top of page

Hasil pencarian

9580 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Kipas Hitam

    SETELAH Jepang menyerah terhadap Sekutu pada 14 Agustus 1945, Departemen Propaganda (Sendenbu)  di bawah pimpinan Hitoshi Shimizu berusaha melakukan perlawanan. Dia mendirikan perkumpulan rahasia Ular Hitam, berisi orang-orang Indo-Belanda bermarkas di Bogor; Chin Pan, menampung orang-orang Tionghoa; dan yang terpenting adalah Kipas Hitam. “Kipas Hitam dibentuk untuk mempersiapkan orang-orang Indonesia melakukan perang kemerdekaan di bawah bimbingan Jepang,” tulis Joyce C. Lebra dalam Tentara Gemblengan Jepang.

  • Tiga Abad Anarkisme Eropa

    Di pengujung tahun 2010, sejumlah kota di Eropa dikejutkan oleh serangan sporadis dari kelompok anarkis. Mereka menargetkan beberapa kedutaan besar di Italia dan Yunani. Sebuah kebangkitan anarkisme? Pada 23 Desember 2010, dua paket bom meledak di Kedutaan Besar Chile dan Swiss di Roma, Italia, yang mencederai dua pegawai kedutaan. Empat hari kemudian, sebuah paket bom dikirim ke Kedutaan Yunani di Roma namun berhasil dijinakan. Sementara pada 30 Desember 2010, sebuah bom berdaya ledak sedang meledak di tengah kota Athena, Yunani.

  • Baby Boom?

    Indonesia terbilang terlambat untuk memulai program KB. Tapi juga bukan hal mudah untuk menjalankannya, mengingat tentangan dari kelompok Islam yang tak menyetujui pembatasan kehamilan dan budaya “banyak anak banyak rezeki”. Pemikiran tentang mengendalikan pertumbuhan penduduk sudah disuarakan sejumlah pemikir dunia sejak lama, dari Plato, Ibnu Khaldun, hingga Thomas Robert Malthus. Adalah Margareth Sanger, seorang juru rawat di Amerika yang kali pertama menggagas program pengendalian penduduk. Berkat usahanya, pada 1923 mulai dibuka biro klinik pengaturan kelahiran, yang membuka jalan bagi ratusan klinik sejenis di Amerika. Di Inggris, lima tahun sebelumnya, Marie Stoppes menggagas hal serupa.

  • Sukarno di Linggarjati

    PADA 11 November 1946, sebuah pesawat terbang Catalina, yang membawa anggota Badan Komisi Jenderal Belanda (delegasi Belanda), meninggalkan Jakarta. Di hari yang sama, dengan menggunakan mobil, delegasi Indonesia juga bergerak menuju tujuan yang sama. Kedua delegasi hendak menggelar perundingan lanjutan di Kuningan, Cirebon mengenai proses dekolonisasi Belanda di Indonesia.

  • Membalut Sejarah Popok

    DULU bukanlah pemandangan aneh jika ada ibu menggantikan popok si kecil di tempat-tempat umum. Waktu itu popok kain masih menjadi pilihan utama. Endang Sri Widayati ,  pegawai Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kelautan Kota Pekalongan, menuturkan pengalamannya ketika memiliki bayi. Dia membuat sendiri popok bagi si buah hati dengan bahan kain katun dan mori. “Aku sulam, aku kasih bunga-bunga,” dan 10 menit kemudian jadilah satu popok. “Yang ngajari  mami aku. Terpaksa, karena tak banyak yang jual popok,” ujarnya kepada MHO .

  • Teror Geng Motor

    Berbadan besar, dihiasi tato, dibalut seragam jaket kulit tanpa lengan, kacamata hitam, kalau tak plontos pasti gondrong. Bukan anak muda, tapi orangtua bangkotan berwajah sangar. Tunggangannya kuda besi Harley Davidson yang knalpotnya memekakkan telinga. Itulah gerombolan geng motor Hells Angels yang paling berkuasa di dunia. Cam Stokes, penulis The Devils Are Here , novel tentang gang motor di New Zealand, menyebut asal-usul geng motor dimulai pada akhir Perang Dunia II ketika beberapa mantan tentara Amerika Serikat merasa bosan. Sejumlah kecil dari mereka membentuk geng motor dan menuju ke jalan raya dengan menunggangi sepeda motor bertenaga tinggi untuk mencari kegembiraan dan petualangan.

  • Yang Lokal yang Lestari

    RAJA Airlangga, pendiri Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur, berang. Sejumlah penguasa daerah vasal (bawahan) menggalang kekuatan untuk menentangnya pada 1029. Tak menunggu lama, dia menyerang mereka. Semua penentangnya takluk dalam waktu enam tahun. Masa damai pun datang.

  • Tunisia, Bung Karno, dan Pancasila

    SETELAH Mesir dan Maroko, kini Tunisia turut mengabadikan nama bapak bangsa sang penggali Pancasila, Ir. Sukarno, menjadi nama jalan di kawasan elite ibukotanya. Peresmiannya dihelat Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi tepat di hari lahir Bung Besar, Kamis, 6 Juni 2024.

  • Tubagus Alipan, Kisah Sejarah dari Pinggiran

    SEBUAH kantor koperasi berdiri berimpit di depan rumah bercat putih kusam itu. Seekor burung bertengger di dalam kandangnya yang tergantung tak jauh dari kolam ikan yang airnya keruh kehijauan. Pagar samping rumah berbatasan langsung dengan trotoar jalan masuk ke kampung Kebon Cau (Kebun Pisang), Pandeglang, Banten. Siapa nyana rumah kecil itu pernah ditempati seorang pelaku sejarah penting yang mengguncang seantero jagat Hindia Belanda.

  • Tarik-Ulur Soal Lingkungan

    KEMARAU panjang melanda Jawa pada 1844. Tahun itu pola musim kacau. Hujan tak turun pada bulan-bulan basah, Oktober–Maret. Persawahan pun kering sehingga petani gagal panen. Tahun-tahun setelahnya lebih buruk. Puncaknya, pada 1848–1849, menjadi tahun terkering sejak 1827.

  • Tak Kuasa Mencegah Punah

    LAPANGAN Banteng, Jakarta, dulu benar-benar ada bantengnya. Sekira 1644, ketika Gubernur Jenderal Joan Maetsuycker menjabat, dia kerap berburu banteng di lapangan yang kala itu masih belantara. Tak tanggung-tanggung, sekali berburu dia mengerahkan 800 orang untuk membantunya.

  • Polusi Tanpa Henti

    TERDORONG cinta pada istri, J.W.B. Money, seorang Inggris, berlayar dari Kalkuta, India, menuju Pulau Jawa pada musim panas 1858. Dia berkasad mencari terapi penyembuhan penyakit istrinya. Sebelum menyusuri Jawa, dia singgah sejenak di Batavia. Dia terkejut menemukan keadaan di sana jauh berbeda dari apa yang dia baca di buku, bahwa Batavia kota yang kotor.

bottom of page