top of page

Sejarah Indonesia

Awal Mula

Awal Mula Bendera

Awalnya bendera digunakan oleh pasukan di medan perang.

9 November 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Prajurit membawa bendera dalam relief Kresnayana, Candi Induk Panataran, Blitar.

Diperbarui: 2 Agu

AWALNYA bendera dipakai dalam kemiliteran untuk membantu koordinasi di medan perang. Bendera kemudian berevolusi menjadi alat umum untuk sinyal dasar dan identifikasi, terutama di area di mana komunikasi menantang.


Sejarawan Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono menjelaskan, penggunaan bendera dalam militer diketahui dari relief candi yang menggambarkan pergerakan pasukan dalam perang. Misalnya, pada relief cerita Kresnayana di candi induk Panataran, seorang prajurit membawa tongkat berbendera. Bendera itu berbentuk persegi memanjang ke bawah dengan hiasan rumbai-rumbai pada bagian bawahnya. Di tengahnya motif sulur membelah bidang kain menjadi dua.


Bendera dalam Naskah Kuno

Selain muncul dalam relief, naskah-naskah kuno juga menyebut soal pemakaian bendera. Dalam berbagai bahasa lokal ada beragam penyebutan untuk bendera. Dalam bahasa Jawa antara lain panji, pataka, dwaja, tunggulumbul-umbul, sang saka.


Khusus tunggul digunakan untuk melukiskan sesuatu yang tinggi dan besar. Ini mengingatkan pada atunggul yang berkata dasar tunggul, artinya berdiri tegak, menjulang tinggi. “Julangan tinggi tergambar dalam perkataan tunggul kemelap asemu megha dalam Kakawin Hawiwangsa,” jelas Dwi.


Tunggul seringkali dibawa untuk mengiringi arak-arakan. Petugas yang membawanya disebut patunggul.


Sementara panji, menurut Dwi, dalam bahasa Jawa Kuna dan Tengahan, tidak secara tegas menunjuk pada bendera. Panji lebih berkenaan dengan nama dan gelar yang diikuti nama diri. Dalam Cerita Panji, Panji dikaitkan dengan unsur nama hewan seperti, kuda, kbo, gajah, kidang.


Panji dalam posisinya pimpinan, masing-masing satuan ketentaraan punya tunggul (bendera) sendiri, yang di antaranya bergambar binatang, sesuai unsur nama binatang yang disandang,” jelas Dwi.


Misalnya, Panji Kuda Nagarawangsa, merujuk pada satuan ketentaraan yang memiliki lambang kuda dalam benderanya.


Nama bendera dalam Jawa Kuno dan Tengahan lainnya adalah pataka. Istilah ini dijumpai dalam kitab Wirataparwa, Kakawin Brahmanda Purana, Kakawin Ramayana, Smaradahana, dan Hariwijaya.


Bendera dalam Prasasti

Penggunaan bendera juga pernah disebut dalam Prasasti Kudadu yang bertarikh 1216 saka (1294 M). Prasasti yang dikeluarkan oleh Wijaya, pendiri Majapahit, itu berkisah antara lain soal pertempuran antara pasukannya melawan pasukan Kadiri di Palagan Rabut Carat pada tahun 1292.


Disebut jelas adanya sederetan (tata) bendera (tunggul) yang dibawa sambil berlari (layu-layu) oleh pasukan musuh (satru) yang tampak di sebelah timur Desa Hanyiru. Pada kutipan teks ini tergambar bahwa jumlah bendera yang dibawa tak hanya satu.


Menariknya, prasasti itu mewartakan bendera yang dibawa warnanya merah dan putih (bang lawan putih). Kata sambung “dan” (lawan) membuka dua tafsiran. Pertama, sejumlah bendera berwarna merah dan sejumlah bendera lainnya berwarna putih. Masing-masing bendera beda warna itu dibawa sambil berlari oleh dua kelompok pasukan yang sama-sama bergerak dari timur Desa Hanyiru. Kedua, sederetan bendera dengan kombinasi warna “merah-putih” yang dibawa oleh pasukan tersebut.


“Besar kemungkinan, tafsir pertamalah yang lebih kuat, mengingat terdapat kata sambung lawan. Jika yang dimaksudkan adalah kombinasi dua warna (merah-putih), mestinya tanpa kata sambung, dan cukup ditulis bang putih,” jelas Dwi.


Pada perkembangannya, kata Dwi, bendera nasional menjadi simbol-simbol patriotik yang kuat. “Seringkali pula asosiasi militer berlangsung kuat dan berkelanjutan pada konteks kenegaraan, termasuk dalam hal penggunaan bendera sebagai lambang dan simbol identitas nasional,” jelas Dwi.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Sudah sejak 150 tahun para arkeolog meneliti Karnak. Akan tetapi asal-usul dan evolusi kompleks kuil dari Peradaban Mesir Kuno itu baru terungkap belum lama ini.
Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Akhirnya Belanda serahkan koleksi Dubois. Tidak hanya fosil “Manusia Jawa” tapi juga 28 ribu temuan lain selama Dubois mengeksplorasi Sumatera hingga Jawa.
Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Konflik antara Kamboja dan Thailand punya sejarah panjang sejak era Khmer dan Ayutthaya yang berimbas pada kejatuhan Angkor.
Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Riwayat candi yang lebih tua dari Angkor Wat dan sezaman dengan Candi Borobudur. Sudah jadi situs warisan dunia namun melulu dipersengketakan Kamboja dan Thailand.
200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.
bottom of page