top of page

Sejarah Indonesia

Azab Raja Cabul Di Tanah Bugis

Azab Raja Cabul di Tanah Bugis

Perzinaan dilarang keras dalam masyarakat Bugis. Raja saja bisa dibunuh karena berzina.

6 Mei 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Lukisan orang Bugis, 1860. (KITLV).

Diperbarui: 26 Jun

PERZINAAN sulit termaafkan dalam masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Tak pandang bulu, entah rakyat atau raja, pelaku perzinaan bisa bernasib nahas. Masyarakat Bugis punya cerita soal hukuman perzinaan. Ada hukum adat bernama Malaweng di sana. Bisa dibilang, Malaweng adalah hukum adat kesusilaan di Sulawesi Selatan.


Malaweng berasal dengan kata lawa, yang berarti pemisah, pagar, penjaga,” catat Ahmad Ubbe dalam Hukum Adat Kesusilaan Malaweng Kesinambungan dan Perubahannya. Kata lawa kemudian mendapat awalan “ma” dan akhiran “ng” sehingga menjadi malaweng.


Di Bone, yang berpusat di Watampone yang –dulunya merupakan kerajaan– kini merupakan sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan, ada cerita tentang perzinaan. Dahulu kala tersebutlah seorang raja bernama La Inca (kadang disebut La Ica) yang bergelar Matinroe ri-addenenna di Bone. Ia berkuasa di Bone dari 1564-1565.


“Di dalam pemerintahan La Inca, sejarah Bone tercoreng arang karena nilai-nilai kejujuran telah dilanggar oleh raja yang sedang berkuasa. La Inca tertangkap basah memperkosa istri orang lain,” catat Muhammad Sikki dalam Nilai-nilai Budaya dalam Susastra Daerah Sulawesi Selatan.


Lantaran mencoreng nama baik kerajaan, penghukuman dilakukan oleh bukan sembarang orang. Menurut Ahmad Ubbe, penghukuman La Inca dilakukan oleh kakeknya sendiri yang bernama Arung Majang. La Inca dibunuh di tangga rumah panggungnya. Sehingga, almarhum digelari Matinroe ri-addenenna, artinya meninggal di tangga.


La Inca berkuasa hanya satu tahun. Perbuatan buruknya mengakhiri nyawa dan kekuasaannya.


“Dia adalah arumpone yang malaweng terhadap sanak keluarganya, disepakati dan dibunuh,” catat Mattulada dalam Latoa Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Arumpone maksudnya Arung Bone, orang yang berkuasa di Bone alias raja Bone.


La Inca bukan satu-satunya raja dari kerajaan-kerajaan Bugis yang berakhir tragis karena berzina. Kerajaan Wajo yang –berpusat di Sengkang dan kini juga telah menjadi sebuah kabupaten– merupakan tetangga Bone di utara pun punya contohnya sendiri.


Tersebutlah raja bernama La Pateddungi To Samallangi yang dikenal sebagai Batara Gowa III. Raja yang berkuasa dari 1466-1469 ini dikenal suka menzinai gadis-gadis atau istri-istri orang. Golongan terakhir tentu mencederai harga diri (siri’) dari para suami. Bagi orang Bugis, siri’ sangat penting.


“Kejahatan La Pateddungi semakin berlanjut, ia menyuruh menggantung kelambu di hari pasar dan memasukan perempuan-perempuan yang disukainya ke dalam kelambu. Kemudian perempuan-perempuan itu diperkosa,” tulis Ahmad Ubbe.


Perintah raja menggantung kelambu di pasar itu membuat pasar menjadi sepi dari kaum perempuan. Meraka tak mau dizinai raja cabul ini.


Ketidakmunculan perempuan di pasar itu membuat si raja cabul marah. Dia lalu memerintahkan pengikutnya untuk mengambili paksa para perempuan dari rumah mereka.


Rakyatnya dan sebagian orang bijak di kerajaannya pun tak tinggal diam melihat kebejatan sang raja. Tindakan terhadap La Pateddungi pun diambil.


“Hingga akhirnya, kejahatan La Pateddungi berujung pada kematiannya, karena dibunuh rakyatnya sendiri,” catat Ahmad Ubbe.


Begitulah akhir hidup dan kekuasaan La Pateddungi dari Wajo. Sebuah musyawarah kemudian diadakan di Wajo untuk mencari pengganti La Pateddungi. Musyawarah itu memutuskan para Paddanreng Arung Pabbicara dan para Matoa Limpomenetapkan Lapalewo Topalippu sebagai raja Wajo yang baru.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page