwana IV, menginginkan pengetahuan lahir dan batin masyarakat Jawa dikumpulkan. Tiga pujangga keraton ditunjuk untuk membantunya. Kerja keempatnya menghasilkan karya setebal 4.000 halaman lebih yang terbagi atas selusin jilid. Beberapa jilid di antaranya memuat ajaran erotika yang dibalut dengan mistisisme Islam dan Jawa. Inilah yang menarik minat Elizabeth D. Inandiak, seorang Prancis yang menggubah dan menerjemahkan Serat Centhini ke Bahasa Indonesia. "Saya tak pernah membayangkan sama sekali bahwa seks bisa bergabung dengan mistik," katanya dalam kuliah umum "Erotika Nusantara: Serat Centhini" di Teater Salihara, Jakarta, 10 Maret 2012.
- Mengulik Sejarah Pemantik
TIGA lelaki terkurung dalam sebuah goa dengan "pasangan" masing-masing. Lelaki pertama ditemani perempuan-perempuan cantik, lelaki kedua minuman keras, lelaki ketiga ratusan pak rokok. Siapakah yang masih hidup 10 tahun kemudian? Ternyata lelaki ketiga yang masih sehat wal afiat. Pasalnya, dia terkurung bersama ratusan pak rokok tanpa korek api. Kisah di atas memang hanya banyolan yang beredar di tengah masyarakat. Namun apa artinya rokok tanpa korek api? Bagi perokok berat, ini seperti kiamat.
- Kisah Zona Waktu di Indonesia
Sandford Fleming, perencana perjalanan kereta api dan teknisi asal Kanada, baru saja ketinggalan kereta ketika dia mengunjungi Irlandia dalam tahun 1876. Dia bingung. Jadwal keberangkatan kereta ternyata tak sesuai dengan waktu sebenarnya. Dia mengira kereta berangkat malam, tetapi kereta telah berangkat pada pagi hari. Ada perbedaan meridian antara Fleming dengan jadwal yang disusun oleh orang Irlandia. Ini karena kala itu belum ada pembagian waktu secara baku. Tiap negeri, tiap kota memiliki aturan waktunya sendiri. Akibatnya, orang asing sering salah mengerti waktu jika berkunjung ke suatu negeri jauh.
- Petani Tantang Kaisar
Setelah kedatangan Komodor Matthew Calbraith Perry dari Amerika Serikat pada 1854, Jepang membuka pelabuhan-pelabuhannya untuk kapal-kapal dagang asing. Kaisar Meiji sadar bangsanya tertinggal jauh dari banyak negeri. Mereka lalu mengirimkan putra-putri terbaik untuk belajar ke berbagai negara. Dimulailah apa yang dikenal sebagai Restorasi Meiji pada 3 Januari 1868. Restorasi Meiji merupakan serangkaian tindakan reformasi menyeluruh untuk membawa Jepang ke tempat terhormat di dunia internasional. Prinsipnya, memadukan nilai-nilai tradisi dengan Westernisasi. Selain penguatan militer dan ekonomi, segi kehidupan lainnya turut berubah drastis.
- Makna Bercinta dalam Kamasutra
KUIL-kuil di Khajuraho, suatu desa di India bagian Madhya Pradesh, tersohor dengan pahatan-pahatan patungnya yang bermuatan eksotis. Begitu pula relief di candi Hindu dari abad ke-10, Muktesvara Deula di Orissa, India. Indonesia juga punya: Candi Sukuh di Jawa Tengah, juga dari masa Hindu. Seni pahat ini punya alasan tertentu. Filosofinya, alamiah dan lazim bagi seseorang untuk menjalani kehidupan penuh kama atau gairah cinta. Tapi dia akan jadi objek yang terkekang bila tak dapat mengendalikan nafsu-nafsunya. Mengutip apa yang diutarakan Vatsyayana dalam Kamasutra : "Dapat dilihat bahwa mereka yang terlalu menyerahkan diri pada kehidupan seksual yang berlebih-lebih, sesungguhnya mereka memusnahkan diri mereka sendiri."
- Hukuman Kejam dari Sultan
PADA 28 September 1571, kegaduhan terjadi di Kesultanan Aceh. Sultan Alau’ddin Ri’ayat Syah al-Kahar, yang berkuasa sejak 1539, baru saja wafat. Sultan ini sangat dihormati rakyatnya karena berhasil melindungi Aceh dari serangan Portugis dan menyusun Undang-Undang Dasar Negara, Dustur Negara . Sepeninggalnya, tahta sultan dijabat oleh putranya, Ali Ri’ayat Syah. Pada masanya, timbul benih-benih perpecahan di kalangan keluarga kesultanan. Puncaknya terjadi setelah sultan ini wafat pada 1579. Konflik berdarah pun tak terhindarkan. Ini membawa Aceh ke dalam situasi tanpa hukum. Beberapa sultan kemudian mencoba mengembalikan hukum.
- Gambar Erotis dari Shunga ke Hentai
KETELANJANGAN di masa Tokugawa, atau dikenal juga sebagai era Keshogunan Edo (1603-1868), adalah hal lumrah. Di pemandian umum, lelaki dan perempuan bisa melihat alat kelamin masing-masing dengan jelas. Tak heran jika seni shunga menjadi populer. Dengan tampilan model berpakaian lengkap, ia terasa lebih estetis dan menggoda alih-alih erotis. Shunga merupakan karya seni lukis bergaya ukiyo-e yang menggunakan metode printing kuno, dengan papan kayu sebagai plat cetakan. Biasanya menampilkan adegan percintaan lelaki dan perempuan, perempuan dan perempuan, lelaki dewasa dengan lelaki dewasa, atau lelaki dewasa dengan pemuda . Shunga merupakan istilah Jepang yang merujuk pada “gambar erotis”. Secara harfiah shunga berarti “gambar musim semi” sementara “musim semi” sendiri dalam bahasa Jepang merupakan eufemisme dari seks.
- Perempuan di Banyak Palagan
PURWOKERTO, 1946. Keriuhan mewarnai stasiun kereta. Beberapa pemuda 12-an tahun menenteng bermacam senjata: pisau, pedang, bambu runcing, pistol atau senapan. Ada juga yang membawa batu. Wajah mereka tak ramah. Di pakaian mereka tertempel emblem merah-putih. “Sepanjang pagi itu kami tak melihat derai tawa ataupun kegembiraan, sungguh membingungkan, karena kami sering mendengar bahwa orang Jawa begitu periang dan sederhana,” demikian pengamatan Martha Gellhorn dalam bukunya The Face of War .





















