top of page

Sejarah Indonesia

Ahmad Yani Berkelahi

Ahmad Yani Berkelahi

Tak terima ayahnya dimaki, Ahmad Yani berkelahi dengan orang Belanda. Dibantu kopral KNIL asal Ambon.

14 Juli 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Letkol Ahmad Yani memimpin upacara serah terima kota Magelang dari militer Belanda kepada TNI pada 17 Desember 1949. (ANRI).

BUKAN balatentara Jepang yang pertama kali memperkenalkan Jenderal TNI Ahmad Yani pada dunia militer, melainkan tentara kolonial KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger). Namun, ketika menjadi sersan KNIL, Yani punya pengalaman tak terlupakan: berkelahi dengan seorang Belanda yang tubuhnya lebih besar. Pemicunya, orang Belanda itu memaki ayah Yani. Tentu saja perkelahian itu tidak seimbang.


Di tengah perkelahian, seorang kopral KNIL melintas. Bukannya membantu orang Belanda atau melerai perkelahian, kopral asal Ambon bernama Lopias itu malah membantu Yani. Pada dasarnya orang Ambon memiliki rasa setiakawan yang tinggi.


“Orang Ambon baru sibuk bilamana ia sendiri, keluarganya, atau teman-temannya terancam, dan bersikap spontan tanpa memahami permasalahannya dahulu dalam mengambil keputusan,” catat Ernest Utrecht dalam Ambon: Kolonisatie, Dekolonisatie en Neo-kolonisatie. Dalam kasus Yani, orang Ambon rupanya bisa setiakawan kepada siapa saja yang lemah.


Buntut perkelahian itu membuat Kopral Lopias harus menanggung akibatnya. Pangkatnya diturunkan petinggi militer KNIL. Yani sendiri melanjutkan hidup dan bertahun-tahun lamanya tak bertemu penolongnya itu.


Yani beruntung punya ijazah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO, kini setara SMP) dan sempat masuk Algemeene Middelbare School (AMS, kini setara SMA) milik lembaga Kristen di Jakarta. Dia putus sekolah lalu masuk KNIL. Pemerintah kolonial Belanda membuka peluang bagi orang Indonesia masuk KNIL untuk persiapan menghadapi Perang Dunia II.


“Ia diterima menjadi Aspirant pada dinas topografi militer itu pada tahun 1940, lalu mengikuti pendidikan Aspirant Militaire Topografische Dienst di kota Malang selama 6 bulan. Setelah lulus diangkat (menjadi) sersan cadangan dan ditempatkan di Malang untuk beberapa bulan lamanya,” kata Yayuk Ruliah Sutodiwiryo, istri Yani, dalam Ahmad Yani, Sebuah Kenang-kenangan.


Amelia Yani, putri Yani, dalam Ahmad Yani: Profil Seorang Prajurit TNI menyebut gaji Yani sebagai sersan topografi KNIL sebesar 120 gulden.


Sekitar awal 1940-an, angka itu cukup besar. Sebagai perbandingan, Raden Soeprono dalam otobiografinya, Selangkah Tapak Tiga Zaman: Mahasiswa Pejuang Kedokteran menyebut, antara 1930 hingga 1942, harga emas tiap gram berkisar 1,5 hingga 2 gulden. Satu gulden senilai 100 sen. Waktu itu, harga beras sekitar 6 sen tiap liter dan pemerintah kolonial Hindia Belanda tidak berani menaikan harganya.


“Pada zaman itu targetnya sersan. Rasanya kalau sudah jadi sersan sudah merupakan prestasi yang dapat dibanggakan,” kata Soegih Arto, mantan Jaksa Agung, dalam Sanul Daca.


Maksud Soegih Arto, menjadi sersan merupakan pencapaian yang cukup baik bagi kebanyakan orang Indonesia. Kala itu, jarang pemuda pribumi punya ijazah SMA dan karenanya sedikit sekali pemuda Indonesia jadi perwira KNIL. Sedangkan untuk sersan, ijazah SD saja sudah cukup. Soeharto contohnya.


Masa-masa Yani menikmati gaji 120 gulden tidak lama. Sebab, pertahanan Hindia Belanda sangat buruk dalam mengantisipasi serbuan kilat balatentara Jepang. Yani sempat mengalami pertempuran di daerah Ciater. Setelah pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada tentara Jepang pada 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Yani harus menganggur.


Di zaman Jepang, Yani diterima sebagai calon perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (Peta). Dia menjalani pelatihan di Bogor. Setelah lulus, dia menjadi komandan peleton (shodancho) lalu komandan kompi (chudancho) di Purworejo, daerah asalnya.


Setelah Indonesia merdeka, karier militer Yani melesat. Sepanjang revolusi 1945–1949, dia termasuk letnan kolonel TNI yang memimpin brigade di Jawa Tengah. Seperti juga Soeharto.

Di awal era 1950-an, Yani termasuk panglima penumpasan DI/TII di Jawa Tengah. Dia merintis pasukan Banteng Raiders di Jawa Tengah. Di akhir era 1950-an, dia sekolah staf di Amerika Serikat, kemudian berhasil menumpas pemberontakan PRRI di Sumatra.


Puncak karier militer Yani menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat dari 1962 hingga 1965. Dia menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) ketika dibunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.


Semasa hidupnya, Yani tergolong orang yang tidak lupa pada masa lalunya. “Di kemudian hari, bertahun-tahun kemudian, ketika pemuda Yani itu telah menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat, dalam suatu perjalanan inspeksinya ke wilayah Indonesia Timur, dapat mengenali kembali penolongnya ini (Kopral KNIL Lopias) dan berkesempatan untuk menunjukkan rasa terima kasihnya,” kata Yayuk Ruliah.


Henriette Latuharhary, istri Letnan Jenderal TNI Josef Muskita yang pernah jadi pembantu Yani, pernah mengatakan bahwa Yani sangat sayang kepada orang Ambon.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page