Hasil pencarian
9602 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Menentukan Arah Kemudi
SEKIRA 300 orang memenuhi sekolah pendidikan guru di Yogyakarta. Mereka, sebagian besar priayi, berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sejumlah bupati juga hadir; lainnya mengirim surat atau utusan. Hadir pula 15 atau 20 perempuan Jawa dan beberapa orang Eropa.
- Menelusuri London yang Tak Lazim
SEBAGAI tujuan wisata, London adalah salah satu kota paling termashyur yang ingin dituju oleh para pelancong. Banyak situs-situs bersejarah di London yang masuk daftar wajib kunjung jika berkesempatan datang ke sana. Namun, ketika untuk kedua kalinya saya menjejakkan kaki di ibukota Inggris tersebut pada Juni 2015, sebagai seorang peminat sejarah kasual, saya berpikir ada baiknya juga mengunjungi situs sejarah alternatif. Jika dalam daftar wajib kunjung tempat-tempat seperti Big Ben atau Buckingham Palace ada di nomor satu atau dua, saya penasaran dengan tempat-tempat yang berada di nomor dua belas atau tiga belas.
- Memaknai Medis Mentawai
KEHENINGAN di sebuah rumah kayu di dusun Tinambu, lembah Rereiket, pedalaman Siberut, Kepulauan Mentawai, pecah oleh dentuman gajeuma’ (gendang) yang mengiringi hentakkan kaki para kerei yang sedang melakukan upacara penyembuhan.
- Maju Menggandeng Kaum Perempuan
BELASAN perempuan menghadiri kongres Boedi Oetomo pertama di Yogyakarta pada 3 Oktober 1908. Mereka memang tak unjuk suara. Namun, upaya meningkatkan derajat kaum perempuan, terutama melalui pendidikan, menjadi salah satu usulan Boedi Oetomo cabang Batavia.
- Kampung-Kota Kolonial
DUA kelompok bentrok. Ratusan aparat merangsek ke permukiman padat penduduk di Kampung Pulo, Jakarta Timur, pada 20 Agustus 2015. Warga kampung mengadang dengan lemparan batu. Aparat membalas, melempar gas air mata. Warga memegang mata, menjerit perih, dan akhirnya menyingkir. Alat berat masuk kampung, merobohkan rumah-rumah warga Kampung Pulo di bantaran Kali Ciliwung.
- Kampung Indis Suasana Belandis
ORANG Indonesia belum afdol ke Belanda kalau belum mengunjungi Amsterdam. Kunjungan ke Amsterdam pun dibilang belum sah bila belum mengunjungi Dam Square, distrik lampu merah, rumah Anne Frank, kanal bersejarah, dan tentu saja Rijksmuseum. Dari sekian tujuan wisata, ada sebuah tempat yang kerap terlewat oleh wisatawan, tetapi cukup menarik untuk dikunjungi, yakni Indische Buurt (Permukiman Hindia).
- Geliat Topeng Malang
RUMAH joglo itu berdiri kokoh. Di depan dan belakangnya, rindang pohon besar menciptakan suasana teduh dan tenang. Suasana rumah itu sendiri tak pernah sepi. Beberapa anak muda belajar menabuh gamelan, berlatih menari, atau melantunkan macapat.
- Awak Bomber Perang Dunia II Ikut Westerling
KETIKA tentara Jepang merangsek masuk ke Hindia Belanda pada awal 1942, pemuda Pieter Elia Donald Titaley masuk milisi tentara Hindia Belanda, Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL). Dia termasuk tentara Belanda yang dikirim ke Australia ketika Hindia Belanda hampir dikalahkan tentara Jepang.
- Atas Nama Tanah dan Rakyat Hindia
PERANG Dunia I berkecamuk. Belanda khawatir gelombang perang sampai ke Hindia Belanda dan tanah jajahannya akan lepas. Maka, banyak pihak mengusulkan penguatan militer, termasuk menggunakan tenaga bumiputra. Isu ini menjadi pembicaraan hangat.
- Pamer Kemewahan dalam Upacara Pemakaman
KEBIASAAN pamer kemewahan menjadi hal yang umum bagi warga Batavia di zaman kolonial VOC. Tak hanya dilakukan saat pergi ke gereja, di mana kaum elite Batavia akan diiringi oleh sejumlah budak yang membawa payung dan kipas, tetapi juga dalam berbagai acara seperti upacara pernikahan maupun pemakaman.
- Omar Barack Selamat dari Bom Atom
BEGITU sauh ditarik, kapal Bandung Maru berjalan meninggalkan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Agustus 1940. Dua puluh hari lamanya Bandung Maru akan mengarungi Samudera Pasifik melewati Taipei dan Shanghai untuk mancapai tujuan akhir, Kobe di Negeri Sakura.
- Menyingkap Selubung Suci Pembawa Misi
INGWER Ludwig Nommensen berusia 27 tahun ketika kapal Pertinax membawanya berlayar dari Amsterdam menuju Padang saat malam Natal, 24 Desember 1861. Setelah 142 hari mengarungi samudra, Nommensen menjejakkan kaki di negeri koloni Hindia Belanda, 16 Mei 1862. Dari Padang, Nommensen menetap sebentar di Barus, kemudian meneruskan muhibah ke arah pedalaman. Dia mengemban tugas suci: memberitakan Injil ke Tanah Batak.






















